Ke Prancis Bersepeda Merasakan Rute dan Kehebohan Tour de France 2012 (1)
Sebanyak 16 cyclist Indonesia kini berada di Prancis, merasakan rute dan menikmati kehebohan Tour de France 2012. Berikut catatan perjalanan yang dimulai di Pau dan akan berakhir di Paris pada 22 Juli nanti.
Catatan: AZRUL ANANDA
Bersepeda di Prancis? Saat balapan paling bergengsi di dunia, Tour de France, sedang berlangsung? Bagi banyak penggemarn
sepeda, khususnya road bike dan ajang balap, ini mungkin merupakan perjalanan yang paling diimpikan.
Seperti penggemar Formula 1 yang ingin menonton grand prix di Monaco. Seperti penggemar tenis yang ingin menonton Wimbledon. Seperti penggemar basket yang ingin menonton laga NBA di Madison Square Garden atau Staples Center.
Dan hebatnya, ada program-program khusus yang disiapkan penyelenggara di Prancis untuk mewujudkan impian tersebut. Ada rute berat, menawarkan beberapa etape penuh, sama dengan yang dijalani para pembalap ProTour.
Ada yang moderate (tengah-tengah). Ada yang santai.
Ide merasakan program ini muncul kira-kira Desember 2011. Waktu itu, saya mendiskusikannya bersama teman-teman Surabaya Road Bike Community (SRBC), seusai latihan rutin.
Ternyata, tidak sedikit yang berminat. Beberapa langsung bilang “Ayo!”. Salah satunya Bambang Poerniawan. “Usia saya sudah 57 tahun. Kapan lagi dapat kesempatan seperti ini,” ucap pria yang dikenal jagoan tanjakan di Surabaya itu.
Setelah bertukar e-mail dengan organizer di Prancis, ada beberapa opsi yang bisa diambil. Setelah berdiskusi, kami pun memilih jalur Pyrenees to Paris selama delapan malam. Selain bisa menikmati pegunungan Pyrenees yang kondang, beban bersepedanya moderate, hanya sekitar 60 km per hari.
Plus, kita bisa menyaksikan beberapa etape sebagai VIP. Dan ‘yang paling dinanti’ ikut bersepeda di Champs-Elyssees di Paris, melintasi garis finis terakhir Tour de France!
“Kalau ikut full etape (hampir 200 km sehari, Red) nanti kita malah tidak bisa menikmati suasana,” kata Sastra Harijanto Tjondrokusumo atau Pak Hari, bos tim balap kondang Polygon-Sweet Nice.
Untuk ikut, idealnya harus ada delapan orang. Sebab, begitulah pengelompokan ketika program di Prancis. Setiap kelompok yang beranggota delapan orang akan difasilitasi sebuah van plus mekanik/guide.
Ini bukan masalah. Sebab, total akhirnya ada 16 orang yang ikut! Tidak hanya dari SRBC atau Jawa Timur, teman dari Jakarta dan Makassar Cycling Club (MCC) juga ikutan.
Januari lalu, enam bulan sebelum even berlangsung, 16 tempat sudah di-booking di Prancis. Memang, ini program siapa cepat dia yang dapat. Sebab, peminatnya datang dari seluruh dunia.
Antara Januari sampai Juni lalu, ada beberapa nama yang sempat diganti. Salah satu alasan: Tidak dapat ‘visa” dari istri.
Tapi, ketika ada yang mundur, penggantinya selalu muncul dengan cepat. Sampai ada waiting list-nya!
***
Kabar bahwa ada rombongan 16 orang yang akan pergi ke Prancis langsung menjalar ke mana-mana. Teman-teman komunitas dari kota-kota lain ikut membicarakannya.
Itu kami anggap lucu juga. Sebab, hampir semua mengira bahwa kami akan ikut balapan! “Hajar ya! Semangat terus! Jangan mau kalah!” Begitu kira-kira pesan yang kami dapatkan dari teman-teman.
Membaca dan mendengar pesan-pesan itu, kami hanya bisa tertawa.
Ya, kami pergi mencari tantangan. Sebab, di antara rute-rute yang akan kami hadapi, beberapa sangat terkenal menantang. Ada beberapa ‘col’ (tanjakan pegunungan) yang akan kami coba lalui.
Misalnya, kami akan ikut ‘mendaki’ Col de l’Aubisque di Pyrenees. Memiliki ketinggian total lebih dari 1.700 meter, ‘col’ itu akan dilintasi pembalap-pembalap Tour de France 2012 di etape ke-17, Rabu (18/7).
Tapi, harus digarisbawahi: Kami cari pengalaman dan tantangan, bukan balapan.
“Orang-orang semua mengira kami mau balapan. Padahal, ini partai komedi,” celetuk Sony Hendarto, seorang penghobi berat sepeda dari Madiun.
Untuk ikut merasakan tantangan dan atmosfer Tour de France, sebenarnya kita tidak harus membawa sepeda dari Indonesia. Panitia menyiapkan sepeda-sepeda untuk disewa. Tapi, harus cepat. Sebab, pada Januari, enam bulan sebelum even berlangsung, jatah sewa bisa saja habis diambil orang.
Akhirnya, hampir semua memutuskan untuk membawa sepeda kesayangan masing-masing dari Indonesia. Banyak yang memakai sepeda merek Indonesia.
Saya dan Prajna Murdaya memutuskan untuk membawa produk top of the line Polygon: Helios 900X dengan groupset Shimano Dura-Ace Di2 (pakai perpindahan gigi elektronik). Masing-masing sudah di-customize, dengan corak desain sendiri-sendiri.
Punya saya bercorak hijau-biru, ditambah logo Jawa Pos Cycling. Prajna hijau-hitam, dengan corak League, perusahaan sportswear yang dia miliki. Helios 900X juga dipakai Pak Hari, tentu saja sebagai bos Polygon-Sweet Nice.
Hengky Kantono dan Men An, yang sudah punya nama di kalangan road bike Surabaya, membawa frame karbon prototipe Adrenaline, merek di bawah bendera perusahaan Indonesia lain: Wim Cycle.
Setelah itu, ada merek-merek kondang seperti Time, Pinarello, Look, Wilier, dan Specialized. Sepeda custom dipakai Sony Hendarto, yaitu merek Independent Fabrication. (bersambung)