29 C
Medan
Tuesday, November 26, 2024
spot_img

UNICEF: Perang Sipil Syria Paling Mematikan

Sepekan 1.600 Tewas, Mayoritas Warga Sipil

DAMASKUS – Korban jiwa dalam krisis dan kekerasan di Syria terus berjatuhan seiring dengan meningkatnya pertempuran antara pejuang oposisi dan tentara pemerintah. Kemarin (3/9) UNICEF (badan PBB yang mengurusi anak-anak) menyatakan bahwa perang sipil atau perang saudara di Syria telah memasuki pekan yang paling mematikan. Dalam sepekan terakhir (pekan lalu), kontak senjata tentara loyalis Presiden Bashar al-Assad dan oposisi merenggut sedikitnya 1.600 nyawa.

MELEDAK: Sebuah bom meledak  menghancurkan gedung  Syria,  Senin (3/9) waktu setempat. //AFP PHOTO/HO/SANA
MELEDAK: Sebuah bom meledak dan menghancurkan gedung di Syria, Senin (3/9) waktu setempat. //AFP PHOTO/HO/SANA

Jubir UNICEF Patrick McCormick menyebut seminggu terakhir itu sebagai pekan paling mematikan dalam perang sipil di Syria. Dia menyatakan prihatin dengan banyaknya korban jiwa warga sipil di negeri di tepi Laut Mediterania tersebut. ’’Jumlah anak-anak yang tewas juga tak sedikit,’’ ujarnya dalam wawancara dengan jaringan televisi CNN.

Data itu tidak berlebihan. Bahkan, Pusat Dokumentasi Kekerasan di Syria (Center of Documentation of Violation in Syria) mencatat bahwa korban tewas dalam perang di negeri tetangga Lebanon dan Iraq itu selama Agustus telah mencapai 4.937 jiwa.

Tetapi, laporan UNICEF itu belum menyertakan sekitar 144 nyawa yang melayang dalam kekerasan di seantero Syria pada Minggu lalu (2/9). Jumlah korban tewas terus bertambah karena oposisi maupun militer Syria tak sedikit pun mengendurkan serangan.

Minggu lalu, oposisi Syria mengklaim telah menanam dengan sengaja sejumlah bom di markas utama staf umum militer (lembaga keamanan atau intelijen Syria) di dekat Damaskus. Sebelumnya, Free Syrian Army atau FSA (tentara pembelot yang mendukung oposisi) menyerang kompleks militer di Distrik Rumaneh itu. Oposisi sempat terlibat baku tembak dengan para penjaga di kompleks yang berpengamanan kelas satu tersebut.

Kemarin stasiun televisi pemerintah Syria memberitakan bahwa kompleks militer di dekat ibu kota itu menjadi target serangan teroris. ’’Insiden tersebut mengakibatkan empat orang terluka,’’ lapor televisi pemerintah. Sekitar dua bulan lalu, oposisi juga melancarkan serangan sama ke kompleks tersebut. Saat itu, aksi yang diwarnai ledakan bom tersebut menewaskan empat pejabat militer pro-Assad.

’’Sasaran aksi kali ini adalah para pejabat militer Assad yang telah mendalangi dan mengizinkan aksi pembantaian satas warga sipil Syria,’’ terang Brigade Ahfad al-Rasul atau Brigade Anak Cucu Nabi (Grandsons of the Prophet Brigade) dalam rekaman video yang disebarluaskan lewat internet kemarin. Brigade Ahfad al-Rasul merupakan salah satu unit atau bagian dari FSA yang belakangan gencar melancarkan serangan ke berbagai properti pemerintah.
’’Kami menyembunyikan sejumlah bom di kompleks militer tersebut,’’ ujar seorang jubir Brigade yang tidak disebutkan namanya.

Menurut dia, pihaknya bisa sewaktu-waktu meledakkan bom di markas staf umum itu. Sayang, pihak independen tak bisa menelusuri kebenaran klaim tersebut. Sebab, rezim Assad melarang media asing melakukan aksi peliputan di area konflik di seantero Syria.

Sementara itu, pasukan pemerintah terus melanjutkan serangan ke kantong-kantong oposisi. Kemarin oposisi di Damaskus melaporkan bahwa buldoser militer merobohkan rumah-rumah warga di kawasan Al-Zayat dan Farouk yang berada di sebelah barat provinsi di sekitar ibu kota tersebut. Selain itu, pasukan Assad merusak sedikitnya 20 bangunan yang berfungsi sebagai tempat penampungan sementara. (hep/dwi/jpnn)

Sepekan 1.600 Tewas, Mayoritas Warga Sipil

DAMASKUS – Korban jiwa dalam krisis dan kekerasan di Syria terus berjatuhan seiring dengan meningkatnya pertempuran antara pejuang oposisi dan tentara pemerintah. Kemarin (3/9) UNICEF (badan PBB yang mengurusi anak-anak) menyatakan bahwa perang sipil atau perang saudara di Syria telah memasuki pekan yang paling mematikan. Dalam sepekan terakhir (pekan lalu), kontak senjata tentara loyalis Presiden Bashar al-Assad dan oposisi merenggut sedikitnya 1.600 nyawa.

MELEDAK: Sebuah bom meledak  menghancurkan gedung  Syria,  Senin (3/9) waktu setempat. //AFP PHOTO/HO/SANA
MELEDAK: Sebuah bom meledak dan menghancurkan gedung di Syria, Senin (3/9) waktu setempat. //AFP PHOTO/HO/SANA

Jubir UNICEF Patrick McCormick menyebut seminggu terakhir itu sebagai pekan paling mematikan dalam perang sipil di Syria. Dia menyatakan prihatin dengan banyaknya korban jiwa warga sipil di negeri di tepi Laut Mediterania tersebut. ’’Jumlah anak-anak yang tewas juga tak sedikit,’’ ujarnya dalam wawancara dengan jaringan televisi CNN.

Data itu tidak berlebihan. Bahkan, Pusat Dokumentasi Kekerasan di Syria (Center of Documentation of Violation in Syria) mencatat bahwa korban tewas dalam perang di negeri tetangga Lebanon dan Iraq itu selama Agustus telah mencapai 4.937 jiwa.

Tetapi, laporan UNICEF itu belum menyertakan sekitar 144 nyawa yang melayang dalam kekerasan di seantero Syria pada Minggu lalu (2/9). Jumlah korban tewas terus bertambah karena oposisi maupun militer Syria tak sedikit pun mengendurkan serangan.

Minggu lalu, oposisi Syria mengklaim telah menanam dengan sengaja sejumlah bom di markas utama staf umum militer (lembaga keamanan atau intelijen Syria) di dekat Damaskus. Sebelumnya, Free Syrian Army atau FSA (tentara pembelot yang mendukung oposisi) menyerang kompleks militer di Distrik Rumaneh itu. Oposisi sempat terlibat baku tembak dengan para penjaga di kompleks yang berpengamanan kelas satu tersebut.

Kemarin stasiun televisi pemerintah Syria memberitakan bahwa kompleks militer di dekat ibu kota itu menjadi target serangan teroris. ’’Insiden tersebut mengakibatkan empat orang terluka,’’ lapor televisi pemerintah. Sekitar dua bulan lalu, oposisi juga melancarkan serangan sama ke kompleks tersebut. Saat itu, aksi yang diwarnai ledakan bom tersebut menewaskan empat pejabat militer pro-Assad.

’’Sasaran aksi kali ini adalah para pejabat militer Assad yang telah mendalangi dan mengizinkan aksi pembantaian satas warga sipil Syria,’’ terang Brigade Ahfad al-Rasul atau Brigade Anak Cucu Nabi (Grandsons of the Prophet Brigade) dalam rekaman video yang disebarluaskan lewat internet kemarin. Brigade Ahfad al-Rasul merupakan salah satu unit atau bagian dari FSA yang belakangan gencar melancarkan serangan ke berbagai properti pemerintah.
’’Kami menyembunyikan sejumlah bom di kompleks militer tersebut,’’ ujar seorang jubir Brigade yang tidak disebutkan namanya.

Menurut dia, pihaknya bisa sewaktu-waktu meledakkan bom di markas staf umum itu. Sayang, pihak independen tak bisa menelusuri kebenaran klaim tersebut. Sebab, rezim Assad melarang media asing melakukan aksi peliputan di area konflik di seantero Syria.

Sementara itu, pasukan pemerintah terus melanjutkan serangan ke kantong-kantong oposisi. Kemarin oposisi di Damaskus melaporkan bahwa buldoser militer merobohkan rumah-rumah warga di kawasan Al-Zayat dan Farouk yang berada di sebelah barat provinsi di sekitar ibu kota tersebut. Selain itu, pasukan Assad merusak sedikitnya 20 bangunan yang berfungsi sebagai tempat penampungan sementara. (hep/dwi/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/