Masih ingat dengan film Mendadak Dangdut? Semoga. Pasalnya, film tersebut cukup menggugah para pecinta seni di Indonesia. Bagaimana tidak, proses pembuatan film hanya tujuh hari. Hasilnya, film itu pun sempat booming.
Mendadak Dangdut adalah film ini sangat sukses pada zamannya. Berhasil menyedot lebih dari dua juta penonton saat masa rilisnya, juga disambut meriah oleh para kritikus dalam negeri.
Film yang diproduksi Sinemart ini diputar mulai 10 Agustus 2006. Soundtrack film ini berjudul Jablay dinyanyikan sendiri oleh Titi Kamal sempat menjadi hits di tangga lagu Indonesia. Tidak itu saja, film ini mendapat 8 nominasi Festival Film Indonesia 2006, memenangkan satu. Walaupun termasuk salah satu pemeran utama, Kinaryosih memenangkan piala FFI untuk kategori Aktris Pendukung Terbaik. Nominasi lainnya adalah sebagai Film Terbaik, Aktor Terbaik (Dwi Sasono), Aktris Terbaik (Titi Kamal), Aktor Pendukung Terbaik (Sakurta Ginting), Skenario Asli Terbaik (Monty Tiwa), Tata Suara Terbaik (Adityawan Susanto dan Trisno), dan Tata Musik Terbaik (Andi Rianto).
Menariknya film ini bagi saya adalah soal ‘mendadaknya’ itu. Bayangkan saja, film itu hanya digarap dalam tujuh hari. Lalu, ceritanya juga soal ‘mendadak’. Ya, film ini berkisah tentang petualangan penyanyi alternative rock bernama Petris (Titi Kamal) yang karena suatu kejadian, tiba-tiba berganti karier menjadi penyanyi dangdut.
Dengan kata lain, ‘mendadak’ benar-benar membuat orang terperangah. Hal ini tentunya mirip dengan meninggalnya Mantan Ketua DPRD Binjai dari Partai Golkar Ir H Haris Harto. Masuk Rumah Sakit Chichio Binjai sekitar pukul 19.00 WIB, sekitar pukul 03.00 WIB Haris Harto pun dirujuk ke Rumah Sakit Columbia Asia di Jalan Listrik, Medan.
Dua jam kemudian dia pun meninggal dunia. Itulah sebab, spekulasi kabar merebak. Ada yang bercerita kalau Haris Harto over dosis, ada pula yang mengatakan dia depresi. ‘Mendadaknya’ kabar ini jelas merugikan pihak keluarga. Mereka pun langsung memberikan pernyataan: Haris Harto meninggal karena sakit. Dia komplikasi. Gulanya tinggi hingga mencapai 400 hb. Dia sudah sakit selama seminggu. Hm, pihak keluarga pun harus memberikan pernyataan yang mendadak kan?
Dari dua kisah mendadak di atas jelas memiliki perbedaan. Yang pertama adalah dunia fiksi yang berhasil di dalam dunia nyata. Artinya, sesuatu memang diset agar bisa berhasil. Kenyataannya, kisah itu memang berhasil. Yang kedua dunia nyata yang seolah difiksikan; dengan berbagai isu yang berkembang tadi. Artinya, kematian Haris Harto — yang dianggap mendadak — diolah sedemikian rupa oleh pengumbar isu agar menjadi kabar hangat. Apalagi, Haris Harto adalah sosok yang tersangkut kasus korupsi dan merupakan mantan ketua DPRD Binjai. Jadi, mengandalkan gosip; semakin digosok makin sip.
Nah, terlepas dari itu, kabar memang harus disebarluaskan. Kematian Haris Harto wajib disebarluaskan, termasuk soal isu itu bukan?
Soal mendadak, ada pula yang mendadak jadi juara dalam Rida Award tadi malam. Adalah fotografer Sumut Pos yang menjadi juara satu; mengalahkan fotografer dari Sumatera Utara, Sumatera Barat, Kepulauan Riau, dan Riau. Kenapa mendadak? Jawabnya, Triadi Wibowo (fotografer yang dimaksud) baru pertama kali ini ikut lomba foto media di grup Riau Pos ini.
Begitu pun karyanya yang menang, tentang seorang jaksa yang mendadak kena jotos dalam sebuah demonstrasi di depan Gedung Kejatisu pada 14 Juli 2011 lalu. Dan, sang Triadi pun mendadak menjepret; semuanya tanpa rekayasa.
Begitulah, hasil dari ‘mendadak’ memang tidak bisa diprediksi. Bagi film Mendadak Dangdut dan Triadi bisa diartikan prestasi. Bagi Haris Harto dan sang jaksa malah sebaliknya.
Bagi saya, semuanya memang mendadak hari ini. Fiuh! (*)