26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Warga Syiah Akan Dipindahkan

SURABAYA-Gubernur Jawa Timur (Jatim) Soekarwo tidak ingin kerusuhan antara warga syiah dan nonsyiah di Dusun Nangkernang, Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang Jawa Timur terulang lagi. Pemprov Jatim bakal membuat berbagai rencana untuk mengantisipasi kerusuhan susulan. Salah satunya adalah memindahkan warga syiah yang menjadi minoritas di sana.

“Bukan relokasi. Kalau relokasi kan kesannya bedhol desa, persepsinya tidak melindungi. Ini dipindahkan tapi dilindungi,” ujar Soekarwo. “Kami ingin menyelamatkan yang kecil ini ke tempat yang layak,” tambahnya.

Ketua DPD Partai Demokrat Jatim ini menjelaskan bahwa pemindahan tersebut bukan bermaksud untuk mengucilkan ataupun mengeksklusifkan. Tapi untuk memberikan keadilan. Namun keadilan tersebut harus dilihat dari kultur di wilayah tersebut. Jika warga syiah ini tidak dipindahkan,  kemungkinan bentrok masih tinggi.

Ini dikarenakan kedua belah pihak yang bertikai sama-sama keras.

Bukan hanya itu, kultur di daerah Sampang umumnya jika satu orang keluarga dibunuh maka anaknya akan mengingat-ingat siapa yang membunuh keluarganya tersebut. Nantinya, si anak akan membalas kematian keluarganya. Kultur seperti ini jamak terjadi dan ini yang ingin dihindari oleh Pemprov Jatim. Maka dari itu jika warga syiah yang menjadi minoritas ini dibiarkan di tempat tersebut tidak menutup kemungkinan kejadian serupa bakal terulang dan tak akan pernah selesai.

Meski begitu bukan berarti rencana ini akan langsung dijalankan. Soekarwo menunggu kesepakatan dengan pihak-pihak terkait lebih dahulu. Rencananya dalam waktu dekat ia akan melakukan pertemuan dengan Forum Pimpinan Daerah (Forpimda), organisasi yang mewakili syiah di Indonesia Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI), tokoh agama dari NU dan Muhammadiyah baik strutural maupun kultural, masyarakat dan berbagai elemen lainnya. Sebab untuk masalah agama, Pemprov memang tidak bisa ikut campur secara langsung. Terlebih kedua belah pihak mengatasnamakan agama. Untuk menyelesaikannya sulit karena masing-masing menawarkan surga. Dengan adanya pertemuan ini diharapkan ada solusi yang terbaik.
“Saya tadi pagi ditelepon Presiden menanyakan kronologis dan solusi sekarang dan kedepan seperti apa,” tegasnya.

Soekarwo menjelaskan bahwa berdasarkan paparan dari Organisasi Kerjasama Islam (OKI), syiah juga termasuk agama Islam. Meski begitu, ia meminta agar warga syiah tidak menggunakan syiar yang menyinggung kelompok lainnya. Misalnya dengan menyebutkan bahwa sahabat Rasulullah hanya Ali bin Abi Thalib. Local wisdom seperti itu harus benar-benar diperhatikan.

Sampai kemarin, terang Soekarwo, sudah ada 8 orang yang ditangkap. Tujuh orang ditangkap pagi dan satu orang menjelang siang. Senjata dari 8 orang ini juga dilucuti untuk mencegah konflik lebih lanjut. Selain itu masih ada 400 personel polisi dan 100 TNI yang diturunkan untuk melakukan pendekatan.
Untuk saat ini Pemprov sudah mendapatkan izin dari Menteri Dalam Negeri (Mendagri) untuk menggunakan anggaran bencana. Anggaran ini akan dikucurkan untuk warga syiah yang sementara diungsikan agar tetap bisa hidup dengan layak. Sebab mayoritas sudah tidak memiliki rumah lagi karena dibakar massa. “Ini solusi sementara, bagaimana sekolahnya, kesehatannya dan lain sebagainya,” terangnya.

Seperti diberitakan bentrok antara warga syiah dan non syiah di Sampang telah menewaskan satu orang. Satu orang lainnya sedang dalam kondisi kritis. Selain itu 20 titik pemukiman yang merupakan 37 rumah juga dibakar penduduk. Selain itu, 600 warga syiah juga terisolasi. (sha/jpnn)

SURABAYA-Gubernur Jawa Timur (Jatim) Soekarwo tidak ingin kerusuhan antara warga syiah dan nonsyiah di Dusun Nangkernang, Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang Jawa Timur terulang lagi. Pemprov Jatim bakal membuat berbagai rencana untuk mengantisipasi kerusuhan susulan. Salah satunya adalah memindahkan warga syiah yang menjadi minoritas di sana.

“Bukan relokasi. Kalau relokasi kan kesannya bedhol desa, persepsinya tidak melindungi. Ini dipindahkan tapi dilindungi,” ujar Soekarwo. “Kami ingin menyelamatkan yang kecil ini ke tempat yang layak,” tambahnya.

Ketua DPD Partai Demokrat Jatim ini menjelaskan bahwa pemindahan tersebut bukan bermaksud untuk mengucilkan ataupun mengeksklusifkan. Tapi untuk memberikan keadilan. Namun keadilan tersebut harus dilihat dari kultur di wilayah tersebut. Jika warga syiah ini tidak dipindahkan,  kemungkinan bentrok masih tinggi.

Ini dikarenakan kedua belah pihak yang bertikai sama-sama keras.

Bukan hanya itu, kultur di daerah Sampang umumnya jika satu orang keluarga dibunuh maka anaknya akan mengingat-ingat siapa yang membunuh keluarganya tersebut. Nantinya, si anak akan membalas kematian keluarganya. Kultur seperti ini jamak terjadi dan ini yang ingin dihindari oleh Pemprov Jatim. Maka dari itu jika warga syiah yang menjadi minoritas ini dibiarkan di tempat tersebut tidak menutup kemungkinan kejadian serupa bakal terulang dan tak akan pernah selesai.

Meski begitu bukan berarti rencana ini akan langsung dijalankan. Soekarwo menunggu kesepakatan dengan pihak-pihak terkait lebih dahulu. Rencananya dalam waktu dekat ia akan melakukan pertemuan dengan Forum Pimpinan Daerah (Forpimda), organisasi yang mewakili syiah di Indonesia Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI), tokoh agama dari NU dan Muhammadiyah baik strutural maupun kultural, masyarakat dan berbagai elemen lainnya. Sebab untuk masalah agama, Pemprov memang tidak bisa ikut campur secara langsung. Terlebih kedua belah pihak mengatasnamakan agama. Untuk menyelesaikannya sulit karena masing-masing menawarkan surga. Dengan adanya pertemuan ini diharapkan ada solusi yang terbaik.
“Saya tadi pagi ditelepon Presiden menanyakan kronologis dan solusi sekarang dan kedepan seperti apa,” tegasnya.

Soekarwo menjelaskan bahwa berdasarkan paparan dari Organisasi Kerjasama Islam (OKI), syiah juga termasuk agama Islam. Meski begitu, ia meminta agar warga syiah tidak menggunakan syiar yang menyinggung kelompok lainnya. Misalnya dengan menyebutkan bahwa sahabat Rasulullah hanya Ali bin Abi Thalib. Local wisdom seperti itu harus benar-benar diperhatikan.

Sampai kemarin, terang Soekarwo, sudah ada 8 orang yang ditangkap. Tujuh orang ditangkap pagi dan satu orang menjelang siang. Senjata dari 8 orang ini juga dilucuti untuk mencegah konflik lebih lanjut. Selain itu masih ada 400 personel polisi dan 100 TNI yang diturunkan untuk melakukan pendekatan.
Untuk saat ini Pemprov sudah mendapatkan izin dari Menteri Dalam Negeri (Mendagri) untuk menggunakan anggaran bencana. Anggaran ini akan dikucurkan untuk warga syiah yang sementara diungsikan agar tetap bisa hidup dengan layak. Sebab mayoritas sudah tidak memiliki rumah lagi karena dibakar massa. “Ini solusi sementara, bagaimana sekolahnya, kesehatannya dan lain sebagainya,” terangnya.

Seperti diberitakan bentrok antara warga syiah dan non syiah di Sampang telah menewaskan satu orang. Satu orang lainnya sedang dalam kondisi kritis. Selain itu 20 titik pemukiman yang merupakan 37 rumah juga dibakar penduduk. Selain itu, 600 warga syiah juga terisolasi. (sha/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/