29 C
Medan
Sunday, November 24, 2024
spot_img

Fasilitas Buruk Dijadikan Lokasi Maksiat

Melihat Sekeliling Tugu Juang-45 Rantauprapat

Tugu Juang 45 Rantauprapat merupakan satu di antara monumen bersejarah yang dimiliki Kabupaten Labuhanbatu. Berbagai penghargaan dan cinderamata diberikan pemerintah setiap perayaan hari ulang tahun kemerdekaan RI. Seperti apa kondisi Tugu Juang 45 Rantauprapat itu sekarang?

TUGU JUANG:Seorang pekerja sedang melakukan aktivitas  depan Tugu Juang-45 Rantauprapat, Kabupaten Labuhanbatu. //Joko/Sumut Pos
TUGU JUANG:Seorang pekerja sedang melakukan aktivitas di depan Tugu Juang-45 Rantauprapat, Kabupaten Labuhanbatu. //Joko/Sumut Pos

Tugu Juang 45 terletak di sekitar 350 meter dari Jalan H Adam Malik Bypass Rantauprapat, Kelurahan Ujung Bandar, Kecamatan Rantau Selatan.

Saat ini, tugu sejarah yang berada di pinggiran Kota Rantauprapat tersebut mulai termakan usia. Walau sedang dilakukan perbaikan di beberapa sisi, namun masih banyak terlihat kekurangan di sana-di sini, terlebih kepada bangunan dan beberapa pondok dan fasilitas lainnya.

Perjalanan Sumut Pos akhir minggu kemarin tidak memakan waktu terlalu lama, tapi akibat buruknya fasilitas jalan menuju ke sana serta semak belukar yang mulai merambah badan jalan membuat suasana kurang nyaman. Saat ini, jalan menuju ke tugu sangat rusak. Bebatuan bekas aspal tempo dulu terlihat berserakan.

Lubang yang senantiasa mengancam pengunjung jika ingin berkunjung di atas perbukitan itu kerap menjadi pemandangan hingga kita sampai ke lokasi yag sering dikunjungi kaum muda sekadar untuk bermain maupun datang mengelilingi perkebunan sawit sembari membawa berbagai jenis minuman keras.
Bangunan monumen berukuran sekitar 6 meter X 6 meter tersebut kini tidak lagi memiliki pagar pembatas. Itu disebabkan pagar besi yang tadinya membatasi gedung dengan sebahagian halaman sudah diambil oknum tidak bertanggungjawab. Kondisi yang sama terlihat di atap gedung, di mana sedianya terdapat pagar besi yang mengelilingi sebuah tiang besar terbuat dari semen, kini tak ada lagi.

Sampah berbagai macam makanan dan minuman hingga bungkus obat-obatan berserakan di antara pondok yang hampir rubuh. Semak belukar dan ilalang juga terlihat tumbuh subur di sekeliling Tugu Juang-45 itu sehingga menembah kesan monumen bersejarah itu tak terurus lagi. Bahkan penulis sempat menepiskan potongan pakaian dalam berwarna pink berserak di depan tugu.

Sejalan perkembangan zaman, di sebelah kiri badan jalan jika menuju ke daerah sedikit berbukit itu sudah berdiri sekitar 5 rumah yang dijadikan lokasi tempat hiburan dilengkapi musik yang berlangsung hingga larut malam. Suara dentuman musik musik ala diskotik terdengar jelas hingga ke daerah tugu bersejarah tersebut.

Pemandangan kurang lazim ditambah hadirnya pelayan wanita yang disebut siap menemani pengunjung saat bersantai menghabiskan minuman yang mengandung alkohol. Kondisi itu semakin menambah buruk daerah Tugu Juang 45 Rantauprapat yang diresmikan pada 15 Agustus 1996 lalu oleh Bupati Labuhanbatu kala itu dijabat H Banua Ispensyah Rambe.

Keengganan warga berkunjung juga mulai berkurang sejalan dengan hadirnya warung yang disebutkan sebagai lokasi berbuat maksiat. Bagunan yang diharap menjadi bukti sejarah perjuangan dalam upaya merebut dan memperjuangkan Kemerdekaan Republik Indonesia di Labuhanbatu dari tangan Penjajah Kolonial Belanda pada masa lalu itu, kini butuh perhatian serius.

Padahal, tempat bersejarah perjuangan para laskar Sumatera Timur Selatan (STS) dalam merebut kemerdekaan dan cikal bakal awal pelaksanaan roda Pemerintahan Daerah Labuhanbatu tersebut, sebenarnya dapat dijadikan sebagai lokasi objek wisata jika dikelola dengan baik dan terarah.

Letak tepat dilereng Bukit Barisan itu mampu menambah panorama lokasi tersebut yang sejuk dipandang mata. Kepedulian tinggi untuk pelestariannya diharapkan dapat terealisasi saat ini dibawah kepemimpinan Bupati Pemkab Labuhanbatu H Tigor Panusunan Siregar dan Wakilnya Suhari Pane sebagai daerah tujuan wisata dengan penambahan kekayaan buku serta poto-poto pejuang dan lainnya.

N boru Siregar (70) warga Rantauprapat berharap kepada Pemkab Labuhanbatu agar melakukan perbaikan disegala sisi, termasuk menanami tumbuhan penghijau agar lokasi tersebut lebih nyaman dan sejuk. “Selaku istri pejuang yang memiliki bintang jasa atas pengorbananya berharap kepada bupati agar memperhatikan tugu itu. Karena banyak pejuang yang rela mati demi kemerdekaan,” harapnya.

Sementara Gandi Kesuma dan Yoga Harahap juga menggantungkan harapannya kepada pemerintah agar melakukan penertiban cafe atau warung yang ada di pinggiran jalan menuju tugu yang menyimpan sejarah tersebut. “Mau jadi apa kalau cafenya dibiarkan terus, bias-bisa merembet sampai ke tugu nantinya lokasinya,” tegas mereka berdua.(*)

Melihat Sekeliling Tugu Juang-45 Rantauprapat

Tugu Juang 45 Rantauprapat merupakan satu di antara monumen bersejarah yang dimiliki Kabupaten Labuhanbatu. Berbagai penghargaan dan cinderamata diberikan pemerintah setiap perayaan hari ulang tahun kemerdekaan RI. Seperti apa kondisi Tugu Juang 45 Rantauprapat itu sekarang?

TUGU JUANG:Seorang pekerja sedang melakukan aktivitas  depan Tugu Juang-45 Rantauprapat, Kabupaten Labuhanbatu. //Joko/Sumut Pos
TUGU JUANG:Seorang pekerja sedang melakukan aktivitas di depan Tugu Juang-45 Rantauprapat, Kabupaten Labuhanbatu. //Joko/Sumut Pos

Tugu Juang 45 terletak di sekitar 350 meter dari Jalan H Adam Malik Bypass Rantauprapat, Kelurahan Ujung Bandar, Kecamatan Rantau Selatan.

Saat ini, tugu sejarah yang berada di pinggiran Kota Rantauprapat tersebut mulai termakan usia. Walau sedang dilakukan perbaikan di beberapa sisi, namun masih banyak terlihat kekurangan di sana-di sini, terlebih kepada bangunan dan beberapa pondok dan fasilitas lainnya.

Perjalanan Sumut Pos akhir minggu kemarin tidak memakan waktu terlalu lama, tapi akibat buruknya fasilitas jalan menuju ke sana serta semak belukar yang mulai merambah badan jalan membuat suasana kurang nyaman. Saat ini, jalan menuju ke tugu sangat rusak. Bebatuan bekas aspal tempo dulu terlihat berserakan.

Lubang yang senantiasa mengancam pengunjung jika ingin berkunjung di atas perbukitan itu kerap menjadi pemandangan hingga kita sampai ke lokasi yag sering dikunjungi kaum muda sekadar untuk bermain maupun datang mengelilingi perkebunan sawit sembari membawa berbagai jenis minuman keras.
Bangunan monumen berukuran sekitar 6 meter X 6 meter tersebut kini tidak lagi memiliki pagar pembatas. Itu disebabkan pagar besi yang tadinya membatasi gedung dengan sebahagian halaman sudah diambil oknum tidak bertanggungjawab. Kondisi yang sama terlihat di atap gedung, di mana sedianya terdapat pagar besi yang mengelilingi sebuah tiang besar terbuat dari semen, kini tak ada lagi.

Sampah berbagai macam makanan dan minuman hingga bungkus obat-obatan berserakan di antara pondok yang hampir rubuh. Semak belukar dan ilalang juga terlihat tumbuh subur di sekeliling Tugu Juang-45 itu sehingga menembah kesan monumen bersejarah itu tak terurus lagi. Bahkan penulis sempat menepiskan potongan pakaian dalam berwarna pink berserak di depan tugu.

Sejalan perkembangan zaman, di sebelah kiri badan jalan jika menuju ke daerah sedikit berbukit itu sudah berdiri sekitar 5 rumah yang dijadikan lokasi tempat hiburan dilengkapi musik yang berlangsung hingga larut malam. Suara dentuman musik musik ala diskotik terdengar jelas hingga ke daerah tugu bersejarah tersebut.

Pemandangan kurang lazim ditambah hadirnya pelayan wanita yang disebut siap menemani pengunjung saat bersantai menghabiskan minuman yang mengandung alkohol. Kondisi itu semakin menambah buruk daerah Tugu Juang 45 Rantauprapat yang diresmikan pada 15 Agustus 1996 lalu oleh Bupati Labuhanbatu kala itu dijabat H Banua Ispensyah Rambe.

Keengganan warga berkunjung juga mulai berkurang sejalan dengan hadirnya warung yang disebutkan sebagai lokasi berbuat maksiat. Bagunan yang diharap menjadi bukti sejarah perjuangan dalam upaya merebut dan memperjuangkan Kemerdekaan Republik Indonesia di Labuhanbatu dari tangan Penjajah Kolonial Belanda pada masa lalu itu, kini butuh perhatian serius.

Padahal, tempat bersejarah perjuangan para laskar Sumatera Timur Selatan (STS) dalam merebut kemerdekaan dan cikal bakal awal pelaksanaan roda Pemerintahan Daerah Labuhanbatu tersebut, sebenarnya dapat dijadikan sebagai lokasi objek wisata jika dikelola dengan baik dan terarah.

Letak tepat dilereng Bukit Barisan itu mampu menambah panorama lokasi tersebut yang sejuk dipandang mata. Kepedulian tinggi untuk pelestariannya diharapkan dapat terealisasi saat ini dibawah kepemimpinan Bupati Pemkab Labuhanbatu H Tigor Panusunan Siregar dan Wakilnya Suhari Pane sebagai daerah tujuan wisata dengan penambahan kekayaan buku serta poto-poto pejuang dan lainnya.

N boru Siregar (70) warga Rantauprapat berharap kepada Pemkab Labuhanbatu agar melakukan perbaikan disegala sisi, termasuk menanami tumbuhan penghijau agar lokasi tersebut lebih nyaman dan sejuk. “Selaku istri pejuang yang memiliki bintang jasa atas pengorbananya berharap kepada bupati agar memperhatikan tugu itu. Karena banyak pejuang yang rela mati demi kemerdekaan,” harapnya.

Sementara Gandi Kesuma dan Yoga Harahap juga menggantungkan harapannya kepada pemerintah agar melakukan penertiban cafe atau warung yang ada di pinggiran jalan menuju tugu yang menyimpan sejarah tersebut. “Mau jadi apa kalau cafenya dibiarkan terus, bias-bisa merembet sampai ke tugu nantinya lokasinya,” tegas mereka berdua.(*)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/