KRISIS PANTAI GADING
ABDIJAN – Bila Muammar Kadhafi di Libya masih kuat bertahan, tidak sama dengan Laurent Gbagbo di Pantai Gading, Rbu (6/4) presiden yang berkuasa di negeri Afrika Barat sejak 26 Oktober 2000 itu terpojok di bungker di Abidjan bersama keluarga dan pasukan yang setia kepadanya.
Hingga berita ini ditulis, pasukan Alassane Ouattara masih terus mengepung bungker di komplek kediaman Gbagbo. Negosiasi agar Gbagbo menghentikan perlawanan dan menyerah secara damai belum membuahkan hasil.
Ouattara dan Gbagbo terlibat dalam rivalitas panjang selama satu dekade terakhir di negeri penghasil kakao terbesar di dunia tersebut. Puncaknya terjadi pada November lalu. Ouattara yang dinyatakan komite pemilihan memenangi pemilihan presiden dengan perolehan 54 persen suara ditolak Gbagbo yang meraup 46 persen suara.
Sejak itu, muncul konflik militer. Tapi, seperti halnya di Libya, berkat bantuan serangan udara pasukan Prancis dan PBB, pro-Ouattara berhasil mendesak loyalis Gbagbo hingga tersisa di Abidjan. Menurut Panglima Angkatan Bersenjata Prancis, Laksamana Edouard Guillaud, Gbagbo sebenarnya sudah dua kali berniat mundur, yaitu 1 dan 4 April lalu. Namun, dia selalu berubah sikap pada menit-menit akhir. Itulah yang akhirnya membuat kesabaran kubu Ouattara habis. “Kami akan memaksa Laurent Gbagbo keluar dari lubang persembunyiannya dan menyerahkan dia kepada presiden republik (Ouattara),” tegas Sidiki Konate, juru bicara Guillaume Soro perdana menteri Pantai Gading versi kubu Ouattara, dilansir BBC.
Terpisah, Affousy Bamba, juru bicara pasukan Ouattara, menambahkan bahwa Gbagbo memang belum tertangkap. Namun, pasukan Ouattara sudah memasuki kediaman Gbagbo. (c5/ttg/jpnn)