Sumpeknya wilayah perkotaan dengan menjamurnya gedung-gedung bertingkat membuat warga Medan tak punya banyak tempat untuk berekreasi melepaskan penat. Selama ini luar kota menjadi tujuan untuk berwisata mengatasi kejenuhan.
DONI HERMAWAN, Medan
Namun, Taman Burung H Anif hadir menawarkan alternatif berwisata di tengah Kota Medan. Letaknya tepat berada di Komplek Cemara Asri, Jalan Cemara Medan. Berdekatan dengan Vihara Matreaya. Tidak susah menjangkaunya karena letaknya masih berada dalam wilayah Kota Medan. Tempatnya sederhana.
Sebuah kolam di dalam areal seluas lima hektare yang dikelilingi pohon-pohon rindang. Tepat di tengahnya terdapat pohon-pohon berdahan banyak dan ilalang-ilalang seperti rawa. Sekilas tidak ada yang istimewa.
Namun disinilah burung-burung itu hinggap usai bertualang di udara. Ramai sekali. Kabarnya ada lima ribuan ekor burung yang hinggap. Burung kuntul besar, cangak, kokokan laut, bangau dan beragam jenis lain yang seakan membentuk komunitas. Konon burung migran asal Siberia juga ikut beristirahat di sini. Begitu menarik dipandang. Udara yang sejuk di bawah pohon rindang semakin menambah keasrian.
Mereka terbang hilir mudik di sekitar rawa. Sesekali terlihat mencari mangsanya berupa ikan-ikan yang ada di kolam. Merasa nyaman seperti menemukan rumahnya sendiri. “Mereka biasanya ramai hinggap di sini pada sore hari. Begitu terus setiap hari terbang di pagi hari dan kembali di sore hari. Seperti tak lupa pulang,” ujar Irvan yang ditugaskan mengawasi taman burung ini.
Lantas bagaimana ceritanya taman burung ini ada di tengah kota? H Anif yang memang sangat menyayangi binatang termasuk burung awalnya menebar bibit lele di sekitar rawa tersebut. Nyatanya itu membuat burung-burung itu singgah dan mencari makan di kolam tersebut.
Fenomena ini membuat H Anif membiarkan lahan tersebut menjadi tempat habit burung. H Anif sendiri kerap mengunjungi taman burung ini bersama tamu-tamunya.
“Kadang-kadang Pak Anif menyempatkan kemari bersama teman-temannya. Atau keluarganya,” tambah Irvan.
Keberadaan taman burung pun menjadi lahan rezeki buat para penjaja makanan. Apalagi lahan ini tidak dikutip biaya. “Para pedagang di sini
tidak dikutip bayaran seperti tempat-tempat wisata lain. Semua gratis. Tidak ada biaya parkir juga. Jadi para pengunjung benar-benar bisa menikmatinya secara gratis,” lanjut warga Jalan Bilal ini.
Jika berkunjung di akhir pekan Sabtu dan Minggu maupun hari libur, jangan kaget jika taman burung penuh sesak. Puluhan mobil maupun sepeda motor terparkir rapi di wilayah bundaran sekitar. Para pedagang ramai berkumpul menjajakan makanan. Ini semakin menjelaskan betapa hausnya warga kota akan tempat-tempat rekreasi. Nurainun (44), salah seorang pengunjung mengaku kerap berwisata ke Taman Burung ini bersama sanak keluarga. “Alamnya sejuk. Dipandang indah. Hitung-hitung rekreasi gratis. Apalagi tempatnya tidak jauh-jauh,” ujarnya.
Warga Krakatau ini sudah cukup lama mengetahui keberadaan taman burung ini. Karena itu sepekan sekali dan jika ada waktu luang, taman burung menjadi opsi untuk melepaskan penat. “Sudah lebih dari 10 tahun setahu saya. Seminggu sekali saya sempatkan kemari bawa anak-anak,” katanya.
Sementara Zuraida (31), tertarik mengunjungi Taman Burung ini karena bisa menghilangkan stres. “Enak untuk menghilangkan stres sejenak. Pemandangannya bagus. Apalagi banyak jajanan juga di sini untuk anak-anak,” tambahnya.
Waktu yang asyik untuk berkunjung adalah sekitar pukul 5 hingga 6 sore. Pasalnya, saat itulah burung-burung pulang dari angkasa. Satu per satu mulai hinggap di dahan pohon. Dominasi warna putih pun sejenak melunturkan hijaunya pepohonan. Para pengunjung juga tidak hanya bisa memandang burung-burung itu. Tapi juga memberi makan burung.
Di pojok kanan terdapat kandang-kandang yang dihinggapi ratusan merpati. Makanan-makanan burung pun dijajakan para pedagang. Termasuk juga pelet untuk makanan ikan-ikan di kolam. Namun para pengunjung juga wajib melestarikan taman burung ini. Karena itu imbauan untuk tidak membuang sampah sembarangan dan memancing di kolam ini harus dipatuhi. (*)