32 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Kakek 102 Tahun Bunuh Diri

Tolak Evakuasi

Dipaksa meninggalkan rumahnya, seorang kakek berusia 102 tahun memilih jalur bunuh diri. Ia bunuh diri lantaran depresi melihat Jepang tak bisa menuntaskan krisis nuklir.

Pria tertua di Desa Iitate yang berjarak 40 km dari PLTN Fukushima Daiichi itu, sempat berbicara dengan keluarganya sebelum bunuh diri. Pembicaraannya mengenai evakuasi dirinya dan keluarga dari tempat itu. “Sebelum bunuh diri, pria tertua itu membahas rencana evakuasi dengan keluarganya. Mereka menduga ia depresi karena harus meninggalkan rumahnya,” ujar seorang pejabat lokal, kepada Jiji Press.

Pejabat lainnya dari Desa Iitate mengkonfirmasi kematian pria itu. Namun, ia tak berani mengatakan apakah benar ia bunuh diri atau hanya ditemukan tewas.

Sebelumnya, Pemerintah Jepang mengumumkan Desa Iitate sebagai batas terluas zona evakuasi, awal pekan ini, karena khawatir ekspos radiasi dalam waktu lama akan terjadi. Sedangkan zona evakuasi resmi saat ini masih pada radius 20 Km dari PLTN tersebut. Sementara warga pada radius 30 Km disarankan tidak ke luar rumah.
Berbeda dengan pria tertua itu, para operator Tokyo Electric Power Co. (TEPCO) berjuang menjinakkan darurat nuklir Jepang memperlihatkan semangatnya. Mereka mengabaikan bahaya radiasi pada dirinya saat mereka mencoba mengatasi krisis di PLTN.

Beberapa di antaranya bertekad meneruskan tugas yang mereka anggap sangat penting untuk menyelamatkan Jepang. Mereka meninggalkan pengukur radiasi tubuh mereka di rumah, sehingga para atasan tidak mengetahui tingkat radiasi yang terpapar di tubuh mereka ketika berada di PLTN.

Saat Pemerintah Jepang menyatakan bencana nuklir di PLTN Daiichi Fukushima berada di level tujuh, tekhnisi Hiroyuki Kohno malah kembali ke PLTN, padahal dia sangat sadar bahwa suatu hari radiasi akan membuatnya sangat sakit.
“tasan saya menelepon saya tiga hari lalu. Dia mengatakan, situasi di PLTN jauh lebih buruk dari apa yang diberitakan media. Situasinya di luar bayangan kita. Apakah kamu akan tetap datang?” ungkap Kohno seperti dikutip AFP.
Kohno menceritakan, dia langsung menyanggupi pergi ke PLTN. Dia dan atasannya tidak bicara lebih banyak lagi, karena mereka berdua sama-sama tahu situasi di sana sangat mengerikan. “Ini bukan masalah uang lagi,” ujar Kohno. (bbs/jpnn)

Tolak Evakuasi

Dipaksa meninggalkan rumahnya, seorang kakek berusia 102 tahun memilih jalur bunuh diri. Ia bunuh diri lantaran depresi melihat Jepang tak bisa menuntaskan krisis nuklir.

Pria tertua di Desa Iitate yang berjarak 40 km dari PLTN Fukushima Daiichi itu, sempat berbicara dengan keluarganya sebelum bunuh diri. Pembicaraannya mengenai evakuasi dirinya dan keluarga dari tempat itu. “Sebelum bunuh diri, pria tertua itu membahas rencana evakuasi dengan keluarganya. Mereka menduga ia depresi karena harus meninggalkan rumahnya,” ujar seorang pejabat lokal, kepada Jiji Press.

Pejabat lainnya dari Desa Iitate mengkonfirmasi kematian pria itu. Namun, ia tak berani mengatakan apakah benar ia bunuh diri atau hanya ditemukan tewas.

Sebelumnya, Pemerintah Jepang mengumumkan Desa Iitate sebagai batas terluas zona evakuasi, awal pekan ini, karena khawatir ekspos radiasi dalam waktu lama akan terjadi. Sedangkan zona evakuasi resmi saat ini masih pada radius 20 Km dari PLTN tersebut. Sementara warga pada radius 30 Km disarankan tidak ke luar rumah.
Berbeda dengan pria tertua itu, para operator Tokyo Electric Power Co. (TEPCO) berjuang menjinakkan darurat nuklir Jepang memperlihatkan semangatnya. Mereka mengabaikan bahaya radiasi pada dirinya saat mereka mencoba mengatasi krisis di PLTN.

Beberapa di antaranya bertekad meneruskan tugas yang mereka anggap sangat penting untuk menyelamatkan Jepang. Mereka meninggalkan pengukur radiasi tubuh mereka di rumah, sehingga para atasan tidak mengetahui tingkat radiasi yang terpapar di tubuh mereka ketika berada di PLTN.

Saat Pemerintah Jepang menyatakan bencana nuklir di PLTN Daiichi Fukushima berada di level tujuh, tekhnisi Hiroyuki Kohno malah kembali ke PLTN, padahal dia sangat sadar bahwa suatu hari radiasi akan membuatnya sangat sakit.
“tasan saya menelepon saya tiga hari lalu. Dia mengatakan, situasi di PLTN jauh lebih buruk dari apa yang diberitakan media. Situasinya di luar bayangan kita. Apakah kamu akan tetap datang?” ungkap Kohno seperti dikutip AFP.
Kohno menceritakan, dia langsung menyanggupi pergi ke PLTN. Dia dan atasannya tidak bicara lebih banyak lagi, karena mereka berdua sama-sama tahu situasi di sana sangat mengerikan. “Ini bukan masalah uang lagi,” ujar Kohno. (bbs/jpnn)

Previous article
Next article

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/