26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Burung dan Pantai Objek Wisata Terbesar

Hasil Penelitian Bioplas USU

MEDAN- Biologi Pecinta Alam dan Studi Lingkungan Hidup Universitas Sumatera Utara (Biopalas USU) melakukan studi penelitian terhadap perkembangan burung yang ada di dua pantai, yaitu Pantai Labu dan Pantai Percut Seituan di Kabupaten Deliserdang.

Burung-burung yang diteliti antara lain, burung blue, bangau tongtong, dan burung trinil nordmann. Burung trinil nordmann atau burung imigran ini kerap menjaga kelestarian hutan, sehingga dapat menjadi objek wisata.
Peneliti Biopalas Chairunas Harahap mengatakan, saat ini jumlah individu  burung sekala global spesies di dunia memprihatinkan. Perubahan fungsi hutan menjadi lahan sawit serta pengerukan pasir di pantai dan sungai mem buat terancam keberadaannya.

Selain itu, dalam penelitan yang mengambil lokasi Pantai Labu dan Pantai Percut Seituan ada 52 jenis burung yang hidup. Ke-52 burung tersebut terdiri dari dua kelompok, yakni burung menetap dan bermigrasi. Burung menetap kebanyakan dari kelompok burung bangau tontong dan blue dengan banyaknya 28 jenis burung. Kemudian yang burung migrasi tersebut terdiri dari burung trinil nordmann, terdapat 25 jenis burung.

Burung trinil nordmann di Indonesia, kata Chairunas, awalnya berkembang biak di hutan-hutan pantai Rusia bagian Timur. Saat itu daerah dilanda musim dingin mereka berpindah ke Selatan melintasi negara-negara Korea Utara, Korea Selatan, Jepang, China, Taiwan, India, Nepal, Bangladesh, Srilanka, Myanmar, Thailand, Kamboja, Viet nam, Filipina, Malaysia dan Indonesia.

Untuk itu pihaknya dalam penelitian tersebut mereka melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk tidak melakukan perambahan hutan sembarangan, karena kata Chairunas, perambhaan hutan akan merusak ekosistem hutan dan perkembangan burung tersebut.

“Karena kalau tidak ada lagi hutan mangrove, burung tersebut akan berpindah, karena hutan mangrove banyak menyimpan cadangan makanan dan pada lahan yang ditanami hutan tersebut,”katanya. Untuk itu, masyarakat dan pemerintah harus lebih peduli lingkungan agar dapat menjadikan objek wisata. Ditambah lagi dukungan infrastruktur yang baik. “Saat kita melakukan penelitian burung sangat menjual menjadi objek wisata bagi turis asing,”ucapnya. (mag-19)

Hasil Penelitian Bioplas USU

MEDAN- Biologi Pecinta Alam dan Studi Lingkungan Hidup Universitas Sumatera Utara (Biopalas USU) melakukan studi penelitian terhadap perkembangan burung yang ada di dua pantai, yaitu Pantai Labu dan Pantai Percut Seituan di Kabupaten Deliserdang.

Burung-burung yang diteliti antara lain, burung blue, bangau tongtong, dan burung trinil nordmann. Burung trinil nordmann atau burung imigran ini kerap menjaga kelestarian hutan, sehingga dapat menjadi objek wisata.
Peneliti Biopalas Chairunas Harahap mengatakan, saat ini jumlah individu  burung sekala global spesies di dunia memprihatinkan. Perubahan fungsi hutan menjadi lahan sawit serta pengerukan pasir di pantai dan sungai mem buat terancam keberadaannya.

Selain itu, dalam penelitan yang mengambil lokasi Pantai Labu dan Pantai Percut Seituan ada 52 jenis burung yang hidup. Ke-52 burung tersebut terdiri dari dua kelompok, yakni burung menetap dan bermigrasi. Burung menetap kebanyakan dari kelompok burung bangau tontong dan blue dengan banyaknya 28 jenis burung. Kemudian yang burung migrasi tersebut terdiri dari burung trinil nordmann, terdapat 25 jenis burung.

Burung trinil nordmann di Indonesia, kata Chairunas, awalnya berkembang biak di hutan-hutan pantai Rusia bagian Timur. Saat itu daerah dilanda musim dingin mereka berpindah ke Selatan melintasi negara-negara Korea Utara, Korea Selatan, Jepang, China, Taiwan, India, Nepal, Bangladesh, Srilanka, Myanmar, Thailand, Kamboja, Viet nam, Filipina, Malaysia dan Indonesia.

Untuk itu pihaknya dalam penelitian tersebut mereka melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk tidak melakukan perambahan hutan sembarangan, karena kata Chairunas, perambhaan hutan akan merusak ekosistem hutan dan perkembangan burung tersebut.

“Karena kalau tidak ada lagi hutan mangrove, burung tersebut akan berpindah, karena hutan mangrove banyak menyimpan cadangan makanan dan pada lahan yang ditanami hutan tersebut,”katanya. Untuk itu, masyarakat dan pemerintah harus lebih peduli lingkungan agar dapat menjadikan objek wisata. Ditambah lagi dukungan infrastruktur yang baik. “Saat kita melakukan penelitian burung sangat menjual menjadi objek wisata bagi turis asing,”ucapnya. (mag-19)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/