Oleh: Drs H Hasan Maksum Nasution, SH S.PdI, MA
Orang mungkin beranggapan, bahwa tidak ada gunanya membicarakan citra guru atau dosen, bahkan tidak menutup kemungkinan, hal ini justru akan memperburuk citra guru dosen daripada memberikan masukan konstruktif.
Pembicaraan citra guru dan dosen memang sensitif, bisa membuat orang “merah telinga”, karena pembahasan tentang citra sebuah profesi, biasanya hanya ditekankan pada subjek bersangkutan dalam menelusuri biang kerok permasalahan citra guru dosen. Pertama guru/dosen sebagai aktor yang terikat pada komitmen profesi. Kebanyakan kita mengatakan, bahwa mengajar adalah suatu profesi.
Profesi adalah melayani masyarakat, merupakan karier yang akan dilaksanakan sepanjang hayat, memerlukan bidang ilmu dan keterampilan tertentu di luar jangkauan khalayak ramai tidak setiap orang dapat melakukannya, memerlukan pelatihan khusus dengan waktu yang panjang. Kedua guru dan dosen sebagai aktor dan bersifat institusional.
Di tengah pengaruh kekuatan tersebut, guru dan dosen merealisasikan diri dalam bentuk kerja mendidik. Kecaman dan pujian terhadap profesi guru dosen, berdatangan silih berganti, tidak hanya berpulang pada guru itu sendiri, tetapi juga pada peraturan dan institusional sistem yang menjadi tempat guru berinteraksi di dalamnya, sehingga seorang guru dosen harus seorang idealis.
Profesi Guru Dosen Ajang Perjuangan
Guru dosen harus harus mempunyai visi dan misi terhadap pendidikan secara jelas, sehingga profesi keguruan merupakan ajang perjuangan mewujudkan cita-cita pribadi sebagai seorang pendidik. Juga harus diperhatikan, bahwa idealisme tanpa kritik adalah mimpi di siang bolong. Serangkaian ungkapan berbau miter “Guru Pahlawan Tanpa Tanda Jasa”, lantas dibuat hymne guru oleh R. Dirman Samoksadi tahun1945, pujian terhadap guru dosen sebagai suatu profesi yang sejak tempoe doeloe sampai saat ini tetap dipertahankan.
Profesi guru dosen menempati kedudukan yang seolah-olah sakral, sehingga pemerintah merasa berhutang pada jasa seorang guru, bahkan diperhatikan kesejahteraannya sekarang sertifikasi termasuk dosen-dosen. Pujian dan penghargaan terhadap profesi guru dosen, kadang berubah menjadi bahan cercaan, dan sindiran berbau sarkastis, keadaan ini tak dapat dipungkiri, karena merupakan sebuah realitas hasil daripada suatu interaksi-sosial yang terus berkembang.
Seorang guru dosen tetap memenuhi dan menunaikan kewajiban dengan baik sebelum memperoleh hak kesejahteraan yang wajar. Guru dosen adalah manusia biasa yang tidak bisa melepaskan diri dari tuntutan kehidupan sebagai anggota masyarakat, karena itu ia mulai membuka mata melihat kemungkinan dirinya terlepas dari citra yang terlalu lembut dan penyabar.
Ia mengubah orientasi pengabdian idealisme ke orientasi kebanyakan orang di zaman sekarang. Kita sering beranggapan, bahwa kehidupan guru dosen terjamin, karena dari mulut mereka hamper tidak pernah terdengar keluhan, teriakan, cacian, omelan, dan sebagainya, meskipun tidak jarang dalam himpitan kebutuhan hidupnya diperlakukan sebagai buruh, kadang bagaikan pengemis, ketika harus mengajukan permohonan untuk mendapatkan haknya atas kenaikan pangkat dan gajinya, misalnya.
Tugas Guru dan Dosen
Jabatan guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas maupun di luar dinas, dalam bentuk pengabdian dan aplikasi kita kelompokkan terdapat tiga tugas guru dosen, tugas dalam bidang profesi, tugas kemanusiaan dan tugas bidang kemasyarakatan. Tugas guru dosen sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup, mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, sedangkan melatih mengembangkan keterampilan-keterampilan bagi siswa.
Tugas guru dan dosen dalam bidang kemanusiaan meliputi, bahwa guru dosen di sekolah dan kampus harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua, ia harus mampu menarik simpati, sehingga ia idola pada siswanya. Tugas dan peran guru dosen tidaklah terbatas di dalam masyarakat, bahkan guru dosen pada hakikatnya merupakan komponen strategis yang memiliki peran yang penting dalam menentukan gerak maju kehidupan banga, bahkan keberadaan guru dosen merupakan faktor condisio sine quanon yang tidak mungkin digantikan oleh komponen mana pun dalam kehidupan bangsa sejak dulu, terlebih-lebih pada era zaman ini.
Keberadaan guru dosen bagi suatu bangsa amatlah penting, apalagi bagi suatu bangsa yang sedang membangun, ingat sewaktu terjadi perang di Jepang, raja hanya menanyakan apakah ada yang meninggal dalam perang tersebut “Guru-guru”. Semakin akurat para guru dosen melaksanakan fungsinya, semakin terjamin, tercipta, dan terbinanya kesiapan dan keandalan orang-seorang sebagai manusia pembangunan, dengan perkataan lain, potret dan wajah diri bangsa di masa depan tercermin dari potret diri para guru dosen masa kini dan gerak maju dinamika kehidupan bangsa berbanding dengan citra para guru dosen di tengah-tengah masyarakat. Kedudukan guru yang demikian ini senantiasa relevan dengan zaman dan sampai kapan pun diperlukan.
Namun begitu, masih banyak kesan, bahwa pilihan profesi keguruan diawali dari ketidakmampuan meraih jabatan yang lebih tinggi, jabatan guru dosen untuk sebagian masyarakat dipandang sebagai sebuah pelarian bagi seseorang yang gagal dalam persaingan karir, walau masih ada sebagian kecil yang berpendapat, bahwa profesi guru dosen merupakan tugas mulia dan cita-cita hidup, sehingga mereka menemukan eksistensi diri dengan tidak menghilangkan daya kritiknya.
Akhirnya, citra guru dosen masihlah ditentukan arus perkembangan zaman, citra guru dosen masih mengemukakan jeritan panjang, guru dosen berposisi sebagai objek disanjung sekaligus dihamparkan, guru dosen belum digolongkan intelektual kritis sekaligus belum dihargai secara sosial-ekonomi. (*)
Penulis Dosen STAI Sumatera, PTI
Al Hikmah, PGSD Hikmatul Fadhillah, STAI RA Batangkuis