26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Latersia tak Menangis Sembahyang di Depan Jenazah Ayah

Kemarin, jenazah Suwito dan Dora Halim disemayamkan di Balai Persemayaman Yayasan Sosial Angsapura Jalan Waja Medan dan direncanakan akan di Perabukan di Krematorium Tie Chang Tien Tanjung Morawa, Jumat (1/4) pukul 15.00 WIB.

Sejumlah keluarga dan kerabat terlihat datang untuk mengucapkan turut berbela sungkawa. Sedang anak pertama korban Latersia (5) tampak melakukan sembayang dihadapan jenazah kedua orangtuanya Latersia tak menangis, sesekali dia melihat keluarga yang memandunya untuk sembahyang.

Sementara orangtua Suwito, Siu Hua alias Sarwo (60) syok.”Dia sangat syok, aku sempat bertanya tadi sama dia tetapi yang lain-lain dijawabnya, aku minta nomor telepon adiknya malah nomor telepon Sarwo yang dikasihnya,” ujar Brilian Muchtar, anggota DPRD Sumut, yang datang melayat.

“Aku tidak tahu lagi harus bagaimana. Aku lupa semuanya dan saya tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada waktu itu,” ujar Elke (24), abang Dora Halim.

“Aku sangat sedih terlebih melihat anak mereka yang masih kecil-kecil. Mereka akan kehilangan kasih-sayang orangtuanya,” kata Elke.

Sementara pasca pembunuhan rumah korban di Jalan Akasia No 50, Kelurahan Durian Kecamatan Medan Timur tampak anggota Puslabfor Polda Sumut terus melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) dan mencari barang bukti lain yang berguna untuk penyelidikan.

Petugas menemukan 3 lagi proyektil peluru yang bersarang di mobil korban dan di samping pintu garasi. Namun anggota Puslabfor Polda Sumut enggan memberi komentar. “Bukan kewenangan kami langsung saja sama Kapolres atau Kapolda,” ujar salah satu petugas langsung pergi meninggalkan lokasi.

Pantauan wartawan koran ini, warga  terus berdatangan ke lokasi ingin melihat langsung tempat penembakan. Sayangnya, warga tak banyak yang mengetahui kejadian itu. Saminem (28), seorang warga yang datang ke lokasi kejadian mengaku, tidak mengetahui secara persis kejadian itu. “Saya kurang tahu kejadianya seperti apa, saya lagi kurang enak badan saat itu. Cuma saya sempat mendengar suara letusan beberapa kali namun saya tidak terlalu open saya pikir bukan tembakan,” katanya.

Hal senada juga dikatakan oleh Amin (60), tetangga korban yang hanya bersebelah dinding. Amin mengaku, tidak mengetahui kejadian tersebut. “Saya tidak tahu walau rumah kami dempet. Cuma kami tidak tahu kejadian itu,” ujarnya.

Tetangga lainnya, Suwanto (30) mengaku, korban orangnya tertutup, sehingga banyak warga di sekitar tidak berani membantu usai kejadian.

“Ya, mereka itu keluarga yang sangat tertutup kepada warga. Makanya kami tidak terlalu open setelah kejadian itu dan tidak ada warga di sekitar yang berani menolong saat itu,” kata Suwanto.
Kepala Lingkungan VII, Kelurahan Durian, Kecamatan Medan Timur, Syahmenan mengaku, peristiwa penembakan yang menewaskan warganya tidak diduga-duga.

“Warga disini tidak ada yang menyangka, sebab saat mendengar suara tembakan, masyarakat pikir suara mercon yang meledak. Akan tetapi setelah berlalu 10 menit warga disini pun berani keluar itupun setelah pembantu korban berteriak histeris,” ujarnya.

Pria berusia 55 tahun ini juga mengaku, korban jarang berkomunikasi dengan warga dan tetangganya. “Korban jarang keluar rumah. Kalau ada kegiatan korban memang bersedia membantu warga,” katanya. (mag-7/mag-8)

Kemarin, jenazah Suwito dan Dora Halim disemayamkan di Balai Persemayaman Yayasan Sosial Angsapura Jalan Waja Medan dan direncanakan akan di Perabukan di Krematorium Tie Chang Tien Tanjung Morawa, Jumat (1/4) pukul 15.00 WIB.

Sejumlah keluarga dan kerabat terlihat datang untuk mengucapkan turut berbela sungkawa. Sedang anak pertama korban Latersia (5) tampak melakukan sembayang dihadapan jenazah kedua orangtuanya Latersia tak menangis, sesekali dia melihat keluarga yang memandunya untuk sembahyang.

Sementara orangtua Suwito, Siu Hua alias Sarwo (60) syok.”Dia sangat syok, aku sempat bertanya tadi sama dia tetapi yang lain-lain dijawabnya, aku minta nomor telepon adiknya malah nomor telepon Sarwo yang dikasihnya,” ujar Brilian Muchtar, anggota DPRD Sumut, yang datang melayat.

“Aku tidak tahu lagi harus bagaimana. Aku lupa semuanya dan saya tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada waktu itu,” ujar Elke (24), abang Dora Halim.

“Aku sangat sedih terlebih melihat anak mereka yang masih kecil-kecil. Mereka akan kehilangan kasih-sayang orangtuanya,” kata Elke.

Sementara pasca pembunuhan rumah korban di Jalan Akasia No 50, Kelurahan Durian Kecamatan Medan Timur tampak anggota Puslabfor Polda Sumut terus melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) dan mencari barang bukti lain yang berguna untuk penyelidikan.

Petugas menemukan 3 lagi proyektil peluru yang bersarang di mobil korban dan di samping pintu garasi. Namun anggota Puslabfor Polda Sumut enggan memberi komentar. “Bukan kewenangan kami langsung saja sama Kapolres atau Kapolda,” ujar salah satu petugas langsung pergi meninggalkan lokasi.

Pantauan wartawan koran ini, warga  terus berdatangan ke lokasi ingin melihat langsung tempat penembakan. Sayangnya, warga tak banyak yang mengetahui kejadian itu. Saminem (28), seorang warga yang datang ke lokasi kejadian mengaku, tidak mengetahui secara persis kejadian itu. “Saya kurang tahu kejadianya seperti apa, saya lagi kurang enak badan saat itu. Cuma saya sempat mendengar suara letusan beberapa kali namun saya tidak terlalu open saya pikir bukan tembakan,” katanya.

Hal senada juga dikatakan oleh Amin (60), tetangga korban yang hanya bersebelah dinding. Amin mengaku, tidak mengetahui kejadian tersebut. “Saya tidak tahu walau rumah kami dempet. Cuma kami tidak tahu kejadian itu,” ujarnya.

Tetangga lainnya, Suwanto (30) mengaku, korban orangnya tertutup, sehingga banyak warga di sekitar tidak berani membantu usai kejadian.

“Ya, mereka itu keluarga yang sangat tertutup kepada warga. Makanya kami tidak terlalu open setelah kejadian itu dan tidak ada warga di sekitar yang berani menolong saat itu,” kata Suwanto.
Kepala Lingkungan VII, Kelurahan Durian, Kecamatan Medan Timur, Syahmenan mengaku, peristiwa penembakan yang menewaskan warganya tidak diduga-duga.

“Warga disini tidak ada yang menyangka, sebab saat mendengar suara tembakan, masyarakat pikir suara mercon yang meledak. Akan tetapi setelah berlalu 10 menit warga disini pun berani keluar itupun setelah pembantu korban berteriak histeris,” ujarnya.

Pria berusia 55 tahun ini juga mengaku, korban jarang berkomunikasi dengan warga dan tetangganya. “Korban jarang keluar rumah. Kalau ada kegiatan korban memang bersedia membantu warga,” katanya. (mag-7/mag-8)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/