SOLO-Operasi tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Polri di Solo, Jawa Tengah, menyisakan masalah. Di balik kesuksesan membongkar jaringan teroris, pasukan elite polisi untuk melawan terorisme itu ternyata berbuat ceroboh. Yakni, melakukan salah tangkap terhadap tiga warga saat operasi penggerebekan Sabtu lalu (22/9).
Salah seorang korban salah tangkap itu adalah Dul Rahman (20) warga Sudimoro RT 2/RW X, Paranggono, Grogol, Sukoharjo. Dua lainnya adalah Indra Vitriyanto Dwi Nugroho, 30, penghuni rumah kos milik terduga teroris Chumaedi, dan Napam alias Nopeng (46) warga RT 2/RW XII Pajang, Laweyan. Mereka sejatinya adalah warga biasa yang kebetulan berada di lokasi penggerebekan. Densus 88 tak memiliki cukup bukti untuk menangkap mereka.
Jawa Pos Radar Solo (Group Sumut Pos) melaporkan, Dul Rahman sempat ditahan selama delapan jam di Mapolresta Solo. Dia ditangkap karena dicurigai sebagai salah satu pelaku terorisme. Padahal, dia berada di lokasi penggerebekan untuk sebatas mengambil gambar guna keperluan majalah dinding.
“Mereka bilang kamu moto apa” Kamera saya diambil, handphone saya dicek, tetapi gak lihat gambar, malah lihat SMS saya. Saya disuruh buka jaket. Karena saya bawa baju koko, saya langsung ditangkap,” tutur Dul Rahman. Sementara itu, Indra sudah berada di rumahnya Senin malam (24/9). Pun demikian Napam. Keduanya dipulangkan Senin siang. (tri/jpnn/c11/ca/jpnn)anya.