Kisah Kornel Sihombing Menuju Sukhoi Maut
Kesedihan mendalam meliputi keluarga Kornel Sihombing, salah satu korban pesawat Sukhoi Superjet 100 yang menabrak Gunung Salak. Kepala salah satu divisi di PT Dirgantara Indonesia itu tak memberi tahu keluarga untuk ikut joy flight. Dia sempat pamit ke anaknya yang ikut UN SD, dan dari air liur anaknya itu pula jasad Kornel bisa teridentifikasi.
KORNEL yang berdomisili di Bandung, Jawa Barat, ini hanya berpamitan menghadiri rapat dengan utusan Sukhoi di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta. Dia memang telah sebulan sibuk mengurusi kerja sama antara PT DI dengan Sukhoi.
Rabu (9/5) pagi lalu, Kornel tampak sedikit muram. Dia kesal tak bisa bertemu Korin, anak sulungnya. Padahal, dia tergesa-gesa harus menuju Jakarta untuk menghadiri rapat dengan Sukhoi itu. Keinginan Kornel bertemu Korin pagi itu tidak bisa dibendung.
Dia nekat menyusul anaknya yang tengah mengikuti ujian nasional (UN) tingkat Sekolah Dasar.
“Kornel bergegas menuju sekolah Korin untuk bertemu dan mengucapkan selamat ujian dan sukses,” tutur Yakobus Setyoko di kediaman Kornel, Jalan Gempol Wetan 117, Kelurahan Citarum, Bandung Wetan, Senin (21/5). Yakobus adalah kakak ipar Kornel.
Pagi itu, tambah Yakobus, Kornel yang merupakan alumni SMAN 1 Medan itu sempat memasak nasi goreng untuk Korin. Aktivitas itu dijalaninya sekitar pukul 05.30 WIB. Setelah itu, Kornel berolah raga ringan di sekitar kompleks rumahnya. “Saat kembali ke rumah, Kornel kesal karena tidak bertemu dengan Korin yang sudah berangkat ujian. Ia kemudian menyusul ke sekolah,” kenangnya.
Usai bertemu Korin, Kornel kemudian dijemput untuk bersiap pergi ke Jakarta. Sebelum berangkat, dia meminta istrinya, Indriati Ayub, mengambilkan baju setelan hitam-hitam. Padahal, Indriati sudah menyiapkan pakaian celana abu-abu dengan setelan kemeja putih. “Pagi itu, Kornel memang minta memakai baju setelan hitam-hitam,” kata Yakobus.
Berangkat lah Kornel ke Jakarta. Siang harinya, keluarga Kornel melihat kabar di televisi bahwa ada pesawat Sukhoi yang hilang kontak. “Saat itu kami berpikir, Kornel tidak ikut dalam pesawat Sukhoi. Dia pamit hanya rapat dengan pihak Sukhoi di Halim Perdanakusuma,” kata Yakobus.
Namun, keluarga Kornel terkejut alang-kepalang, ketika ada utusan dari PT DI datang di kediaman mereka. Utusan itu mengabarkan bahwa Kornel turut dalam penerbangan Sukhoi yang dinyatakan hilang saat itu. “Saat itu pula, istrinya sangat kaget, dia tidak menyangka suaminya ikut dalam penerbangan itu,” ujar Yakobus.
Dua hari setelah tragedi maut itu, keluarga Kornel bergegas mendatangi tim Disaster Victim Identification (DVI). Tim itu mengambil air liur Korin untuk memastikan jasad Kornel. Sepekan kemudian, tepatnya hari Jumat, keluarga Kornel mendapat informasi dari Mabes Polri bahwa jasad Kornel teridentifikasi.
“Hari Jumat kemarin pihak keluarga diberi kabar oleh Mabes Polri, yang menyatakan jasad Kornel Sihombing sudah teridentifikasi dari hasil tes DNA yang diambil sampelnya dari anak pertamanya,” ungkap Yakobus.
Dari 45 penumpang dan pesawat Sukhoi Superjet-100 yang celaka di Gunung Salak, tak ada satupun jenazah yang ditemukan dalam kondisi utuh. Tim DVI harus berjuang mengenali identitas korban dari bagian-bagian tubuhnya. Termasuk jasad Kornel Sihombing korban tewas dari PT Dirgantara Indonesia (DI). Ia teridentifikasi berkat DNA anak pertama Kornel, Korin Sihombing (12).
“Identifikasi terhadap Kornel berhasil dicocokan dengan DNA anaknya melalui air liur yang sudah diambil oleh tim DVI dua hari setelah Sukhoi dinyatakan hilang,” ungkap kakak ipar korban, Yakobus Setyoko (53) di kediaman Kornel Sihombing, Jalan Gempol Wetan 117, Kelurahan Citarum, Kecamatan Bandungwetan, Kota Bandung, Senin (21/5).
Informasi dikenalinya jenazah Kornel sendiri, didapat pihak keluarga dari Mabes Polri Jumat lalu. “Hari Jumat kemarin pihak keluarga diberi kabar oleh Mabes Polri, yang menyatakan jasad Kornel Sihombing sudah teridentifikasi dari hasil tes DNA yang diambil sampelnya dari anak pertama Kornel,” ungkapnya.
Meski telah mengirimkan jas, sepatu, dan dasi untuk keperluan kebaktian jenazah, keluarga ikhlas jika perlengkapan itu tak bisa dipakaikan ke tubuh jenazah. Sebab, menurut Mabes, tak ada jasad yang ditemukan utuh. “Kami menerima ikhlas apapun kondisi dan keadaan Pak Kornel,” papar Yakobus.
Bahkan, pihak Mabes sendiri telah menyarankan agar keluarga tidak melihat jasad korban. “Saya sudah disarankan oleh pihak Mabes Polri, keluarga yang akan melihat jasad korban, disarankan didampingi psikolog yang disiapkan Mabes Polri di RS Kramat Jati,” ungkap Yakobus.
Kornel Sihombing tewas dalam tugasnya saat mengikuti joy flight Sukhoi Superjet-100 dari Bandara Halim Perdanakusuma, Rabu (9/5). Sebelum dimakamkan Kamis (24/5) mendatang, keluarga akan menyelenggarakan kebaktian dan upacara adat Batak bagi alumni Teknik Mesin ITB itu. Pemakaman umum Pandu kota Bandung menjadi tempat peristirahatan terakhir bapak dua anak itu. (bbs/jpnn)