30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Cinta Warga Melebihi Raja dan Lech Walesa

Menapaktilasi Jejak Musisi Fryderyk Chopin di Polandia

IKON POLANDIA: Patung Chopin 
di Taman Lazienki, Warsawa. //RETNACHRISTA/JAWA POS/jpnn
IKON POLANDIA: Patung Chopin
di Taman Lazienki, Warsawa. //RETNACHRISTA/JAWA POS/jpnn
Jauh sebelum Lech Walesa membebaskan tanah airnya dari komunisme, warga Polandia sudah punya ikon kebanggaan. Yakni, musisi klasik Fryderyk Chopin. Jejak-jejak Chopin sampai sekarang masih mudah ditemukan di seantero negeri. Berikut laporan wartawan Jawa Pos News Netrwork (JPNN)  RETNACHRISTA R.S. yang baru pulang dari sana.

BEGITU menginjakkan kaki di Warsawa, turis pasti disambut patung Chopin. Komposer dunia yang meninggal pada 17 Oktober 1849 itu hadir dalam sosok bandar udara internasional di ibu kota Polandia tersebut.
Bukan Lech Walesa, pendiri Solidarnosc sekaligus bapak bangsa, bukan pula Stanislaw August, raja terakhir Polandia, yang diabadikan menjadi nama bandara. Tapi, justru Chopin yang dipilih sebagai gerbang utama Polandia untuk menyambut para tamu negara.

Publik Polandia memang teramat bangga kepada Chopin.

Meski, nama Chopin sejatinya terkesan Prancis banget. Bahkan, banyak turis yang salah menduga dan lalu mengucapkan nama Chopin dengan lafal Prancis, yakni Shopang. “Dalam pelafalan Polandia, Chopin dibaca Shopen,” terang Joanna Lewandowska, kurator Museum Taman Lazienki, Warsawa.

Chopin lahir dari orang tua asal Prancis. Ayahnya bernama Nicolas yang berprofesi guru bahasa Prancis di Warsawa yang saat itu diduduki Rusia. Tapi, Chopin lahir di Polandia. Tepatnya di Zelazowa Wola, sebuah desa kecil agak keluar Kota Warsawa. Dari centrum (pusat kota), butuh waktu 40 menit untuk mencapai desa tersebut.
“Chopin adalah musisi berkelas dunia. Dia bisa dibilang maestro dan disejajarkan dengan musisi-musisi top lain seperti (Wolfgang Amadeus) Mozart, dan (Ludwig van) Beethoven. Dia lahir di sini, di Warsawa,” kata Joanna berseri-seri.
“Tentu saja kami sangat bangga kepada dia. Dunia harus tahu bahwa Chopin adalah orang Polandia,” lanjut perempuan 27 tahun itu.

Selain namanya diabadikan di bandara utama Polandia, di Warsawa ada Chopin”s Road alias Jalan Chopin. Jalan itu menghubungkan situs-situs sejarah yang memiliki hubungan dengan sejarah hidup Chopin yang tak terlalu panjang di Warsawa.

Tercatat, ada 14 situs yang membentang mulai Taman Lazienki di Jalan Arrykoli hingga ke Zelazowa Wola. Di antara jumlah itu, 12 situs tersebar di sepanjang Krakowskie Przedmiescie, jalanan wisata Warsawa.
Agar turis mudah menapaktilasi jejaknya, di depan setiap situs penting Chopin terdapat sebuah bangku dari marmer. Itu bukan bangku biasa. Di atas bangku tersebut, terukir rangkaian Jalan Chopin serta posisi situs yang diwakili si bangku. Di sampingnya terdapat penjelasan singkat situs tersebut dalam bahasa Inggris dan Polandia.

Bangku itu begitu canggih. Di bagian tepinya ada sebuah QR code (barcode persegi). Pengunjung yang membawa smartphone bisa memotret rangkaian kode tersebut, lalu connect ke internet. Kita akan terhubung pada situs resmi Chopin dengan backsound salah satu komposisinya yang halus dan indah. Di tiap bangku, jika QR code-nya di-scan, akan mengalun musik yang berbeda.
Jawa Pos sempat mencoba memotret kode di atas salah satu bangku di Krakowskie Przedmiescie. Yang keluar adalah salah satu komposisi prelude Chopin yang berjudul Raindrops. Komposisi Prelude, Op. 28 nomor 15 itu diciptakan sang maestro pada 1838. Opus itu enak juga dinikmati.

Di Krakowskie Przedmiescie, situs paling mencolok adalah Chapzki Palace alias Istana Chapzki. Jangan bayangkan istana megah dari abad lampau. Itu hanya rumah, tepatnya flat yang pernah ditinggali Chopin pada masa remaja. Seluruh bangunannya kini menjadi bagian dari Academy of Fine Arts yang terletak tak jauh dari situ. Bekas flat Chopin di lantai dua dijadikan museum yang terbuka untuk umum.

Keluarga Chopin tinggal di flat tersebut sejak 1827. Demikian yang tertulis di bangku marmer. Itu berarti, Chopin saat itu berusia 17 tahun. Oleh sang ayah, ruang di bagian depan flat diberikan buat dirinya, lengkap dengan piano kecil. Di situlah Chopin muda memperdalam musikalitasnya. Keluarga Chopin tinggal di flat tersebut sampai 1830. Sejak itu, Chopin pindah ke Paris, meninggalkan Warsawa selamanya.
Sayangnya, saat Jawa Pos bermaksud mengunjungi, museum ditutup untuk perbaikan. Namun, seorang petugas museum menyebutkan bahwa di bekas drawing room keluarga Chopin terdapat beberapa benda antik. Misalnya, meja tulis milik kakak Chopin. Ada pula piano kecil Chopin dan tempat tidurnya. Foto keluarga mereka terpajang di dinding.

“Barang-barang di sini tidak ada yang orisinal. Rumah dan seisinya hancur saat Jerman menghajar kami selama Perang Dunia II,” ungkap Katarzyna Korzyra, petugas Museum Chapzki Palace.
“Ini semua kami rekonstruksi semirip mungkin dengan aslinya. Referensi kami adalah sebuah lukisan karya Antoni Kolberg yang dibuat pada 1832, tak lama setelah keluarga Chopin pindah ke Prancis,” paparnya.
Hanya sepelemparan batu dari Czapski Palace, berdiri megah Gereja Holy Cross. Itu juga menjadi situs bersejarah Chopin karena di salah satu pilarnya tersimpan potongan jantung sang komponis.
“Jantung itu disimpan dalam cairan alkohol. Agak creepy ya, tapi begitulah adanya,” ucap Katarzyna yang juga dosen Fine Arts itu.
Selain Czapski Palace, di Krakowskie Przedmiescie ada Saski Palace, yakni tempat Nicolas, ayah Chopin, mengajar bahasa Prancis. Ada pula Kazimierzowski Palace, tempat Chopin muda belajar musik, yang kini menjadi bagian dari University of Warsaw.

“Dua tempat itu sebenarnya dibuka untuk pengunjung, tapi sedang dalam proses renovasi juga. Malahan, tampaknya proyek renovasi itu dibiarkan menggantung, tidak selesai-selesai,” tutur Katarzyna.
Semua berformat museum. Museum-museum kecil tersebut berinduk The Fryderyk Chopin Museum yang berlokasi di Tamka, tak jauh dari pusat kota.

Jika ingin menikmati jejak Chopin yang bukan museum, wisatawan bisa berkunjung ke Taman Lazienki. Itu merupakan salah satu ujung Jalan Chopin di Warsawa. Dari pusat kota juga tak jauh, hanya perlu naik bus selama 15 menit. Di sana terdapat patung Chopin yang paling besar di Polandia.

Kalau mau berfoto di depan landmark Warsawa banget, di situlah tempatnya. Patung Chopin sebenarnya didirikan sejak 1920 (pembangunannya tertunda karena Perang Dunia I), tapi hancur lagi saat PD II. Rekonstruksi patung itu dikerjakan setelah PD II dan selesai pada 1958. Patung tersebut setinggi 10 meter. Di depannya ada kolam bundar. Di sekeliling kolam ada padang rumput penuh bunga dan bangku-bangku kayu.

“Mulai Mei sampai September, tiap Minggu, ada konser musik Chopin di situ. Ya, di tepi kolam. Siapa pun bisa menikmati dari bangku-bangku kayu itu. Gratis,” ungkap Joanna Lewandowska, kurator Museum Taman Lazienki. “Musik Chopin tidak perlu dimainkan di gedung-gedung seni yang mahal. Justru ini supaya karyanya semakin memasyarakat,” tegasnya.

Konser rutin musik Chopin setiap Minggu juga digeber di Zelazowa Wola, rumah tempat Chopin lahir pada Maret 1810 (tanggal pasti kelahirannya masih diperdebatkan). Meski sudah pindah ke Warsawa, keluarga Chopin masih sering berkunjung ke Zelazowa Wola. Terutama saat liburan. Awal 1820-an, dia sering membawa piano ke kebun, lalu memainkannya di sana. Selain keluarga dan teman, penampilannya dihadiri banyak tamu. Pada zaman itu, Chopin sudah sangat terkenal.

Turis bisa mengunjungi semua situs Jalan Chopin dalam sehari. Banyak tur yang menyediakan jasa tersebut. Biasanya dimulai dari Taman Lazienki, lalu berakhir di Zelazowa Wola saat sudah sore. Di sana, wisatawan sekalian menikmati konser musik Chopin yang dibawakan anak-anak muda.

Di sisi lain, di luar Warsawa, kecintaan terhadap Chopin juga terasa. Misalnya, di Krakow. Di sebuah gereja bernama St Adalbert di rynek (main square), setiap hari digelar konser Chopin. Konser dimulai pukul tujuh malam. Dengan membayar PLN 55 (sekitar Rp 150 ribu, Red), pengunjung bisa menikmati musik plus dinner.

“Kalau Anda penggemar Chopin, harusnya Anda datang dua tahun lalu. Kami memperingati 200 tahun kelahiran Chopin. Seluruh negeri heboh. Banyak festival digelar,” ujar Joanna. “Tiap museum, tiap gedung seni, semua mengadakan konser musik Chopin maupun yang terinspirasi olehnya. Bahkan, 2010 ditetapkan menjadi Tahun Chopin di Polandia,” ungkapnya bersemangat.

Menurut dia, festival Chopin tersebut juga dilaksanakan negara-negara lain di Eropa. Misalnya, Prancis dan Spanyol yang juga bersejarah buat sang musisi. Meski wafat pada usia yang cukup muda, 39 tahun, pengaruh Chopin di dunia seni sangat besar.

“Kalau sudah begitu, alasan apa lagi yang kami butuhkan untuk merasa bangga pada Chopin?” tegas Joanna lantas tersenyum. (*/c5/ari/jpnn)

Menapaktilasi Jejak Musisi Fryderyk Chopin di Polandia

IKON POLANDIA: Patung Chopin 
di Taman Lazienki, Warsawa. //RETNACHRISTA/JAWA POS/jpnn
IKON POLANDIA: Patung Chopin
di Taman Lazienki, Warsawa. //RETNACHRISTA/JAWA POS/jpnn
Jauh sebelum Lech Walesa membebaskan tanah airnya dari komunisme, warga Polandia sudah punya ikon kebanggaan. Yakni, musisi klasik Fryderyk Chopin. Jejak-jejak Chopin sampai sekarang masih mudah ditemukan di seantero negeri. Berikut laporan wartawan Jawa Pos News Netrwork (JPNN)  RETNACHRISTA R.S. yang baru pulang dari sana.

BEGITU menginjakkan kaki di Warsawa, turis pasti disambut patung Chopin. Komposer dunia yang meninggal pada 17 Oktober 1849 itu hadir dalam sosok bandar udara internasional di ibu kota Polandia tersebut.
Bukan Lech Walesa, pendiri Solidarnosc sekaligus bapak bangsa, bukan pula Stanislaw August, raja terakhir Polandia, yang diabadikan menjadi nama bandara. Tapi, justru Chopin yang dipilih sebagai gerbang utama Polandia untuk menyambut para tamu negara.

Publik Polandia memang teramat bangga kepada Chopin.

Meski, nama Chopin sejatinya terkesan Prancis banget. Bahkan, banyak turis yang salah menduga dan lalu mengucapkan nama Chopin dengan lafal Prancis, yakni Shopang. “Dalam pelafalan Polandia, Chopin dibaca Shopen,” terang Joanna Lewandowska, kurator Museum Taman Lazienki, Warsawa.

Chopin lahir dari orang tua asal Prancis. Ayahnya bernama Nicolas yang berprofesi guru bahasa Prancis di Warsawa yang saat itu diduduki Rusia. Tapi, Chopin lahir di Polandia. Tepatnya di Zelazowa Wola, sebuah desa kecil agak keluar Kota Warsawa. Dari centrum (pusat kota), butuh waktu 40 menit untuk mencapai desa tersebut.
“Chopin adalah musisi berkelas dunia. Dia bisa dibilang maestro dan disejajarkan dengan musisi-musisi top lain seperti (Wolfgang Amadeus) Mozart, dan (Ludwig van) Beethoven. Dia lahir di sini, di Warsawa,” kata Joanna berseri-seri.
“Tentu saja kami sangat bangga kepada dia. Dunia harus tahu bahwa Chopin adalah orang Polandia,” lanjut perempuan 27 tahun itu.

Selain namanya diabadikan di bandara utama Polandia, di Warsawa ada Chopin”s Road alias Jalan Chopin. Jalan itu menghubungkan situs-situs sejarah yang memiliki hubungan dengan sejarah hidup Chopin yang tak terlalu panjang di Warsawa.

Tercatat, ada 14 situs yang membentang mulai Taman Lazienki di Jalan Arrykoli hingga ke Zelazowa Wola. Di antara jumlah itu, 12 situs tersebar di sepanjang Krakowskie Przedmiescie, jalanan wisata Warsawa.
Agar turis mudah menapaktilasi jejaknya, di depan setiap situs penting Chopin terdapat sebuah bangku dari marmer. Itu bukan bangku biasa. Di atas bangku tersebut, terukir rangkaian Jalan Chopin serta posisi situs yang diwakili si bangku. Di sampingnya terdapat penjelasan singkat situs tersebut dalam bahasa Inggris dan Polandia.

Bangku itu begitu canggih. Di bagian tepinya ada sebuah QR code (barcode persegi). Pengunjung yang membawa smartphone bisa memotret rangkaian kode tersebut, lalu connect ke internet. Kita akan terhubung pada situs resmi Chopin dengan backsound salah satu komposisinya yang halus dan indah. Di tiap bangku, jika QR code-nya di-scan, akan mengalun musik yang berbeda.
Jawa Pos sempat mencoba memotret kode di atas salah satu bangku di Krakowskie Przedmiescie. Yang keluar adalah salah satu komposisi prelude Chopin yang berjudul Raindrops. Komposisi Prelude, Op. 28 nomor 15 itu diciptakan sang maestro pada 1838. Opus itu enak juga dinikmati.

Di Krakowskie Przedmiescie, situs paling mencolok adalah Chapzki Palace alias Istana Chapzki. Jangan bayangkan istana megah dari abad lampau. Itu hanya rumah, tepatnya flat yang pernah ditinggali Chopin pada masa remaja. Seluruh bangunannya kini menjadi bagian dari Academy of Fine Arts yang terletak tak jauh dari situ. Bekas flat Chopin di lantai dua dijadikan museum yang terbuka untuk umum.

Keluarga Chopin tinggal di flat tersebut sejak 1827. Demikian yang tertulis di bangku marmer. Itu berarti, Chopin saat itu berusia 17 tahun. Oleh sang ayah, ruang di bagian depan flat diberikan buat dirinya, lengkap dengan piano kecil. Di situlah Chopin muda memperdalam musikalitasnya. Keluarga Chopin tinggal di flat tersebut sampai 1830. Sejak itu, Chopin pindah ke Paris, meninggalkan Warsawa selamanya.
Sayangnya, saat Jawa Pos bermaksud mengunjungi, museum ditutup untuk perbaikan. Namun, seorang petugas museum menyebutkan bahwa di bekas drawing room keluarga Chopin terdapat beberapa benda antik. Misalnya, meja tulis milik kakak Chopin. Ada pula piano kecil Chopin dan tempat tidurnya. Foto keluarga mereka terpajang di dinding.

“Barang-barang di sini tidak ada yang orisinal. Rumah dan seisinya hancur saat Jerman menghajar kami selama Perang Dunia II,” ungkap Katarzyna Korzyra, petugas Museum Chapzki Palace.
“Ini semua kami rekonstruksi semirip mungkin dengan aslinya. Referensi kami adalah sebuah lukisan karya Antoni Kolberg yang dibuat pada 1832, tak lama setelah keluarga Chopin pindah ke Prancis,” paparnya.
Hanya sepelemparan batu dari Czapski Palace, berdiri megah Gereja Holy Cross. Itu juga menjadi situs bersejarah Chopin karena di salah satu pilarnya tersimpan potongan jantung sang komponis.
“Jantung itu disimpan dalam cairan alkohol. Agak creepy ya, tapi begitulah adanya,” ucap Katarzyna yang juga dosen Fine Arts itu.
Selain Czapski Palace, di Krakowskie Przedmiescie ada Saski Palace, yakni tempat Nicolas, ayah Chopin, mengajar bahasa Prancis. Ada pula Kazimierzowski Palace, tempat Chopin muda belajar musik, yang kini menjadi bagian dari University of Warsaw.

“Dua tempat itu sebenarnya dibuka untuk pengunjung, tapi sedang dalam proses renovasi juga. Malahan, tampaknya proyek renovasi itu dibiarkan menggantung, tidak selesai-selesai,” tutur Katarzyna.
Semua berformat museum. Museum-museum kecil tersebut berinduk The Fryderyk Chopin Museum yang berlokasi di Tamka, tak jauh dari pusat kota.

Jika ingin menikmati jejak Chopin yang bukan museum, wisatawan bisa berkunjung ke Taman Lazienki. Itu merupakan salah satu ujung Jalan Chopin di Warsawa. Dari pusat kota juga tak jauh, hanya perlu naik bus selama 15 menit. Di sana terdapat patung Chopin yang paling besar di Polandia.

Kalau mau berfoto di depan landmark Warsawa banget, di situlah tempatnya. Patung Chopin sebenarnya didirikan sejak 1920 (pembangunannya tertunda karena Perang Dunia I), tapi hancur lagi saat PD II. Rekonstruksi patung itu dikerjakan setelah PD II dan selesai pada 1958. Patung tersebut setinggi 10 meter. Di depannya ada kolam bundar. Di sekeliling kolam ada padang rumput penuh bunga dan bangku-bangku kayu.

“Mulai Mei sampai September, tiap Minggu, ada konser musik Chopin di situ. Ya, di tepi kolam. Siapa pun bisa menikmati dari bangku-bangku kayu itu. Gratis,” ungkap Joanna Lewandowska, kurator Museum Taman Lazienki. “Musik Chopin tidak perlu dimainkan di gedung-gedung seni yang mahal. Justru ini supaya karyanya semakin memasyarakat,” tegasnya.

Konser rutin musik Chopin setiap Minggu juga digeber di Zelazowa Wola, rumah tempat Chopin lahir pada Maret 1810 (tanggal pasti kelahirannya masih diperdebatkan). Meski sudah pindah ke Warsawa, keluarga Chopin masih sering berkunjung ke Zelazowa Wola. Terutama saat liburan. Awal 1820-an, dia sering membawa piano ke kebun, lalu memainkannya di sana. Selain keluarga dan teman, penampilannya dihadiri banyak tamu. Pada zaman itu, Chopin sudah sangat terkenal.

Turis bisa mengunjungi semua situs Jalan Chopin dalam sehari. Banyak tur yang menyediakan jasa tersebut. Biasanya dimulai dari Taman Lazienki, lalu berakhir di Zelazowa Wola saat sudah sore. Di sana, wisatawan sekalian menikmati konser musik Chopin yang dibawakan anak-anak muda.

Di sisi lain, di luar Warsawa, kecintaan terhadap Chopin juga terasa. Misalnya, di Krakow. Di sebuah gereja bernama St Adalbert di rynek (main square), setiap hari digelar konser Chopin. Konser dimulai pukul tujuh malam. Dengan membayar PLN 55 (sekitar Rp 150 ribu, Red), pengunjung bisa menikmati musik plus dinner.

“Kalau Anda penggemar Chopin, harusnya Anda datang dua tahun lalu. Kami memperingati 200 tahun kelahiran Chopin. Seluruh negeri heboh. Banyak festival digelar,” ujar Joanna. “Tiap museum, tiap gedung seni, semua mengadakan konser musik Chopin maupun yang terinspirasi olehnya. Bahkan, 2010 ditetapkan menjadi Tahun Chopin di Polandia,” ungkapnya bersemangat.

Menurut dia, festival Chopin tersebut juga dilaksanakan negara-negara lain di Eropa. Misalnya, Prancis dan Spanyol yang juga bersejarah buat sang musisi. Meski wafat pada usia yang cukup muda, 39 tahun, pengaruh Chopin di dunia seni sangat besar.

“Kalau sudah begitu, alasan apa lagi yang kami butuhkan untuk merasa bangga pada Chopin?” tegas Joanna lantas tersenyum. (*/c5/ari/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/