27 C
Medan
Friday, December 5, 2025

Abdullah, Petani Lansia di Aceh Jaya: “Kalau Tak Ada BPJS, Entah Berapa Banyak Uang yang Keluar

ACEH – Di usia senjanya, Abdullah (59), seorang petani palawija asal Kecamatan Indra Jaya, Kabupaten Aceh Jaya, masih harus berjuang melawan penyakit yang dideritanya. Namun di tengah keterbatasan ekonomi, Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) menjadi penyelamat bagi hidupnya dan keluarga.

Pria sederhana dengan enam anak dan tujuh cucu ini mengaku, selama ini JKN dari BPJS Kesehatan yang iurannya ditanggung pemerintah (PBI) sangat membantu dalam biaya pengobatan penyakit Diabetes Mellitus (DM) dan hernia yang dialaminya.

“Saya dirawat di Puskesmas Indra Jaya tadi malam karena pusing dan sakit lambung, ditambah penyakit gula saya kambuh. Alhamdulillah, ada BPJS yang selalu bisa saya gunakan ketika sakit,” ujar Abdullah dengan nada lega, Kamis (13/11/2025).

Sebagai petani yang berumur lansia, penghasilan Abdullah tidak menentu. Karena itu, ia bersyukur seluruh anggota keluarganya telah terdaftar sebagai peserta JKN.

“Kalau nggak ada BPJS, mungkin sudah keluar duit banyak. Beruntung saya dan keluarga sudah punya BPJS. Terima kasih juga kepada pemerintah yang peduli dengan masyarakat kecil seperti kami,” ucapnya penuh haru.

Abdullah menceritakan, dirinya pernah mengalami benjolan di paha yang belakangan diketahui sebagai hernia. Dari Puskesmas Indra Jaya, ia dirujuk ke rumah sakit di Banda Aceh untuk menjalani operasi. Semua biaya pengobatan dan tindakan medis ditanggung penuh oleh JKN.

“Awalnya saya kira cuma nyeri biasa, tapi setelah diperiksa ternyata hernia. Saya dirujuk ke rumah sakit, operasi, dan alhamdulillah semua gratis, asal ikut prosedur. Saya tidak keluar biaya sepeser pun,” jelasnya.

Sejak tahun 2024, Abdullah juga harus mengontrol kadar gula darahnya yang sempat mencapai 467 mg/dl. Ia mengakui, gaya hidup dan konsumsi minuman manis membuat gula darahnya tidak stabil. Kini, ia rutin menjalani pemeriksaan dan mengikuti Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) dari BPJS Kesehatan.

“Sejak ikut Prolanis, saya rutin minum obat, ikut senam, dan dapat penyuluhan dari dokter. Jadi lebih semangat hidup, tetap bisa kerja di ladang,” katanya tersenyum.

Program JKN yang bersifat non-diskriminatif ini menjadi bukti bahwa pelayanan kesehatan berkualitas dapat diakses siapa saja, tanpa memandang status sosial dan ekonomi. BPJS Kesehatan menanggung lebih dari 140 jenis penyakit, dari ringan hingga berat, selama peserta mengikuti prosedur yang berlaku.

Menutup kisahnya, Abdullah berharap agar pemerintah tetap berkomitmen terhadap keberlanjutan Program JKN. “Saya berharap JKN terus berlanjut. Banyak masyarakat tidak mampu yang terbantu. Kalau bisa, pelayanan juga ditingkatkan, terutama keramahan petugas medis, karena sikap baik bisa bikin orang sakit jadi lebih cepat sembuh,” harapnya. (rel/ila)

ACEH – Di usia senjanya, Abdullah (59), seorang petani palawija asal Kecamatan Indra Jaya, Kabupaten Aceh Jaya, masih harus berjuang melawan penyakit yang dideritanya. Namun di tengah keterbatasan ekonomi, Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) menjadi penyelamat bagi hidupnya dan keluarga.

Pria sederhana dengan enam anak dan tujuh cucu ini mengaku, selama ini JKN dari BPJS Kesehatan yang iurannya ditanggung pemerintah (PBI) sangat membantu dalam biaya pengobatan penyakit Diabetes Mellitus (DM) dan hernia yang dialaminya.

“Saya dirawat di Puskesmas Indra Jaya tadi malam karena pusing dan sakit lambung, ditambah penyakit gula saya kambuh. Alhamdulillah, ada BPJS yang selalu bisa saya gunakan ketika sakit,” ujar Abdullah dengan nada lega, Kamis (13/11/2025).

Sebagai petani yang berumur lansia, penghasilan Abdullah tidak menentu. Karena itu, ia bersyukur seluruh anggota keluarganya telah terdaftar sebagai peserta JKN.

“Kalau nggak ada BPJS, mungkin sudah keluar duit banyak. Beruntung saya dan keluarga sudah punya BPJS. Terima kasih juga kepada pemerintah yang peduli dengan masyarakat kecil seperti kami,” ucapnya penuh haru.

Abdullah menceritakan, dirinya pernah mengalami benjolan di paha yang belakangan diketahui sebagai hernia. Dari Puskesmas Indra Jaya, ia dirujuk ke rumah sakit di Banda Aceh untuk menjalani operasi. Semua biaya pengobatan dan tindakan medis ditanggung penuh oleh JKN.

“Awalnya saya kira cuma nyeri biasa, tapi setelah diperiksa ternyata hernia. Saya dirujuk ke rumah sakit, operasi, dan alhamdulillah semua gratis, asal ikut prosedur. Saya tidak keluar biaya sepeser pun,” jelasnya.

Sejak tahun 2024, Abdullah juga harus mengontrol kadar gula darahnya yang sempat mencapai 467 mg/dl. Ia mengakui, gaya hidup dan konsumsi minuman manis membuat gula darahnya tidak stabil. Kini, ia rutin menjalani pemeriksaan dan mengikuti Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) dari BPJS Kesehatan.

“Sejak ikut Prolanis, saya rutin minum obat, ikut senam, dan dapat penyuluhan dari dokter. Jadi lebih semangat hidup, tetap bisa kerja di ladang,” katanya tersenyum.

Program JKN yang bersifat non-diskriminatif ini menjadi bukti bahwa pelayanan kesehatan berkualitas dapat diakses siapa saja, tanpa memandang status sosial dan ekonomi. BPJS Kesehatan menanggung lebih dari 140 jenis penyakit, dari ringan hingga berat, selama peserta mengikuti prosedur yang berlaku.

Menutup kisahnya, Abdullah berharap agar pemerintah tetap berkomitmen terhadap keberlanjutan Program JKN. “Saya berharap JKN terus berlanjut. Banyak masyarakat tidak mampu yang terbantu. Kalau bisa, pelayanan juga ditingkatkan, terutama keramahan petugas medis, karena sikap baik bisa bikin orang sakit jadi lebih cepat sembuh,” harapnya. (rel/ila)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru