Melirik Enam Dusun di Desa Bandartinggi Labuhanbatu (Bagian-1)
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Labuhanbatu kini berusia 67 tahun. Berbagai kebijakan dan keputusan ditelurkan orang nomor satu dikabupaten penghasil karet dan sawit tersebut. Khususnya Kota Rantauprapat selaku ibukota kabupaten, pembenahan, perbaikan dan pembangunan terus dilakukan.
Joko Gunawan, Labuhanbatu.
Kota Rantauprapat bertolakbelakang dengan 6 dusun yang ada di Desa Bandartinggi, Kecamatan Bilah Hulu. Misalnya saja Dusun Pondokindomie, Dusun Pondoktengah, Dusun Simpang Sawit, Dusun Pondokpapan, Dusun Pondokpapan Tengah dan Dusun Pondokpapan Ujung. Perjalanan Sumut Pos, Sabtu (13/10) ke sejumlah dusun terpencil dengan keberadaan sekitar 300 kaki dari permukaan laut atau 1300 meter dari Kota Sigambal ibukota Kecamatan Bilahhulu dimulai pukul 08.30 WIB.
Jarak tempuh dengan jauh mencapai 40 kilometer dari Kota Rantauprapat tersebut ternyata memakan waktu hampir 2 (dua) jam lamanya dan itu sangat tidak sesuai dengan jarak normal kemampuan kendaraan bermotor. Pemakaian premium kendaraan juga sangat berbeda jauh jika dibanding jalan dengan kondisi mulus.
Memasuki Dusun Pondokindomie sebagai dusun pertama dari 9 dusun yang ada di desa tersebut sudah memperlihatkan kondisi jalan yang buruk. Jalan terjal mendaki dan berkelok dipenuhi dengan pemandangan lubang Di kanan-kiri akibat badan jalan yang pernah dibangun sekitar tahun 1988 saat Bupati Labuhanbatu dijabat oleh almarhum H Jalaluddin Pane rusak dan tidak terawatt hingga kini.
Parahnya lagi, tepat di Jalan Perbukitan Lehem, fasilitas umum itu malah sulit dilalui oleh kenderaan roda dua. Saat itu terlihat satu unit mobil terpuruk di tengah badan jalan akibat jalan becek dan mendaki. Ditambah dengan masih adanya gerimis, jalanan semakin berlubang dikarenakan gesekan roda kendaraan gerdang dua itu.
Saat ini, badan jalan yang dulunya digunakan sebagai jalan tembus/lintas antara Rantauprapat, Labuhanbatu hingga Desa Simundol, Kecamatan Doloksigompulon, Kabupaten Padanglawas Utara (Paluta) sangat tidak layak untuk dilalui. Terhitung Dusun Pondok Indomie sampai Pondokpapan Ujung, tidak dapat ditemui jalan yang sangat baik untuk dilintasi.
Jalan berbatu, berlubang dengan kedalaman mencapai setengah meter selalu kita temui. Perjalanan yang melelahkan menuju ke 6 dusun itu sangat memeras tenaga, sebab kita sering dihadapkan dengan jurang yang kedalamannya mencapai puluhan meter.
Pengakuan Madlana Rambe, Rahib, Danuri dan warga lainnya saat disambangi Sumut Pos, kian tahun, kehidupan warga di enam dusun semakin tertinggal akibat buruknya fasilatas jalan utama yang membelah keenam dusun tersebut. Keberadaan permukiman yang mayoritas di pinggir jalan membuat dusun tersebut tidak pernah diperhatikan lagi. Dibanding dengan fasilitas jalan umum yang berada di Desa Hutaimbaru, Kecamatan Dolok Sigompulon, Kabupaten Paluta warga mengaku merasa iri, walau masih ditemukan jalan yang rusak. “Kami hanya berbatas sekitar seratus lima puluh meter dengan Desa Hutaimbaru, tapi lebih enak jalannya dari sana,” terang warga.
Dulunya, jika ingin berkunjung ke Desa Padang Haloban dan Padangrapuan, Kecamatan Bilahbarat, Kabupaten Labuhanbatu, mereka lebih memilih jalan di sana. Karena insfratrukturnya labih buruk, warga memilih jalan kabupaten tetangga. Kerinduan akan angkutan umum yang melintas seperti sediakala, kini hanya tinggal impian.(*)