Lebih dari 900 ribu warga Palestina telah mengungsi dari Rafah. Hal itu seiring dengan invasi Israel ke Rafah yang notabene jadi tempat terakhir warga Gaza berlindung.
Tank-tank dan pasukan militer Zionis terus bergerak maju di tenggara Rafah, menuju distrik barat kota padat penduduk itu. Seolah tak kenal waktu, hari demi hari warga Gaza dihantui oleh serangan Israel. Fasilitas kesehatan yang dapat menampung pasien pun kian minim.
Direktur Medis RS Martir Al Aqsa mengatakan, kini pihaknya tak memiliki bahan bakar untuk menggerakkan generator. Termasuk juga di RS lain. ’’Fasilitas yang penuh sesak di Deir el-Balah tidak dapat menggunakan banyak peralatannya dan terpaksa merawat pasien secara manual,’’ kata Khalil al-Deqran, juru bicara RS Martir, kepada Al Jazeera.
Tanpa bahan bakar, listrik pun tidak dapat berfungsi. Hal itu tentu mengancam nyawa para pasien. Video yang dipublikasikan Al Jazeera menunjukkan para tenaga kesehatan seperti dokter, perawat, maupun pasien dengan kondisi mengenaskan harus berjibaku dalam kegelapan. ’’Hal ini akan menyebabkan kematian banyak orang yang sakit dan terluka,’’ kata al-Deqran, seraya menambahkan bahwa beberapa pasien dirawat di lantai.
Kemenkes di Gaza mencatat, setidaknya 35.800 orang tewas dan 80.011 luka-luka dalam serangan Israel ke Gaza sejak Oktober 2023. Di sisi lain, dermaga bantuan yang dibangun AS di lepas pantai Gaza mulai menyalurkan bantuan. Meski kondisinya masih menantang.
Pejabat AS menyebut, pada Rabu (22/5) ada 27 di antara 70 truk yang memasuki Gaza lewat penyeberangan darat dan laut melalui dermaga itu. Namun, jumlah tersebut mewakili sebagian kecil dari 150 truk berisi makanan dan perbekalan yang seharusnya ditangani dermaga itu dengan kapasitas penuh.
Badan Pembangunan Internasional AS menyebutkan, secara keseluruhan, Gaza butuh sekitar 600 truk per hari untuk mencegah risiko kelaparan. Terutama di daerah kantong-kantong pengungsi Palestina.
Dilansir dari Reuters, tiga tentara AS menderita luka-luka nontempur dalam upaya membangun dermaga itu. Satu di antara tiga tentara tersebut kini berada dalam kondisi kritis dan dirawat di sebuah RS di Israel.
Cedera itu adalah yang pertama bagi pasukan AS dalam operasi terbaru untuk membawa bantuan kemanusiaan ke Palestina. Wakil Laksamana AS Brad Cooper selaku wakil komandan Komando Pusat AS mengatakan kepada wartawan bahwa dua tentara mengalami keseleo pada pergelangan kaki dan cedera punggung ringan.
’’Dua tentara mengalami cedera ringan. Mereka telah kembali bekerja. Anggota militer ketiga yang terluka di kapal di laut dibawa ke rumah sakit di Israel,’’ katanya.
Afsel Desak Perang Diakhiri
Di sisi lain, Mahkamah Internasional (ICJ) akan mengeluarkan putusan atas permohonan Afrika Selatan agar serangan Israel di Rafah diakhiri. Permintaan itu merupakan bagian dari kasus genosida yang lebih luas yang diajukan Afrika Selatan terhadap Israel.
Setelah kasus itu dibuka pada Desember 2023, pengadilan memutuskan Israel harus melakukan segala yang bisa dilakukan untuk mencegah ’’tindakan genosida’’, namun tidak memerintahkan gencatan senjata di Gaza.
Afrika Selatan dalam petisi terbarunya menyatakan, invasi Israel yang sedang berlangsung di Rafah telah mengubah situasi di lapangan dan memerlukan perintah darurat baru.
Di sisi lain, Israel menilai permintaan itu harus ditolak dan menyebut pihaknya punya hak untuk terus memerangi Hamas. Hingga berita ini ditulis, keputusan ICJ belum dirilis. (dee/c18/bay/jpg/ila)