MEDAN, SUMUTPOS.CO- Impian seorang atlet adalah meraih prestasi di setiap event yang diikuti. Hal itu juga berlaku bagi atlet pencak silat, Fadilah Dabutar.
Sempat gagal, tapi tidak mematahkan semangat wanita yang akan dipanggil Dila tesebut. Justru atlet berusia 18 tahun ini semakin termotivasi untuk berlatih. Hasilnya, dia berhasil menyumbangkan medali emas cabang pencak silat Porkot Medan XIV tahun 2024 dari kelas C Putri Dewasa kepada Kecamatan Medan Kota.
“Saya sebenarnya sudah tampil pada Porkot Medan tahun 2023 lalu, namun gagal. Kegagalan itu menjadi pengalaman dan motivasi saya untuk meraih medali emas pada Porkot Medan tahun ini,” ujar Fadilah Dabutar kepada Sumut Pos, kemarin.
Tak ayal, keberhasilan ini menambah semangat Dila. Mahasiswa Universitas Islam Sumatara Utara (UISU) tersebut pun mengusung misi meraih target lebih tinggi. Dia memiliki asa untuk tampil pada Pekan Olahraga Nasional (PON) 2028 mendatang.
“Jujur, saya senang bisa meraih emas pada Porkot Medan kali ini. Sekarang saya memiliki target jangka panjang untuk tampil pada PON 2028 mendatang,” jelas mahasiswa Fakultas FISIP jurusan Ilmu Administrasi Negera tersebut.
Dila sebenarnya bukan pertama kali tampil dalam sebuah kejuaraan pencak silat. Dia sudah berlatih olahraga ini sejak kelas 3 SMP. “Kalau tak salah, saya sudah enam tahun berlatih silat,” tambahnya.
Putri pasangan Harapan Dabutar dan Kolidah Nadeak ini pertama kali berlatih silat dengan bergabung ke Perguruan Tatak Moccak Pakpak di Sidikalang.
“Awalnya saya takut terpengaruh dengan kelakuan teman-teman. Saya kemudian memutuskan berlatih silat dengan bergabung ke perguruan di kampung,” ungkapnya.
Keputusan Dila ini sempat ditantang orang tua. Orang tuanya sempat beranggapan bahwa keputusan itu hanya buang-buang waktu. “Tapi saya tunjukkan tekad saya dengan meraih prestasi di kejuaraan. Akhirnya mereka setuju,” tambahnya.
Dalam meniti karir di dunia olahraga, anak kedua dari empat bersaudara ini mengalami berbagai rintangan. Seperti harus menggunakan uang sendiri untuk mengikuti sebuah kejuaraan. Tapi itu tidak mematahkan semangatnya.
“Sudah sering saya harus berkorban sendiri untuk mengikuti sebuah kejuaraan. Bahkan sudah terbiasa, karena keseringan. Tapi saya terus berpikir positif. Meraih prestasi itu memang banyak rintangan. Saya harus membuktikan diri dengan meraih prestasi,” tegasnya.
Kini, Dila berlatih di Perguruan Salam UISU. Dia berlatih dua kali dalam seminggu dan menambah latihan mandiri. Meski sarana di sana masih minim, Dila tidak pernah kendor.
“Saya harus berlatih keras, karena untuk bisa meraih prestasi di level nasional, butuh perjuangan. Mudah-mudahan apa yang saya mimpikan bisa tercapai,” pungkasnya. (dek)