Tiga Lembaga Asing Pantau Pilkada Aceh
ACEH-Tiga lembaga pemantau asing akan memantau tahapan pelaksanaan Pilkada Aceh, yang akan berlangsung, Senin (9/4) mendatang. Ketiga lembaga itu adalah Asian Network for Free Election (ANFREL), Kedutaan Uni Eropa, dan Kedutaan Amerika.
Anggota Komisioner Komisi Independen Pemilihan (KIP) Aceh, Yarwin Adidharma mengatakan, sebelumnya ada empat pemantau asing yang mendaftarkan diri ke KIP Aceh untuk melakukan pemantuan tahapan pilkada Aceh. Salah satunya mengundurkan diri.
Yarwin menyebutkan selain tiga pemantau asing, ada sekitar 15 lembaga lokal dan nasional yang juga memantau pelaksanaan pilkada Aceh dan diakreditasi KIP Aceh. Mereka melakukan pemantauan mulai dari tahap pendaftaran sampai pada tahap hari pemilihan.
Pemantau ANFREL dari Thailand, Witt Alexander Gatchell telah bertemu dengan calon bupati (cabup) Aceh Utara, jalur independen, Ilyas A. Hamid, Sabtu(7/4).
Witt Alexander Gatchell saat itu didampingi juru bahasanya Azhari, bertemu Ilyas A Hamid akrab disapa Ilyas Pase di kediamannya, Jalan Tgk Chik Ditiro, Lancang Garam, Lhokseumawe, sekira pukul 11.00 WIB.
Dalam pertemuan itu Witt Alexander Gatchell mempertanyakan tentang kondisi lapangan saat berlangsung kampanye dan menjelang tiga hari pencoblosan 9 April 2012. Termasuk ancaman dari pihak tertentu terhadap tim suksesnya dilapangan.
Cabup Ilyas Pase, menjelaskan, secara umum kondisi Pemilukada di Aceh Utara belum kondusif, seperti saat berlangsung kampanye dulu banyak massanya yang dihadang oleh pasukan berbaju mirip dengan salah satu OKP atau dari Partai Aceh. Begitu juga kondisi sekarang menjelang H min “2” ada saksinya di TPS yang diancam agar tidak menjadi saksi di TPS pada 9 April mendatang.
“Akibat ancaman itu ada beberapa saksi terpaksa mundur karena ada intimidasi. Termasuk tim suksesnya di Tanah Luas Tgk Zulkifli pasca dibacok dulu tidak berani pulang kerumah lagi,” ungkap Ilyas Pase eks kombatan GAM, di hadapan pemantau ANFREL asal Thailand.
Sebut dia, dirinya mengkhawatirkan lawan politiknya akan menyusup kedalam masyarakat untuk mengancam masyarakat agar memilih calon bupati dan gubernur dari Partai Aceh. Tentunya, kondisi itu akan membuat pesta demokrasi rakyat agenda lima tahun sekali tidak berlangsung damai, aman dan bersih dari ancam mengancam serta intimidasi.
Untuk itu dia meminta kepada aparat kepolisian harus berani mengambil tindakan tegas kepada pelaku ancam mengancam rakyat. Hal itu perlu dilakukan, agar masyarakat pemilih bisa bebas menentukan pilihan sesuai hati nurani dan tanpa intimidasi serta ancaman. Selain itu, diharapkan bagi pemantau asing jika ada kasus sengketa Pemilukada harus dapat mengawal sampai ke Mahkamah Konstitusi (MK).
Kemudian, Ilyas Pase, juga mempertanyakan apa dampak positik dengan adanya pemantau asing di Aceh, Witt Alexander Gatchell, menyebutkan, hasil pantauan selama berada di Aceh akan dilaporkan kepada lembaganya di sebarkan di website lembaga pada 11 April men datang. “Kita hanya berharap Pemilukada Aceh 9 April itu, dapat berlangsung adil, jujur dan menempati janji calon terpilih saat berkampanye dan jangan ada intimidasi,”ujar Witt Alexander Gatchell. Tim pemantu internasional itu bertugas memantau Pemilukada Aceh di wilayah Kota Lhokseumawe, Aceh Utara, Bireuen, Pidie dan Pidie Jaya. (arm/jpnn)