28 C
Medan
Saturday, December 6, 2025

Seminggu ke Depan, Sumut Masih Dilanda Kemarau, 7 Kabupaten Siaga Darurat Karhutla

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Dalam sepekan ke depan, Provinsi Sumatera Utara diprediksi masih dilanda musim kemarau. Untuk itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Utara (Sumut) menetapkan tujuh kabupaten dalam status siaga darurat bencana kekeringan dan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).

Kepala BPBD Sumut Tuahta Ramajaya Saragih mengatakan, ketujuh daerah yang berstatus siaga darurat yakni Kabupaten Toba, Samosir, Simalungun, Humbang Hasundutan, Karo, Dairi, dan Tapanuli Utara. Menurut Tuahta, penetapan siaga darurat ini merupakan arahan dari Gubernur Sumut Bobby Nasution, agar masalah kebakaran dan kekeringan bisa diantisipasi.

“Ini adalah bagian dari upaya kita menaikkan air permukaan. Langkah-langkah antisipasi, kita sudah mensiagakan petugas kita di sana, untuk memadamkan api-api yang muncul, juga mendistribusikan air bersih,” katanya kepada wartawan, Jumat (25/7).

Dia mengatakannya, BPBD Sumut mencatat sebanyak 80 kejadian kebakaran hutan di Provinsi Sumut pada periode Januari-Juli 2025 yang tersebar di 21 kabupaten/kota. “Dan ini juga sudah berlangsung cukup lama. Januari-Juli 2025 total kebakaran hutan dan lahan sebanyak 80 kejadian. Luas yang terdampak 1.804, 95 hektare,” sambungnya.

Lebih lanjut, Tuahta menyebutkan, berdasarkan prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), puncak kemarau itu akan berlangsung pada Bulan Juli ini sampai akhir Agustus 2025. “Jadi berdasarkan itu dan fakta di lapangan, memang hampir benar terjadi kekeringan dan kebakaran hutan. Apalagi memang saat ini sedang revalidasi geopark kaldera toba dari UNESCO. Jadi ini juga bentuk komitmen pak gubernur dan 7 kepala daerah, untuk menjaga bahwa geopark ini tetap green card nanti,” ungkapnya.

Karena itu, Tuahta berharap kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan BMKG membuat hujan buatan di tujuh daerah yang rawan terjadi kebakaran tersebut. “Ini hanya siaga darurat, selain memang kolaborasi dengan BMKG, BNBP soal pembuatan hujan, juga kita harap untuk menyiapkan stakeholder di kabupaten dan provinsi untuk masa kekeringan sampai dengan agustus nanti,” ucapnya.

Sementara, Prakirawan BBMKG 1 Medan Christin Mori memprakirakan, sepekan ke depan Sumut masih dilanda kemarau. “Prospek cuaca di Sumut untuk seminggu ke depan, secara umum masih dalam periode musim kemarau. Cuaca di wilayah Sumut diprakirakan masih cerah berawan dan berpotensi hujan ringan di beberapa bagian, khususnya wilayah pesisir barat, dengan suhu udara diperkirakan berkisar 15-37 derjat celcius,” kata Christin kepada Sumut Pos, Jumat (25/7).

Menurut Christin, berdasarkan analisa pola angin, musim kemarau tersebut disebabkan, menunjukkan angin baratan yang cukup kuat dan bersifat divergen (menyebar) di wilayah Sumut, sehingga secara tidak langsung mempengaruhi suhu panas di wilayah itu.

“Angin yang divergen (menyebar) mengakibatkan pertumbuhan awan cukup sulit, sehingga cahaya matahari sangat instens menembus ke permukaan tanpa adanya tutupan awan sehingga mengakibatkan suhu udara cukup tinggi,” jelasnya.

Pihaknya mengimbau kepada masyarakat, agar waspada dampak suhu panas di wilayah Sumatera Utara. Untuk itu masyarakat supaya mengurangi kegiatan di luar ruangan, memperbanyak minum air putih, dan waspada resiko kebakaran akibat kondisi kering dan panas. “Karena cuaca bersifat dinamis, maka masyarakat Sumut diimbau agar selalu pantau sosial media kita di @infobmkgsumut,” tandasnya. (san/dwi/adz)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Dalam sepekan ke depan, Provinsi Sumatera Utara diprediksi masih dilanda musim kemarau. Untuk itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Utara (Sumut) menetapkan tujuh kabupaten dalam status siaga darurat bencana kekeringan dan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).

Kepala BPBD Sumut Tuahta Ramajaya Saragih mengatakan, ketujuh daerah yang berstatus siaga darurat yakni Kabupaten Toba, Samosir, Simalungun, Humbang Hasundutan, Karo, Dairi, dan Tapanuli Utara. Menurut Tuahta, penetapan siaga darurat ini merupakan arahan dari Gubernur Sumut Bobby Nasution, agar masalah kebakaran dan kekeringan bisa diantisipasi.

“Ini adalah bagian dari upaya kita menaikkan air permukaan. Langkah-langkah antisipasi, kita sudah mensiagakan petugas kita di sana, untuk memadamkan api-api yang muncul, juga mendistribusikan air bersih,” katanya kepada wartawan, Jumat (25/7).

Dia mengatakannya, BPBD Sumut mencatat sebanyak 80 kejadian kebakaran hutan di Provinsi Sumut pada periode Januari-Juli 2025 yang tersebar di 21 kabupaten/kota. “Dan ini juga sudah berlangsung cukup lama. Januari-Juli 2025 total kebakaran hutan dan lahan sebanyak 80 kejadian. Luas yang terdampak 1.804, 95 hektare,” sambungnya.

Lebih lanjut, Tuahta menyebutkan, berdasarkan prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), puncak kemarau itu akan berlangsung pada Bulan Juli ini sampai akhir Agustus 2025. “Jadi berdasarkan itu dan fakta di lapangan, memang hampir benar terjadi kekeringan dan kebakaran hutan. Apalagi memang saat ini sedang revalidasi geopark kaldera toba dari UNESCO. Jadi ini juga bentuk komitmen pak gubernur dan 7 kepala daerah, untuk menjaga bahwa geopark ini tetap green card nanti,” ungkapnya.

Karena itu, Tuahta berharap kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan BMKG membuat hujan buatan di tujuh daerah yang rawan terjadi kebakaran tersebut. “Ini hanya siaga darurat, selain memang kolaborasi dengan BMKG, BNBP soal pembuatan hujan, juga kita harap untuk menyiapkan stakeholder di kabupaten dan provinsi untuk masa kekeringan sampai dengan agustus nanti,” ucapnya.

Sementara, Prakirawan BBMKG 1 Medan Christin Mori memprakirakan, sepekan ke depan Sumut masih dilanda kemarau. “Prospek cuaca di Sumut untuk seminggu ke depan, secara umum masih dalam periode musim kemarau. Cuaca di wilayah Sumut diprakirakan masih cerah berawan dan berpotensi hujan ringan di beberapa bagian, khususnya wilayah pesisir barat, dengan suhu udara diperkirakan berkisar 15-37 derjat celcius,” kata Christin kepada Sumut Pos, Jumat (25/7).

Menurut Christin, berdasarkan analisa pola angin, musim kemarau tersebut disebabkan, menunjukkan angin baratan yang cukup kuat dan bersifat divergen (menyebar) di wilayah Sumut, sehingga secara tidak langsung mempengaruhi suhu panas di wilayah itu.

“Angin yang divergen (menyebar) mengakibatkan pertumbuhan awan cukup sulit, sehingga cahaya matahari sangat instens menembus ke permukaan tanpa adanya tutupan awan sehingga mengakibatkan suhu udara cukup tinggi,” jelasnya.

Pihaknya mengimbau kepada masyarakat, agar waspada dampak suhu panas di wilayah Sumatera Utara. Untuk itu masyarakat supaya mengurangi kegiatan di luar ruangan, memperbanyak minum air putih, dan waspada resiko kebakaran akibat kondisi kering dan panas. “Karena cuaca bersifat dinamis, maka masyarakat Sumut diimbau agar selalu pantau sosial media kita di @infobmkgsumut,” tandasnya. (san/dwi/adz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru