26 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Toko Perabotan Terbakar di Pulo Brayan

Tujuh Tewas Terkepung Pintu Besi

MEDAN-Tujuh orang tewas terpanggang setelah si jago merah melahap kediaman mereka. Rumah toko (ruko) yang memiliki pintu besi berlapis ditengarai membuat mereka sulit keluar. Yang selamat hanyalah seorang pembantu rumah tangga yang berani melompat dari lantai tiga.

Peristiwa tersebut terjadi di ruko di Jalan KL Yos Sudarso No 141/223 I Kelurahan Pulo Brayan Kecamatan Medan Barat, Selasa (10/4) pagi sekitar pukul 04.00 WIB. Asap yang mengepul akibat alat elektronika pun diduga mengandung racun yang terus korban hisap hingga tewas.

Saat Toko Uchida Brayan Jaya itu terbakar, satu orang penghuni ruko itu berhasil selamat. Adalah seorang pembantu rumah tangga (PRT) bernama Alfrin Boru Tumanggor, warga Parlilitan, dia selamat setelah lompat dari lantai tiga. Dia pun berhasil dilarikan ke Rumah Sakit Imelda.

Data yang dihimpun Sumut Pos,  nama-nama yang tewas dan telah dievakuasi ke Instlansi Kamar Mayat RSU dr Pringadi Medan adalah Ana (39), Chelsea (14), Chelson (11), Chelster (8), Ching Thing Acu (80). Selain itu ada juga tamu keluarga yang berasal dari Taiwan. Mereka adalah Amei (32) dan Yong Fang (37).

Untuk memadamkan api, Dinas Pencegah dan Pemadam Kebakaran (DP2K) Kota Medan menurunkan sekitar 7 unit armadanya. Terlihat juga petugas pemadam melakukan evakuasi penghuni ruko dengan menjebol pintu ruko.

Usai berhasil menjinakan api, para korban yang tewas langsung diboyong ke RSU dr Pirngadi Medan. Berdasarkan informasi, seluruh penghuni yang berada di lantai dua ruko tersebut tertidur pulas di dalam kamar. Namun, saat dievakuasi kondisi korban sudah berada posisi terpisah, ada didalam kamar dan ada juga di luar kamar.

Pihak kepolisian langsung melakukan identifikasi lokasi kejadian dengan memasang police line. Dan sekitar pukul 10.30 WIB, tim labotorium Forensik (Labfor) Polda Sumut turun ke lokasi untuk melakukan olah TKP. Terlihat sejumlah petugas tim Labfor masuk ke dalam ruko terbakar untuk mengumpulkan sejumlah barang bukti guna dilakukan penyelidikkan asal api.

Sementara itu Kapolsekta Medan Barat Kompol Nasrun Pasaribu saat dikonfirmasi di lokasi kejadian mengatakan belum mengetahui persis penyebab kebakaran. “Tapi berdasarkan keterangan yang kita kutip, ada segumpalan asap keluar dari toko itu,” ujarnya.
Nasrun juga mengatakan belum ada satu pun saksi yang diperiksa. Sementara saksi kunci yakni Alfrin Boru Tumanggor belum bisa dimintai keterangan. “Dia masih dalam perawatan medis di rumah sakit,” sebut Nasrun.

Menurut penuturan seorang lelaki yang bertugas penjaga malam di sekitar lokasi kejadian, saat itu dirinya sudah melihat asap di lantai II, Senin (9/4) malam sekitar pukul 23.00 WIB. “Setelah beberapa jam kemudian aku lihat lagi sudah tidak ada,” ungkap pria tegap yang enggan namanya dikorankan.
Lanjutnya, pada sekitar pukul 04.00 WIB, kembali melihat asap sudah mengepul keluar dari ruko ini. Dia pun mendengar jeritan dari lantai dua. “Saya lihat jam 4.00 WIB, asap sudah banyak dan api pun terlihat, serta di lantai II penghuni ruko menjerit minta tolong,” akunya.

Lurah Pulo Brayan Kota, Sahut Sinaga, memastikan kalau ada dua warga asing yang menjadi korban. “Memang kedua warga yakni Amei dan Yong Fang tidak terdaftar sebagai penduduk saya. Mereka berdua selama ini bekerja di Taiwan dan keperluan mereka ke Medan adalah untuk kunjungan keluarga,” ujar Sahut Sinaga.

Hal ini diamini Acui (38), seorang wanita kerabat korban. “Dari ketujuh itu, hanya lima anggota keluarga. Semuanya meninggal saat sedang terlelap tidur,” katanya saat di depan pintu ruang instalasi jenazah.

Ahli Forensik RSU Dr Pirngadi Medan, Dr Surjit F Singh mengatakan, bahwa semua korban mengalami luka bakar 100 persen pada tubuhnya. “Korban tewas akibat tertidur pulas. Ini diketahui karena tak ada gerakan pada otot korban  seperti gerakan berlari atau gerakan keras lainnya. Tapi mengenai hasil pemeriksaan lebih lanjut merupakan wewenang dari pihak kepolisian,” jelasnya.

Tewas dalam Keadaan Berkabung

Menurut penuturan abang ipar Ana yakni Henkyjen (42), keluarga Ana sejatinya masih dalam keadaan berkabung. Beberapa hari sebelumnya, suami Ana yakni Anjen, meninggal karena penyakit jantung.

“Anjen meninggal dunia baru sekitar 20 hari yang lalu. Kini istri Anjen bersama anak-anaknya pergi untuk selama-lamanya. Baru saja meninggal suaminya, kini dia (Ana) pergi,” ujar Henkyjen dengan mata berkaca-kaca.

Diceritakan Henkyjen yang sangat sedih kehilangan adik ipar dan keponakannya ini, waktu kebakaran terjadi, dia sedang tertidur lelap. Tiba-tiba tidurnya terbangun setelah telepon genggamnya berdering sekitar pukul 04.36 WIB.  Terlihat di layar ponsel nama Ana. Namun, saat ponselnya hendak diangkat, nada panggil terputus.

Saat itu dirinya langsung keluar dari rumahnya. Pasalnya, rumah Henkyjen dengan lokasi terbakar hanya berjarak 10 meter. “Karena firasat saya tak enak setelah telepon dari adik ipar saya yang tiba-tiba putus, saya langsung menghampiri rumah adik ipar saya itu,” ujarnya.

Setelah tiba di depan ruko Ana, dirinya sudah melihat gumpalan asap dan api. “Aku lihat tetangga menjerit ada kebakaran. Aku mau mendekati rumah Ana tapi rumah itu sudah terbakar,” ujarnya.

“Aku mau menyelematkan adikku dan orang di dalam tapi dihalangi petugas,” tambahnya.

Soal keberadaan dua tamu dari Taiwan itu pun dijelaskan Henkyjen. Kehadiran keduanya di Kota Medan tak lain untuk bersama-sama merayakan Cheng Beng. Keduanya merupakan sanak saudara Ana. Selain merayakan Cheng Beng dan bertamu ke ruko Ana. Pasalnya Ana masih berkabung setelah suaminya Anjen meninggal Dunia.

Keduanya baru tiba pada Minggu (8/4) yang lalu. “Keduanya pun berencana berziarah ke kuburan suami si Ana hari ini (Kemarin, Red),” ujarnya.

Kalau Saja Pintu tak Berlapis-lapis

Wali Kota Medan Rahudman Harahap langsung mendatangi RSU Pirngadi untuk melihat korban. “Kita perihatin atas korban. Secara medis untuk pemeriksaan luar terhadap korban sudah dilakukan oleh tim, jadi menunggu saja dari penyidik apakah perlu dilakukan visum,” kata Rahudman usai melihat kondisi ketujuh korban kebakaran di kamar mayat RSU dr Pirngadi Medan, Selasa (10/4) siang.

Dikatakannya, kawasan tempat tinggal korban merupakan Ruko yang melebihkan fasilitas dengan menambah pintu besi sebagai pengaman. “Kalau beginikan kejadiannya, petugas Damkar Medan jadi susah. Untuk itu saya himbau kepada masyarakat mengambil langkah-langkah agar tidak terulang kembali peristiwa ini,” jelasnya.

Menurutnya, masyarakat serta pemilik ruko minimal memiliki pintu keluar dan racun api. “Sudah berapa kali kubilang, masyarakat maupun pemilik ruko menyediakan alat pencegah kebakaran seperti racun api serta menata lokasi tempat tinggal agar tidak menyulitkan kalau terjadi peristiwa,” ujarnya.
Kepala Dinas Pencegah dan Pemadam Kebakaran (P2K) Medan, M Tampubolon mengaku kesulitan saat memadamkan api dan tidak mengetahui kalau ada orang di dalam ruko tersebut. “Kami akui kesulitan, karena tidak tahu ada orang di atas. Kami saja meraba-raba saat mencoba masuk ke dalam ruko saat melakukan penyeseran dari lantai I, kalau dari atas ditakutkan dituduh pencuri. Bisa saja kami rusak dengan menarik troli. Tapi nanti apa kata orang? “ ucapnya.

Dijelaskannya, penyebab kebakaran karena korslet listrik yang terbakar di lantai I. Sehingga api yang membakar seluruh barang-barang eletronik mengeluarkan asap yang mengandung racun. “Awalnya terbakar dibawah, sementara korban sedang tidur di dalam kamar lantai II. Kalau saja pintu tersebut tidak terkunci sampai berlapis-lapis, korban bisa selamat. Kalau dari hasil visum tadi, korban tewas karena terhirup asap karena tidak mengeluarkan darah,” jelasnya. (gus/jon/adl/mag-11)

Sempat Gandeng Tangan Majikan

Korban selamat Alfrin Boru Tumanggor belum bisa diwawancarai. Dia masih trauma. Warga Desa Silencang Kecamatan Parlilitan, Humbahas itu pun langsung panik begitu sinar lampu.

Seorang sumber yang berhasil berbincang dengan korban menceritakan kalau Alfrin sejatinya bisa menyelamatkan majikannya. Keterangan ini didapat sumber saat korban dalam keadaan tenang. Perbincangan pun mengalir meski durasinya tak panjang. Korban bolak-balik panik. Keterangan ini didapat saat Sumut Pos mendatangi ruang perawatan Alfrin, di RS Imelda, tepatnya ruang Mawar Lantai II Kelas IA 206, Selasa Siang (10/4) sekitar pukul 15.30 WIB.

Ceritanya, Alfrin sudah bekerja di keluarga itu selama enam bulan. Nah, saat kejadian, Alfrin masih sempat bergandengan tangan dengan sang majikan untuk menyelamatkan diri sebelum api menghanguskan tubuh majikan dan anak-anaknya. “Pengakuannya (Alfrin), dia tidak mengetahui secara pasti asal api yang membakar ruko majikannya itu. Hanya saja Alfrin terbangun karena mendengar sebuah ledakan besar dari rumah itu.

Karena cuaca panas yang menyelimuti gedung, Alfrin langsung keluar kamar dengan posisi meraba karena listrik padam. Dia pun bergantung dengan sinar handphone. Bahkan ketika itu, dia sempat menemui sang majikannya (Ana) dan bergandengan tangan untuk bersama menyelamatkan diri ke lantai tiga,” ujar sumber menirukan pengakuan korban saat di RS Imelda.

Di lantai II yang menghubungkan lantai III, korban dan majikannya sempat mendobrak pintu besi di lantai tersebut. Pasalnya, pintu itu sudah sangat panas. Sesampainya di lantai III, bukannya langsung melompat, majikannnya justru memilih kembali ke lantai II dengan kondisi gelap gulita untuk menyelamatkan anak-anaknya. “Waktu majikannya di lantai II, Alfrin hanya bisa melihat asap dan kobaran terus membesar, sementara pintu yang menghubungkan lantai II dan III saat itu juga tertutup sehingga menghalangi majikannya untuk naik lagi ke lantai III,” terangnya lagi.

Api yang ketika itu terus membesar mambuat Alfrin hanya bisa pasrah dan tak mampu menolong majikannya. Hanya suara samar dari majikannya yang terus memanggil-manggil namanya. Bahkan dari pengakuan sumber tersebut, Alfrin dalam kondisi panik, masih sempat berhubungan lewat jaringan selulernya dengan keluarga majikannya Alung.

Namun karena kalap dan gagap, Alfrin tak tahu lagi harus berbuat bagaimana, sehingga dirinya memutuskan untuk langsung lompat dari lantai III. Bahkan Alfrin juga tidak mengetahui keberadaan HP-nya setelah itu.

“Dia tak tahu kayak mana proses lompatnya, yang dia tau setelah lompat dari lantai III dia sudah berada di rumah sakit,” ujar sumber tersebut.
Pengakuan ini dibenarkan oleh petugas kepolisian Polsek Medan Barat, yang bertugas mendampingi korban di ruang perawatan. Dari informasi sejumlah perawat, pascatragedi kebakaran dan mendapatkan perawatan di rumah sakit, tak banyak kalimat yang keluar dari mulutnya.

Hanya saja, sesekali Alfrin mengamuk dan melempari serta mengusir orang yang berada di sekitar ruang perawatannya. Bahkan ketika tidur, korban juga sering mengigau, meskipun tak jelas apa yang dikatakannya.

“Tadi dia sempat mengamuk dan melempari orang di sekelilingnya dengan kursi, selimut, dan botol yang berada di ruangan. Dia juga terlihat takut dengan keramaian sehingga mengusir orang yang ada di sekitarnya. Bahkan untuk menenangkannya, Alfrin harus mendapatkan suntikan penenang. Setidaknya sejak dirawat dari pukul 08.00 WIB, dia (Alfrin) sudah mendapatkan dua kali suntikan penenang (ampul), namun yang kedua kalinya tidak penuh,” ungkap Perawat Ruangan RS Imelda, Yuli saat dikofirmasi wartawan koran ini.

Sementara untuk kondisi fisiknya, lanjut Yuli, korban Alfrin hanya mengalami luka gores pada bagian tangannnya. Selain itu tubuh korban juga tidak mengalami luka melepuh akibat terbakar, hanya merasakan panas pada bagian telapak kakinya sehingga diletakkan timun untuk mendinginkannya.
Hal yang sama dikatakan perawat RSU Imelda lainnya, Kiki. “Korban sering mengatakan kepanasan. Kalau lihat cahaya lampu, selalu berteriak ‘api-api’,” ujarnya. (uma/gus)

Tujuh Tewas Terkepung Pintu Besi

MEDAN-Tujuh orang tewas terpanggang setelah si jago merah melahap kediaman mereka. Rumah toko (ruko) yang memiliki pintu besi berlapis ditengarai membuat mereka sulit keluar. Yang selamat hanyalah seorang pembantu rumah tangga yang berani melompat dari lantai tiga.

Peristiwa tersebut terjadi di ruko di Jalan KL Yos Sudarso No 141/223 I Kelurahan Pulo Brayan Kecamatan Medan Barat, Selasa (10/4) pagi sekitar pukul 04.00 WIB. Asap yang mengepul akibat alat elektronika pun diduga mengandung racun yang terus korban hisap hingga tewas.

Saat Toko Uchida Brayan Jaya itu terbakar, satu orang penghuni ruko itu berhasil selamat. Adalah seorang pembantu rumah tangga (PRT) bernama Alfrin Boru Tumanggor, warga Parlilitan, dia selamat setelah lompat dari lantai tiga. Dia pun berhasil dilarikan ke Rumah Sakit Imelda.

Data yang dihimpun Sumut Pos,  nama-nama yang tewas dan telah dievakuasi ke Instlansi Kamar Mayat RSU dr Pringadi Medan adalah Ana (39), Chelsea (14), Chelson (11), Chelster (8), Ching Thing Acu (80). Selain itu ada juga tamu keluarga yang berasal dari Taiwan. Mereka adalah Amei (32) dan Yong Fang (37).

Untuk memadamkan api, Dinas Pencegah dan Pemadam Kebakaran (DP2K) Kota Medan menurunkan sekitar 7 unit armadanya. Terlihat juga petugas pemadam melakukan evakuasi penghuni ruko dengan menjebol pintu ruko.

Usai berhasil menjinakan api, para korban yang tewas langsung diboyong ke RSU dr Pirngadi Medan. Berdasarkan informasi, seluruh penghuni yang berada di lantai dua ruko tersebut tertidur pulas di dalam kamar. Namun, saat dievakuasi kondisi korban sudah berada posisi terpisah, ada didalam kamar dan ada juga di luar kamar.

Pihak kepolisian langsung melakukan identifikasi lokasi kejadian dengan memasang police line. Dan sekitar pukul 10.30 WIB, tim labotorium Forensik (Labfor) Polda Sumut turun ke lokasi untuk melakukan olah TKP. Terlihat sejumlah petugas tim Labfor masuk ke dalam ruko terbakar untuk mengumpulkan sejumlah barang bukti guna dilakukan penyelidikkan asal api.

Sementara itu Kapolsekta Medan Barat Kompol Nasrun Pasaribu saat dikonfirmasi di lokasi kejadian mengatakan belum mengetahui persis penyebab kebakaran. “Tapi berdasarkan keterangan yang kita kutip, ada segumpalan asap keluar dari toko itu,” ujarnya.
Nasrun juga mengatakan belum ada satu pun saksi yang diperiksa. Sementara saksi kunci yakni Alfrin Boru Tumanggor belum bisa dimintai keterangan. “Dia masih dalam perawatan medis di rumah sakit,” sebut Nasrun.

Menurut penuturan seorang lelaki yang bertugas penjaga malam di sekitar lokasi kejadian, saat itu dirinya sudah melihat asap di lantai II, Senin (9/4) malam sekitar pukul 23.00 WIB. “Setelah beberapa jam kemudian aku lihat lagi sudah tidak ada,” ungkap pria tegap yang enggan namanya dikorankan.
Lanjutnya, pada sekitar pukul 04.00 WIB, kembali melihat asap sudah mengepul keluar dari ruko ini. Dia pun mendengar jeritan dari lantai dua. “Saya lihat jam 4.00 WIB, asap sudah banyak dan api pun terlihat, serta di lantai II penghuni ruko menjerit minta tolong,” akunya.

Lurah Pulo Brayan Kota, Sahut Sinaga, memastikan kalau ada dua warga asing yang menjadi korban. “Memang kedua warga yakni Amei dan Yong Fang tidak terdaftar sebagai penduduk saya. Mereka berdua selama ini bekerja di Taiwan dan keperluan mereka ke Medan adalah untuk kunjungan keluarga,” ujar Sahut Sinaga.

Hal ini diamini Acui (38), seorang wanita kerabat korban. “Dari ketujuh itu, hanya lima anggota keluarga. Semuanya meninggal saat sedang terlelap tidur,” katanya saat di depan pintu ruang instalasi jenazah.

Ahli Forensik RSU Dr Pirngadi Medan, Dr Surjit F Singh mengatakan, bahwa semua korban mengalami luka bakar 100 persen pada tubuhnya. “Korban tewas akibat tertidur pulas. Ini diketahui karena tak ada gerakan pada otot korban  seperti gerakan berlari atau gerakan keras lainnya. Tapi mengenai hasil pemeriksaan lebih lanjut merupakan wewenang dari pihak kepolisian,” jelasnya.

Tewas dalam Keadaan Berkabung

Menurut penuturan abang ipar Ana yakni Henkyjen (42), keluarga Ana sejatinya masih dalam keadaan berkabung. Beberapa hari sebelumnya, suami Ana yakni Anjen, meninggal karena penyakit jantung.

“Anjen meninggal dunia baru sekitar 20 hari yang lalu. Kini istri Anjen bersama anak-anaknya pergi untuk selama-lamanya. Baru saja meninggal suaminya, kini dia (Ana) pergi,” ujar Henkyjen dengan mata berkaca-kaca.

Diceritakan Henkyjen yang sangat sedih kehilangan adik ipar dan keponakannya ini, waktu kebakaran terjadi, dia sedang tertidur lelap. Tiba-tiba tidurnya terbangun setelah telepon genggamnya berdering sekitar pukul 04.36 WIB.  Terlihat di layar ponsel nama Ana. Namun, saat ponselnya hendak diangkat, nada panggil terputus.

Saat itu dirinya langsung keluar dari rumahnya. Pasalnya, rumah Henkyjen dengan lokasi terbakar hanya berjarak 10 meter. “Karena firasat saya tak enak setelah telepon dari adik ipar saya yang tiba-tiba putus, saya langsung menghampiri rumah adik ipar saya itu,” ujarnya.

Setelah tiba di depan ruko Ana, dirinya sudah melihat gumpalan asap dan api. “Aku lihat tetangga menjerit ada kebakaran. Aku mau mendekati rumah Ana tapi rumah itu sudah terbakar,” ujarnya.

“Aku mau menyelematkan adikku dan orang di dalam tapi dihalangi petugas,” tambahnya.

Soal keberadaan dua tamu dari Taiwan itu pun dijelaskan Henkyjen. Kehadiran keduanya di Kota Medan tak lain untuk bersama-sama merayakan Cheng Beng. Keduanya merupakan sanak saudara Ana. Selain merayakan Cheng Beng dan bertamu ke ruko Ana. Pasalnya Ana masih berkabung setelah suaminya Anjen meninggal Dunia.

Keduanya baru tiba pada Minggu (8/4) yang lalu. “Keduanya pun berencana berziarah ke kuburan suami si Ana hari ini (Kemarin, Red),” ujarnya.

Kalau Saja Pintu tak Berlapis-lapis

Wali Kota Medan Rahudman Harahap langsung mendatangi RSU Pirngadi untuk melihat korban. “Kita perihatin atas korban. Secara medis untuk pemeriksaan luar terhadap korban sudah dilakukan oleh tim, jadi menunggu saja dari penyidik apakah perlu dilakukan visum,” kata Rahudman usai melihat kondisi ketujuh korban kebakaran di kamar mayat RSU dr Pirngadi Medan, Selasa (10/4) siang.

Dikatakannya, kawasan tempat tinggal korban merupakan Ruko yang melebihkan fasilitas dengan menambah pintu besi sebagai pengaman. “Kalau beginikan kejadiannya, petugas Damkar Medan jadi susah. Untuk itu saya himbau kepada masyarakat mengambil langkah-langkah agar tidak terulang kembali peristiwa ini,” jelasnya.

Menurutnya, masyarakat serta pemilik ruko minimal memiliki pintu keluar dan racun api. “Sudah berapa kali kubilang, masyarakat maupun pemilik ruko menyediakan alat pencegah kebakaran seperti racun api serta menata lokasi tempat tinggal agar tidak menyulitkan kalau terjadi peristiwa,” ujarnya.
Kepala Dinas Pencegah dan Pemadam Kebakaran (P2K) Medan, M Tampubolon mengaku kesulitan saat memadamkan api dan tidak mengetahui kalau ada orang di dalam ruko tersebut. “Kami akui kesulitan, karena tidak tahu ada orang di atas. Kami saja meraba-raba saat mencoba masuk ke dalam ruko saat melakukan penyeseran dari lantai I, kalau dari atas ditakutkan dituduh pencuri. Bisa saja kami rusak dengan menarik troli. Tapi nanti apa kata orang? “ ucapnya.

Dijelaskannya, penyebab kebakaran karena korslet listrik yang terbakar di lantai I. Sehingga api yang membakar seluruh barang-barang eletronik mengeluarkan asap yang mengandung racun. “Awalnya terbakar dibawah, sementara korban sedang tidur di dalam kamar lantai II. Kalau saja pintu tersebut tidak terkunci sampai berlapis-lapis, korban bisa selamat. Kalau dari hasil visum tadi, korban tewas karena terhirup asap karena tidak mengeluarkan darah,” jelasnya. (gus/jon/adl/mag-11)

Sempat Gandeng Tangan Majikan

Korban selamat Alfrin Boru Tumanggor belum bisa diwawancarai. Dia masih trauma. Warga Desa Silencang Kecamatan Parlilitan, Humbahas itu pun langsung panik begitu sinar lampu.

Seorang sumber yang berhasil berbincang dengan korban menceritakan kalau Alfrin sejatinya bisa menyelamatkan majikannya. Keterangan ini didapat sumber saat korban dalam keadaan tenang. Perbincangan pun mengalir meski durasinya tak panjang. Korban bolak-balik panik. Keterangan ini didapat saat Sumut Pos mendatangi ruang perawatan Alfrin, di RS Imelda, tepatnya ruang Mawar Lantai II Kelas IA 206, Selasa Siang (10/4) sekitar pukul 15.30 WIB.

Ceritanya, Alfrin sudah bekerja di keluarga itu selama enam bulan. Nah, saat kejadian, Alfrin masih sempat bergandengan tangan dengan sang majikan untuk menyelamatkan diri sebelum api menghanguskan tubuh majikan dan anak-anaknya. “Pengakuannya (Alfrin), dia tidak mengetahui secara pasti asal api yang membakar ruko majikannya itu. Hanya saja Alfrin terbangun karena mendengar sebuah ledakan besar dari rumah itu.

Karena cuaca panas yang menyelimuti gedung, Alfrin langsung keluar kamar dengan posisi meraba karena listrik padam. Dia pun bergantung dengan sinar handphone. Bahkan ketika itu, dia sempat menemui sang majikannya (Ana) dan bergandengan tangan untuk bersama menyelamatkan diri ke lantai tiga,” ujar sumber menirukan pengakuan korban saat di RS Imelda.

Di lantai II yang menghubungkan lantai III, korban dan majikannya sempat mendobrak pintu besi di lantai tersebut. Pasalnya, pintu itu sudah sangat panas. Sesampainya di lantai III, bukannya langsung melompat, majikannnya justru memilih kembali ke lantai II dengan kondisi gelap gulita untuk menyelamatkan anak-anaknya. “Waktu majikannya di lantai II, Alfrin hanya bisa melihat asap dan kobaran terus membesar, sementara pintu yang menghubungkan lantai II dan III saat itu juga tertutup sehingga menghalangi majikannya untuk naik lagi ke lantai III,” terangnya lagi.

Api yang ketika itu terus membesar mambuat Alfrin hanya bisa pasrah dan tak mampu menolong majikannya. Hanya suara samar dari majikannya yang terus memanggil-manggil namanya. Bahkan dari pengakuan sumber tersebut, Alfrin dalam kondisi panik, masih sempat berhubungan lewat jaringan selulernya dengan keluarga majikannya Alung.

Namun karena kalap dan gagap, Alfrin tak tahu lagi harus berbuat bagaimana, sehingga dirinya memutuskan untuk langsung lompat dari lantai III. Bahkan Alfrin juga tidak mengetahui keberadaan HP-nya setelah itu.

“Dia tak tahu kayak mana proses lompatnya, yang dia tau setelah lompat dari lantai III dia sudah berada di rumah sakit,” ujar sumber tersebut.
Pengakuan ini dibenarkan oleh petugas kepolisian Polsek Medan Barat, yang bertugas mendampingi korban di ruang perawatan. Dari informasi sejumlah perawat, pascatragedi kebakaran dan mendapatkan perawatan di rumah sakit, tak banyak kalimat yang keluar dari mulutnya.

Hanya saja, sesekali Alfrin mengamuk dan melempari serta mengusir orang yang berada di sekitar ruang perawatannya. Bahkan ketika tidur, korban juga sering mengigau, meskipun tak jelas apa yang dikatakannya.

“Tadi dia sempat mengamuk dan melempari orang di sekelilingnya dengan kursi, selimut, dan botol yang berada di ruangan. Dia juga terlihat takut dengan keramaian sehingga mengusir orang yang ada di sekitarnya. Bahkan untuk menenangkannya, Alfrin harus mendapatkan suntikan penenang. Setidaknya sejak dirawat dari pukul 08.00 WIB, dia (Alfrin) sudah mendapatkan dua kali suntikan penenang (ampul), namun yang kedua kalinya tidak penuh,” ungkap Perawat Ruangan RS Imelda, Yuli saat dikofirmasi wartawan koran ini.

Sementara untuk kondisi fisiknya, lanjut Yuli, korban Alfrin hanya mengalami luka gores pada bagian tangannnya. Selain itu tubuh korban juga tidak mengalami luka melepuh akibat terbakar, hanya merasakan panas pada bagian telapak kakinya sehingga diletakkan timun untuk mendinginkannya.
Hal yang sama dikatakan perawat RSU Imelda lainnya, Kiki. “Korban sering mengatakan kepanasan. Kalau lihat cahaya lampu, selalu berteriak ‘api-api’,” ujarnya. (uma/gus)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/