CALON presiden (capres) Ganjar Pranowo dan calon wakil presiden (cawapres) Mahfud MD menaruh perhatian besar pada fakir miskin dan anak telantar untuk dipelihara negara. Hal itu menjadi pijakan untuk menghapus kemiskinan dan mengurangi persentase penduduk miskin hingga 2,5 persen pada 2029.
Ganjar Pranowo dan Mahfud MD bertekad memerdekakan rakyat miskin melalui pemenuhan hak pendidikan untuk semua, kesehatan tanpa diskriminasi, sistem jaminan sosial, serta penyediaan kebutuhan pangan, papan, dan pekerjaan yang layak. Memerdekakan rakyat miskin menjadi awal bagi pelaksanaan konsepsi pembangunan Indonesia sentris sebagai negara kepulauan-maritim.
’’Kami mengapresiasi berbagai kemajuan yang telah diletakkan oleh pemerintahan Presiden Joko Widodo. Dengan berbagai capaian itu, kami bertekad untuk memajukan dan menyejahterakan seluruh rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote,’’ ujarnya.
Strategi pembangunan nasional yang mereka rancang ditujukan untuk mewujudkan Indonesia yang berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan. Strategi berdaulat dalam politik akan dijalankan dengan bergerak cepat untuk melindungi rakyat dalam kehidupan yang demokratis serta memajukan hak-hak sosial ekonomi dan budaya rakyat.
Sementara itu, strategi berdikari dalam ekonomi diterapkan untuk memastikan roda perekonomian bergerak cepat, adil, dan merata dengan mengutamakan pembangunan sumber daya manusia (SDM) yang unggul, produktif, dan berdaya guna bagi peningkatan nilai tambah perekonomian nasional.
Terkait strategi berkepribadian dalam kebudayaan, pihaknya siap memajukan seluruh aspek kehidupan berdasar jati diri dan kebudayaan bangsa. Menurut Ganjar, tugas membangun bangsa dan negara ke depan membutuhkan gerak cepat dalam menyelesaikan berbagai persoalan dan tantangan.
’’Kami sangat memahami perubahan dan tantangan global seperti geopolitik, geo-ekonomi, perkembangan kependudukan dunia, disrupsi teknologi dan informasi, perubahan iklim, serta globalisasi, telah memicu kesenjangan antara negara maju, berkembang, dan miskin,’’ kata Ganjar.
Di sisi lain, Ganjar menilai bonus demografi akan menjadi bencana demografi jika tidak diikuti peningkatan kualitas manusia Indonesia serta penguasaan sains dan teknologi. ’’Dengan jumlah penduduk tahun 2022 lebih dari 278 juta jiwa atau terbesar keempat di dunia, bisa menjadi potensi sekaligus kekuatan besar bagi Indonesia untuk melompat menjadi negara maju,’’ sebutnya.
Potensi sumber daya alam seperti energi, mineral, pertanian, perkebunan, perikanan, dan keanekaragaman hayati adalah kunci bagi Indonesia dalam bersaing di dunia internasional dan menghadirkan kesejahteraan rakyat. ’’Pengelolaan sumber daya alam menjadi tantangan Indonesia untuk menghadirkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat,’’ tambahnya.
Selain itu, menurut Ganjar, potensi digital Indonesia harus dimanfaatkan. Pasalnya, Indonesia merupakan negara pengguna internet yang besar. Mulai dari media sosial, mesin pencari, e-commerce, dan produk digital lainnya. ’’Potensi digital Indonesia diperkirakan mencapai USD 146 miliar pada 2025 dan USD 220–360 miliar pada 2030,’’ jelasnya.
Sementara itu, Ketua Lembaga Pengawas Kinerja Aparatur Negara Sumatera Utara (LPKAN Sumut), Rafriandi Nasution menegaskan, gagasan strategi menuju Indonesia unggul yang digagaskan Ganjar Pranowo sebagai calon presiden (capres) patut diapresiasi. Karena, menurut Rafriandi, merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi sesuai bunyi pembukaan UUD 1945 dan tanggung jawab pemerintah dalam memenuhi ruh UUD 1945 yang diwujudkan atau diimplementasikan pada Indonesia unggul yang berketuhanan yang maha esa, berprikemanusiaan, persatuan, demokrasi dan terwujudnya keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.
“Kiranya itulah pegangan resmi kita semua sebagai warga Bangsa Indonesia, yaitu Pancasila. Jadi visi Indonesia unggul 2045 dengan segala program yang dijalankan nantinya tetap harus bagaimana menjadikan rakyat Indonesia sejahtera dan tuan di tanah sendiri,” ujarnya kepada Sumut Pos di Medan, Kamis (9/11).
Artinya, sambung Rafriandi, kemandirian di semua sisi dan disegani di mata dunia, ikut berperan dalam proses perdamaian dunia, tetap terjamin stabilitas nasional dan regional. (wir/dwi)