32 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Mahasiswa AMB Hancurkan Kampus

Tak Diizinkan Mengikuti Ujian di Jakarta

MEDAN-Puluhan mahasiswa Akademi Maritim Belawan (AMB), di Jalan Kapten Muslim Medan, mengamuk. Mereka menghancurkan kaca-kaca bangunan kampus, Selasa (25/9) pagi. Akibatnya, proses belajar-mengajar  berhenti karena mahasiswa mengunci pintu gerbang dan tidak mengizinkan siapapun masuk ke dalam lingkungan kampus.

Keterangan yang dihimpun, aksi anarki mahasiswa AMB ini dipicu kekecewaan mahasiswa karena tidak bisa ikut Ujian Keahlian Pelaut (UKP) yang diselenggarakan Direktorat Perhubungan Laut, Kementerian Perhubungan di Jakarta. Mahasiswa ditolak dan tak boleh ikut ujian karena proses administrasi belum dipenuhi kampus sehingga mahasiswa pulang dari Jakarta.

Terakhir kali mahasiswa AMB diperkenankan ikut ujian November 2011 lalu. Mahasiswa AMB tidak lagi diperkenankan ikut ujian akhir sebelum manajemen
kampus AMB memenuhi Sistem Standar Mutu Kepelautan Indonesia (QSS) yang disyaratkan Kementerian Perhubungan.

Selain itu, setiap tahun harusnya pihak akademi mengirimkan sejumlah dokumen seperi daftar instruktur tetap dan tidak tetap, jadwal pembelajaran, jadwal praktek, silabus, statistik jumlah siswa, daftar inventaris peralatan dan manual laboratorium, berikut foto inventaris. Ternyata hal ini tidak kunjung dipenuhi pihak kampus.

Saat mereka protes ke kampus malah tidak mendapat tanggapan sehingga mereka mengamuk. Amatan wartawan, kaca-kaca gedung berlantai tiga dipecahkan, kursi di ruangan kelas dicampakkan dan spanduk diturunkan. Tidak ada korban luka maupun penyanderaan. Dosen masih belum memberikan keterangan resmi terkait masalah ini. Mereka melempari jendela kaca kampus  dan menghalangi akses dari dan ke dalam komplek kampus. Mereka juga tidak berkenan memberi komentar kepada wartawan.

“Jangan difoto-foto, jangan difoto-foto,” kata seorang mahasiswa yang mengenakan kaus dengan bertuliskan nama Riki Simbolon.

Sekitar 100 polisi hanya bisa berjaga di luar pagar komplek AMB. Sementara perwira TNI AL berusaha memediasi.

“Prosedurnya kalau mau masuk ke kampus harus ada permintaan kampus yang bersangkutan. Tadi pihak kampus mengatakan belum perlu masuk, jadi kita masih di luar sini menunggu permintaan dari pihak kampus,” kata Kapolsekta Medan Helvetia, AKP Tris Lesmana Zeviansyah SIK, saat di depan Kampus AMB, Selasa (25/9) pagi.

“Ini memang di bawah pengawasan TNI-AL. Tapi, kita tunggu karena itu intern kampus mereka, kalau membahayakan lalu kita masuk,” tambahnya.
Tris mengatakan, dia masih belum mengetahui persis persoalan yang memicu amuk mahasiswa. Tapi dari informasi yang diterimanya, persoalan itu dipicu ketidakpuasan mahasiswa terhadap kebijakan akademi. “Terutama soal ujian keahlian pelaut,” jelasnya.

Sementara itu, Direktur AMB Medan, Tri Picanto yang dihubungi via telepon selulernya mengaku, mahasiswa tidak sabar menunggu jadwal ujian keahlian pelaut.

“Saya saat ini sedang di Jakarta untuk mengurus ujian negara itu. Saya sudah imbau mahasiswa untuk menunggu, tapi  mahasiswa tetap tidak senang dengan melempari kaca,” jelasnya.

Dia juga membantah anggapan sejumlah oknum di kampus itu yang menyatakan dia tidak becus mengurus persoalan ini.
“Itu tidak benar, buktinya saya sedang di Jakarta mengurus masalah ini. Kita menunggu jadwal dari pemerintah,” jelasnya.(jon)

Tak Diizinkan Mengikuti Ujian di Jakarta

MEDAN-Puluhan mahasiswa Akademi Maritim Belawan (AMB), di Jalan Kapten Muslim Medan, mengamuk. Mereka menghancurkan kaca-kaca bangunan kampus, Selasa (25/9) pagi. Akibatnya, proses belajar-mengajar  berhenti karena mahasiswa mengunci pintu gerbang dan tidak mengizinkan siapapun masuk ke dalam lingkungan kampus.

Keterangan yang dihimpun, aksi anarki mahasiswa AMB ini dipicu kekecewaan mahasiswa karena tidak bisa ikut Ujian Keahlian Pelaut (UKP) yang diselenggarakan Direktorat Perhubungan Laut, Kementerian Perhubungan di Jakarta. Mahasiswa ditolak dan tak boleh ikut ujian karena proses administrasi belum dipenuhi kampus sehingga mahasiswa pulang dari Jakarta.

Terakhir kali mahasiswa AMB diperkenankan ikut ujian November 2011 lalu. Mahasiswa AMB tidak lagi diperkenankan ikut ujian akhir sebelum manajemen
kampus AMB memenuhi Sistem Standar Mutu Kepelautan Indonesia (QSS) yang disyaratkan Kementerian Perhubungan.

Selain itu, setiap tahun harusnya pihak akademi mengirimkan sejumlah dokumen seperi daftar instruktur tetap dan tidak tetap, jadwal pembelajaran, jadwal praktek, silabus, statistik jumlah siswa, daftar inventaris peralatan dan manual laboratorium, berikut foto inventaris. Ternyata hal ini tidak kunjung dipenuhi pihak kampus.

Saat mereka protes ke kampus malah tidak mendapat tanggapan sehingga mereka mengamuk. Amatan wartawan, kaca-kaca gedung berlantai tiga dipecahkan, kursi di ruangan kelas dicampakkan dan spanduk diturunkan. Tidak ada korban luka maupun penyanderaan. Dosen masih belum memberikan keterangan resmi terkait masalah ini. Mereka melempari jendela kaca kampus  dan menghalangi akses dari dan ke dalam komplek kampus. Mereka juga tidak berkenan memberi komentar kepada wartawan.

“Jangan difoto-foto, jangan difoto-foto,” kata seorang mahasiswa yang mengenakan kaus dengan bertuliskan nama Riki Simbolon.

Sekitar 100 polisi hanya bisa berjaga di luar pagar komplek AMB. Sementara perwira TNI AL berusaha memediasi.

“Prosedurnya kalau mau masuk ke kampus harus ada permintaan kampus yang bersangkutan. Tadi pihak kampus mengatakan belum perlu masuk, jadi kita masih di luar sini menunggu permintaan dari pihak kampus,” kata Kapolsekta Medan Helvetia, AKP Tris Lesmana Zeviansyah SIK, saat di depan Kampus AMB, Selasa (25/9) pagi.

“Ini memang di bawah pengawasan TNI-AL. Tapi, kita tunggu karena itu intern kampus mereka, kalau membahayakan lalu kita masuk,” tambahnya.
Tris mengatakan, dia masih belum mengetahui persis persoalan yang memicu amuk mahasiswa. Tapi dari informasi yang diterimanya, persoalan itu dipicu ketidakpuasan mahasiswa terhadap kebijakan akademi. “Terutama soal ujian keahlian pelaut,” jelasnya.

Sementara itu, Direktur AMB Medan, Tri Picanto yang dihubungi via telepon selulernya mengaku, mahasiswa tidak sabar menunggu jadwal ujian keahlian pelaut.

“Saya saat ini sedang di Jakarta untuk mengurus ujian negara itu. Saya sudah imbau mahasiswa untuk menunggu, tapi  mahasiswa tetap tidak senang dengan melempari kaca,” jelasnya.

Dia juga membantah anggapan sejumlah oknum di kampus itu yang menyatakan dia tidak becus mengurus persoalan ini.
“Itu tidak benar, buktinya saya sedang di Jakarta mengurus masalah ini. Kita menunggu jadwal dari pemerintah,” jelasnya.(jon)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/