26 C
Medan
Friday, December 5, 2025

Lewat JKN, Santri Abdzar Dapat Perawatan Tanpa Keluar Biaya

Di tengah semangat menuntut ilmu di pesantren, Muhammad Abdzar (13), seorang santri Pesantren Bahrul Ulum Diniyah Islamiyah (BUDI) Mesja Lamno, merasakan langsung manfaat nyata dari Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Saat mengalami demam tinggi dan pusing hebat, Abdzar mendapat perawatan di Puskesmas Indra Jaya tanpa harus mengeluarkan biaya sepeser pun, berkat kepesertaannya dalam program JKA (Jaminan Kesehatan Aceh).

“Semalam saya sudah mengalami demam dan pusing-pusing, karena sudah tidak tertahankan lagi, akhirnya Teungku (ustad) membawa saya ke puskesmas untuk mendapatkan penanganan kesehatan lebih baik,” ujar Abdzar, saat ditemui usai menjalani perawatan, Selasa (7/10).

Guru pendamping di pesantren langsung bertindak cepat membawa Abdzar ke fasilitas kesehatan terdekat begitu mengetahui kondisi santrinya memburuk. Di Puskesmas Indra Jaya, pihak medis segera memberikan penanganan tanpa kendala administrasi berkat keikutsertaan Abdzar sebagai peserta aktif JKN.

“Syukur alhamdulillah, meskipun saya jauh dari orang tua, pihak puskesmas menerima saya untuk mendapatkan perawatan. Jadi tidak keluar biaya lagi buat berobat,” ucapnya dengan wajah lega.

Program JKN yang dikelola BPJS Kesehatan terus membuktikan komitmennya dalam memberikan layanan kesehatan yang merata bagi seluruh lapisan masyarakat, termasuk para santri di pondok pesantren. Salah satu bentuk kemudahan yang kini diterapkan adalah penerimaan NIK, KTP, atau KIS digital sebagai identitas pendaftaran pelayanan kesehatan.

“Ketika Teungku membawa saya ke puskesmas, beliau hanya memberikan Kartu Keluarga saya saja. Pihak puskesmas menerimanya dan saya pun langsung mendapatkan perawatan,” cerita Abdzar lagi.

Abdzar terdaftar sebagai peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) yang dananya ditanggung oleh Pemerintah Provinsi Aceh melalui program JKA (Jaminan Kesehatan Aceh). Program ini merupakan wujud nyata perhatian pemerintah terhadap kesejahteraan masyarakat di bidang kesehatan, terutama bagi mereka yang berada di kalangan kurang mampu.

“Kalau bisa, JKA jangan dihentikan. Kami sangat terbantu, apalagi kalau sakit dan jauh dari orangtua. Biaya sekolah saja sudah cukup berat, jadi kalau pengobatan bisa ditanggung, itu sangat meringankan,” tutur Abdzar penuh harap.

Kisah Abdzar menjadi bukti nyata bagaimana program JKN-JKA hadir memberikan rasa aman dan perlindungan bagi para santri yang menempuh pendidikan jauh dari keluarga. Dengan sistem layanan yang semakin inklusif dan digital, program ini terus menunjukkan perannya sebagai penopang utama kesehatan rakyat, dari kota hingga pelosok pesantren. (rel/ila)

Di tengah semangat menuntut ilmu di pesantren, Muhammad Abdzar (13), seorang santri Pesantren Bahrul Ulum Diniyah Islamiyah (BUDI) Mesja Lamno, merasakan langsung manfaat nyata dari Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Saat mengalami demam tinggi dan pusing hebat, Abdzar mendapat perawatan di Puskesmas Indra Jaya tanpa harus mengeluarkan biaya sepeser pun, berkat kepesertaannya dalam program JKA (Jaminan Kesehatan Aceh).

“Semalam saya sudah mengalami demam dan pusing-pusing, karena sudah tidak tertahankan lagi, akhirnya Teungku (ustad) membawa saya ke puskesmas untuk mendapatkan penanganan kesehatan lebih baik,” ujar Abdzar, saat ditemui usai menjalani perawatan, Selasa (7/10).

Guru pendamping di pesantren langsung bertindak cepat membawa Abdzar ke fasilitas kesehatan terdekat begitu mengetahui kondisi santrinya memburuk. Di Puskesmas Indra Jaya, pihak medis segera memberikan penanganan tanpa kendala administrasi berkat keikutsertaan Abdzar sebagai peserta aktif JKN.

“Syukur alhamdulillah, meskipun saya jauh dari orang tua, pihak puskesmas menerima saya untuk mendapatkan perawatan. Jadi tidak keluar biaya lagi buat berobat,” ucapnya dengan wajah lega.

Program JKN yang dikelola BPJS Kesehatan terus membuktikan komitmennya dalam memberikan layanan kesehatan yang merata bagi seluruh lapisan masyarakat, termasuk para santri di pondok pesantren. Salah satu bentuk kemudahan yang kini diterapkan adalah penerimaan NIK, KTP, atau KIS digital sebagai identitas pendaftaran pelayanan kesehatan.

“Ketika Teungku membawa saya ke puskesmas, beliau hanya memberikan Kartu Keluarga saya saja. Pihak puskesmas menerimanya dan saya pun langsung mendapatkan perawatan,” cerita Abdzar lagi.

Abdzar terdaftar sebagai peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) yang dananya ditanggung oleh Pemerintah Provinsi Aceh melalui program JKA (Jaminan Kesehatan Aceh). Program ini merupakan wujud nyata perhatian pemerintah terhadap kesejahteraan masyarakat di bidang kesehatan, terutama bagi mereka yang berada di kalangan kurang mampu.

“Kalau bisa, JKA jangan dihentikan. Kami sangat terbantu, apalagi kalau sakit dan jauh dari orangtua. Biaya sekolah saja sudah cukup berat, jadi kalau pengobatan bisa ditanggung, itu sangat meringankan,” tutur Abdzar penuh harap.

Kisah Abdzar menjadi bukti nyata bagaimana program JKN-JKA hadir memberikan rasa aman dan perlindungan bagi para santri yang menempuh pendidikan jauh dari keluarga. Dengan sistem layanan yang semakin inklusif dan digital, program ini terus menunjukkan perannya sebagai penopang utama kesehatan rakyat, dari kota hingga pelosok pesantren. (rel/ila)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru