26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Respon MUI Soal Tren Umrah Backpacker, Cholil Nafis: Silakan Coba, Seru!

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Majelis Ulama Indonesia (MUI) ikut merespon tren umrah mandiri berbiaya murah atau backpacker. Bahkan MUI menantang masyarakat yang punya adrenaline dan jiwa petualang, untuk sesekali merasakannya. Karena umrah backpacker seru.

Tanggapan tersebut disampaikan Ketua MUI Bidang Dakwah dan Ukhuwah, Cholil Nafis di kantornya, kemarin (19/2). Dia menegaskan, umrah itu adalah ibadah sunnah. Berbeda dengan haji yang masuk kategori ibadah wajib, bahkan salah satu dari lima rukun Islam. Itupun bagi yang memiliki kemampuan finansial dan kesehatan.

Karena umrah sifatnya sunnah, Cholil mengatakan, jika dikerjakan mendapatkan pahala. Sebaliknya jika tidak dilakukan tidak apa-apa, alias tidak berdosa. Bahkan untuk sekadar beribadah di Masjidilharam atau Masjid Nabawi, itu pahalanya sudah berlipat-lipat. ’’Saya minta kepada masyarakat yang ingin umrah backpacker, silahkan dicoba. Seru,’’ katanya.

Cholil sendiri mengatakan, beberapa kali menjalankan umrah backpacker. Umrah hemat dia lakukan ketika sedang mendapatkan undangan menjadi pembicara soal keislaman di Riyadh. Dia menyempatkan mampir di Makkah untuk menjalankan umrah secara mandiri. Tanpa melibatkan travel manapun.

Bagi masyarakat yang ingin melakukan umrah backpacker, harus bisa menjaga nama baik bangsa Indonesia. Diantaranya adalah memastikan tiket berangkat dan pulangnya sudah ada. Kemudian juga pastikan menginap di hotel yang layak. ’’Jangan kemudian di sana hanya tidur di masjid. Sewa hotel yang layak, berangkat ke Masjidilharam dengan kondisi bersih,’’ tuturnya.

Menurut Cholil, saat ini sistem perjalanan lintas batas masyarakat sudah jauh berubah. Masyarakat Indonesia sekarang bisa dengan mudah melancong ke negara-negara terjauh sekalipun. Sementara untuk umrah, masyarakat hanya berkunjung ke Saudi. Yang masih di area Benua Asia.

Dia mengatakan selama seseorang sudah pegang tiket pesawat, punya visa umrah, hotel sudah dipesan, tidak ada alasan bagi pemerintah Indonesia untuk mencegahnya. Dia mengatakan kalaupun ada regulasi soal perjalanan umrah, sepengetahuannya itu terkait dengan travel selaku badan usaha. Tetapi jika perorangan, selama dokumen keimigrasiannya lengkap, punya hak untuk pergi kemanapun.

Di bagian lagi Ketua Umum Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (AMPHURI) Firman M. Nur mengatakan, soal harga sejatinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara umrah backpacker dengan lewat travel. ’’Apalagi beberapa waktu lalu harga referensi umrah sudah diturunkan,’’ katanya.

Dari semula Rp 26 juta/orang menjadi Rp 23 juta/orang. Harga referensi itu adalah harga patokan minimal berangkat umrah yang dibahas bersama antara travel umrah dengan Kemenag. Harga referensi ini untuk mencegah adanya paket umrah yang sangat murah, sehingga beresiko gagal berangkat. Harga referensi ini ditetapkan setelah muncul kasus First Travel beberapa waktu lalu.

Menurut Firman perjalanan umrah berbeda dengan wisata pada umumnya. Pada perjalanan wisata, tujuannya adalah untuk sampai di lokasi kemudian foto-foto. Sedangkan tujuan umrah adalah ibadah. Meskipun umrah itu sifatnya ibadah sunnah, tetapi tetap ada aturan untuk mencapai kesempurnaannya. (wan/jpg)

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Majelis Ulama Indonesia (MUI) ikut merespon tren umrah mandiri berbiaya murah atau backpacker. Bahkan MUI menantang masyarakat yang punya adrenaline dan jiwa petualang, untuk sesekali merasakannya. Karena umrah backpacker seru.

Tanggapan tersebut disampaikan Ketua MUI Bidang Dakwah dan Ukhuwah, Cholil Nafis di kantornya, kemarin (19/2). Dia menegaskan, umrah itu adalah ibadah sunnah. Berbeda dengan haji yang masuk kategori ibadah wajib, bahkan salah satu dari lima rukun Islam. Itupun bagi yang memiliki kemampuan finansial dan kesehatan.

Karena umrah sifatnya sunnah, Cholil mengatakan, jika dikerjakan mendapatkan pahala. Sebaliknya jika tidak dilakukan tidak apa-apa, alias tidak berdosa. Bahkan untuk sekadar beribadah di Masjidilharam atau Masjid Nabawi, itu pahalanya sudah berlipat-lipat. ’’Saya minta kepada masyarakat yang ingin umrah backpacker, silahkan dicoba. Seru,’’ katanya.

Cholil sendiri mengatakan, beberapa kali menjalankan umrah backpacker. Umrah hemat dia lakukan ketika sedang mendapatkan undangan menjadi pembicara soal keislaman di Riyadh. Dia menyempatkan mampir di Makkah untuk menjalankan umrah secara mandiri. Tanpa melibatkan travel manapun.

Bagi masyarakat yang ingin melakukan umrah backpacker, harus bisa menjaga nama baik bangsa Indonesia. Diantaranya adalah memastikan tiket berangkat dan pulangnya sudah ada. Kemudian juga pastikan menginap di hotel yang layak. ’’Jangan kemudian di sana hanya tidur di masjid. Sewa hotel yang layak, berangkat ke Masjidilharam dengan kondisi bersih,’’ tuturnya.

Menurut Cholil, saat ini sistem perjalanan lintas batas masyarakat sudah jauh berubah. Masyarakat Indonesia sekarang bisa dengan mudah melancong ke negara-negara terjauh sekalipun. Sementara untuk umrah, masyarakat hanya berkunjung ke Saudi. Yang masih di area Benua Asia.

Dia mengatakan selama seseorang sudah pegang tiket pesawat, punya visa umrah, hotel sudah dipesan, tidak ada alasan bagi pemerintah Indonesia untuk mencegahnya. Dia mengatakan kalaupun ada regulasi soal perjalanan umrah, sepengetahuannya itu terkait dengan travel selaku badan usaha. Tetapi jika perorangan, selama dokumen keimigrasiannya lengkap, punya hak untuk pergi kemanapun.

Di bagian lagi Ketua Umum Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (AMPHURI) Firman M. Nur mengatakan, soal harga sejatinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara umrah backpacker dengan lewat travel. ’’Apalagi beberapa waktu lalu harga referensi umrah sudah diturunkan,’’ katanya.

Dari semula Rp 26 juta/orang menjadi Rp 23 juta/orang. Harga referensi itu adalah harga patokan minimal berangkat umrah yang dibahas bersama antara travel umrah dengan Kemenag. Harga referensi ini untuk mencegah adanya paket umrah yang sangat murah, sehingga beresiko gagal berangkat. Harga referensi ini ditetapkan setelah muncul kasus First Travel beberapa waktu lalu.

Menurut Firman perjalanan umrah berbeda dengan wisata pada umumnya. Pada perjalanan wisata, tujuannya adalah untuk sampai di lokasi kemudian foto-foto. Sedangkan tujuan umrah adalah ibadah. Meskipun umrah itu sifatnya ibadah sunnah, tetapi tetap ada aturan untuk mencapai kesempurnaannya. (wan/jpg)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/