30 C
Medan
Monday, May 6, 2024

Kelompok Teroris Bangun Kebun Sawit

istimewa
paparan: Kabiro Penerangan Masyarakat Polri, Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo (kanan) memaparkan penangkapan terduga teroris, di Gedung Humas Mabes Polri, Senin (1/7/).

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Lima anggota kelompok terduga teroris yang tergabung dalam kelompok Jemaah Islamiyah ( JI) yang berafiliasi kepada kelompok teroris global, Al Qaeda ditemukan sedang mengembangkan kekuatan organisasinya, termasuk dari segi ekonomi.

“Kelompok itu tahapan pembangunan kekuatan, yang tentunya harus didukung oleh kemampuan ekonomi. Mereka sedang mengembangkan basic ekonomi mereka itu dengan beberapa usaha yang mereka bangun yaitu usaha kebun,” kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo, di Gedung Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin (1/7).

Selain untuk membiayai kebutuhan operasional organisasi, dana tersebut dialokasikan sebagai gaji kepada petingginya. “Masih didalami bahwa pejabat-pejabat di dalam struktur organisasi JI. Ini juga digaji, gaji besarannya Rp 10 juta-Rp 15 juta (per bulan),” kata Dedi.

Kelompok tersebut juga diketahui membiayai para rekrutan untuk mengikuti latihan militer di negara seperti Suriah. Dedi mengatakan bahwa mereka telah mengirim rekrutan ke Suriah dalam enam gelombang. Namun, polisi masih mendalami jumlah orang yang dikirim.

Sebelumnya, Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri menangkap PW dan empat petinggi kelompok JI lainnya. PW yang merupakan amir atau pimpinan organisasi tersebut ditangkap di sebuah hotel di Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (29/6/2019).

“Yang ditangkap ini (PW) adalah pimpinan daripada JI setelah dia melakukan metamorfosa dari tahun 2007 sampai dengan sekarang. Atau boleh dikatakan sebagai Amir dari JI,” kata Dedi.

Polisi juga menangkap istri PW yang berinisial MY dan seorang terduga teroris lain BS, di lokasi dan waktu yang sama. MY diduga aktif dalam organisasi tersebut. Sementara itu, BS merupakan penghubung antara PW dan para rekrutan kelompok JI.

Pada Minggu (30/6/2019), polisi menangkap A di kawasan Bekasi, Jawa Barat. Ia merupakan salah satu orang kepercayaan PW yang menggerakkan organisasi JI di Indonesia. Terakhir, Densus 88 meringkus BT yang merupakan orang kepercayaan PW sekaligus penggerak jaringan JI di Jawa Timur. BT ditangkap di Ponorogo, Jawa Timur. Kelompok ini diketahui berafiliasi dengan Al Qaeda.

“Tersangka yang kelima adalah tersangka atas nama BT alias Haedar alias Deni dan alias Gani. Yang bersangkutan ditangkap pada hari Minggu, 30 Juni pada pukul 14.15 WIB di Ponorogo,” tutur Dedi.

Meski belum memiliki rencana serangan, menurut Dedi, kelompok tersebut sedang mengembangkan kekuatan. Tujuannya membangun khilafah. Densus 88, kata Dedi, masih mendalami lebih jauh kasus ini.

Terlibat Rusuh Poso hingga Jadi Pimpinan

Sepak terjang PW di Jamaah Islamiyah (JI) terbilang lama. Pria yang saat ini merupakan pimpinan JI sudah berada 19 tahun lamanya di organisasi terorisme itu.

Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo mengungkapkan, PW pernah mengikuti pelatihan militer sekitar tahun 2000 dan sejak saat itu mulai aktif di kelompok JI. Setelah sempat menjadi orang kepercayaan di bidang intelijen dalam kelompok tersebut, PW kemudian didapuk menjadi pimpinan pada tahun 2007.

“Yang ditangkap kemarin ini (PW), dulunya tahun 2000-an di JI, dia yang dikasih kepercayaan dalam struktur organisasi JI. Dia di bidang intelijen. Oleh karenanya setelah JI dinyatakan bubar, dia dibaiat sebagai amir (pimpinan) yang ada di Indonesia,” kata Dedi di Gedung Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin (1/7).

PW pun terlibat di sejumlah aksi teror. Misalnya kerusuhan di Poso pada 2000, bom di Kedutaan Besar Australia pada 2004 serta bom Bali I pada 2002 dan II pada 2005. Keterlibatannya secara khusus pada Bom Bali I dan II membuat ia sempat bekerjasama dengan kelompok Noordin Mohammad Top dan dr Azhari, dalang peristiwa bom Bali.

Selain memiliki kemampuan di bidang intelijen, pria lulusan sebuah universitas ternama di Jawa Barat dengan jurusan teknik sipil itu memiliki kemampuan untuk merakit bom, militer, dan merekrut anak buah.

“Dari sisi kompetensi, yang bersangkutan memiliki kompetensi untuk merakit bom. Kemampuan intelijen dan kemampuan militer lainnya selama dia mengikuti pelatihan itu cukup komprehensif sehingga yang bersangkutan dibaiat sebagai pimpinan JI,” ujar Dedi.

Kelompok yang dipimpin PW, lanjut Dedi, juga telah mengirim rekrutannya dalam enam gelombang untuk mengikuti latihan militer di negara. Salah satunya Suriah. Namun, polisi masih mendalami berapa jumlah orang yang dikirim. (kps)

istimewa
paparan: Kabiro Penerangan Masyarakat Polri, Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo (kanan) memaparkan penangkapan terduga teroris, di Gedung Humas Mabes Polri, Senin (1/7/).

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Lima anggota kelompok terduga teroris yang tergabung dalam kelompok Jemaah Islamiyah ( JI) yang berafiliasi kepada kelompok teroris global, Al Qaeda ditemukan sedang mengembangkan kekuatan organisasinya, termasuk dari segi ekonomi.

“Kelompok itu tahapan pembangunan kekuatan, yang tentunya harus didukung oleh kemampuan ekonomi. Mereka sedang mengembangkan basic ekonomi mereka itu dengan beberapa usaha yang mereka bangun yaitu usaha kebun,” kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo, di Gedung Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin (1/7).

Selain untuk membiayai kebutuhan operasional organisasi, dana tersebut dialokasikan sebagai gaji kepada petingginya. “Masih didalami bahwa pejabat-pejabat di dalam struktur organisasi JI. Ini juga digaji, gaji besarannya Rp 10 juta-Rp 15 juta (per bulan),” kata Dedi.

Kelompok tersebut juga diketahui membiayai para rekrutan untuk mengikuti latihan militer di negara seperti Suriah. Dedi mengatakan bahwa mereka telah mengirim rekrutan ke Suriah dalam enam gelombang. Namun, polisi masih mendalami jumlah orang yang dikirim.

Sebelumnya, Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri menangkap PW dan empat petinggi kelompok JI lainnya. PW yang merupakan amir atau pimpinan organisasi tersebut ditangkap di sebuah hotel di Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (29/6/2019).

“Yang ditangkap ini (PW) adalah pimpinan daripada JI setelah dia melakukan metamorfosa dari tahun 2007 sampai dengan sekarang. Atau boleh dikatakan sebagai Amir dari JI,” kata Dedi.

Polisi juga menangkap istri PW yang berinisial MY dan seorang terduga teroris lain BS, di lokasi dan waktu yang sama. MY diduga aktif dalam organisasi tersebut. Sementara itu, BS merupakan penghubung antara PW dan para rekrutan kelompok JI.

Pada Minggu (30/6/2019), polisi menangkap A di kawasan Bekasi, Jawa Barat. Ia merupakan salah satu orang kepercayaan PW yang menggerakkan organisasi JI di Indonesia. Terakhir, Densus 88 meringkus BT yang merupakan orang kepercayaan PW sekaligus penggerak jaringan JI di Jawa Timur. BT ditangkap di Ponorogo, Jawa Timur. Kelompok ini diketahui berafiliasi dengan Al Qaeda.

“Tersangka yang kelima adalah tersangka atas nama BT alias Haedar alias Deni dan alias Gani. Yang bersangkutan ditangkap pada hari Minggu, 30 Juni pada pukul 14.15 WIB di Ponorogo,” tutur Dedi.

Meski belum memiliki rencana serangan, menurut Dedi, kelompok tersebut sedang mengembangkan kekuatan. Tujuannya membangun khilafah. Densus 88, kata Dedi, masih mendalami lebih jauh kasus ini.

Terlibat Rusuh Poso hingga Jadi Pimpinan

Sepak terjang PW di Jamaah Islamiyah (JI) terbilang lama. Pria yang saat ini merupakan pimpinan JI sudah berada 19 tahun lamanya di organisasi terorisme itu.

Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo mengungkapkan, PW pernah mengikuti pelatihan militer sekitar tahun 2000 dan sejak saat itu mulai aktif di kelompok JI. Setelah sempat menjadi orang kepercayaan di bidang intelijen dalam kelompok tersebut, PW kemudian didapuk menjadi pimpinan pada tahun 2007.

“Yang ditangkap kemarin ini (PW), dulunya tahun 2000-an di JI, dia yang dikasih kepercayaan dalam struktur organisasi JI. Dia di bidang intelijen. Oleh karenanya setelah JI dinyatakan bubar, dia dibaiat sebagai amir (pimpinan) yang ada di Indonesia,” kata Dedi di Gedung Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin (1/7).

PW pun terlibat di sejumlah aksi teror. Misalnya kerusuhan di Poso pada 2000, bom di Kedutaan Besar Australia pada 2004 serta bom Bali I pada 2002 dan II pada 2005. Keterlibatannya secara khusus pada Bom Bali I dan II membuat ia sempat bekerjasama dengan kelompok Noordin Mohammad Top dan dr Azhari, dalang peristiwa bom Bali.

Selain memiliki kemampuan di bidang intelijen, pria lulusan sebuah universitas ternama di Jawa Barat dengan jurusan teknik sipil itu memiliki kemampuan untuk merakit bom, militer, dan merekrut anak buah.

“Dari sisi kompetensi, yang bersangkutan memiliki kompetensi untuk merakit bom. Kemampuan intelijen dan kemampuan militer lainnya selama dia mengikuti pelatihan itu cukup komprehensif sehingga yang bersangkutan dibaiat sebagai pimpinan JI,” ujar Dedi.

Kelompok yang dipimpin PW, lanjut Dedi, juga telah mengirim rekrutannya dalam enam gelombang untuk mengikuti latihan militer di negara. Salah satunya Suriah. Namun, polisi masih mendalami berapa jumlah orang yang dikirim. (kps)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/