25 C
Medan
Tuesday, November 26, 2024
spot_img

Permintaan Uang Pecah Meningkat 10 Persen

MEDAN- Permintaan uang pecahan mulai Rp1.000 sampai Rp100.000 jelang Natal dan Tahun Baru 2013 naik sekitar 10 persen bila dibandingkan dengan rata-rata hari biasanya. Deputi Direktur Bidang Sistem Pembayaran Bank Indonesia (BI) Kantor Wilayah IX Sumut dan Aceh, Kahfi Zulkarnaen mengatakan, peningkatan uang pecahan jelang Natal dan Tahun Baru ini memang lebih rendah dibandingkan Idul Fitri.

Jika dilihat secara persentase, tingkat kebutuhan jelang Natal dan Tahun Baru ini lebih rendah 20 persen dibandingkan Idul Fitri. “Pada hari besar seperti Natal ini transaksi uang pecah naik mencapai 10 persen dari rata-rata transaksi uang pecahan pada hari biasa hanya sekitar Rp1,5 miliar,” ujarnya kemarin.
Adapun untuk pecahan yang paling tinggi peningkatan permintaannya adalah pecahan Rp50.000 mencapai 20 persen dengan total nominal Rp18,6 miliar. Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan tahun lalu yang permintaannya sebesar Rp15,45 miliar.

Kemudian pada urutan kedua adalah pecahan Rp5.000 yang naik 11 persen dengan nominal Rp12,1 miliar. Kalau dibandingkan dengan tahun lalu, permintaan pecahan ini lebih tinggi dari tahun lalu Rp10,95 miliar.

Selanjutnya, pecahan Rp100.000 terbanyak ketiga dengan nominal Rp21 miliar atau naik 11 persen dari permintaan tahun lalu sebesar Rp18,9 miliar. “Permintaan pecahan Rp50.000 memang selalu lebih tinggi. Tahun lalu saja, realisasi pecahan ini lebih tinggi Rp3,55 miliar dari permintaan yang diajukan sebesar Rp15,45 miliar. Jadi kami perkirakan pada tahun ini akan terjadi hal yang sama juga,” jelasnya.

Seluruh uang pecahan tersebut, lanjut dia, tersedia pada semua anjungan tunai mandiri (ATM) tiap bank khususnya bank-bank besar. Dengan begitu masyarakat tidak perlu khawatir memenuhi kebutuhannya akan uang kecil selama bank tidak beroperasional.

“Pada hari besar, bank tidak beroperasional jadi kebutuhan akan uang tunai dipenuhi melalui ATM. Apalagi pada Natal dan Tahun Baru, BI tidak ada membuka loket keliling seperti Idul Fitri. Seluruh uang tunai itu tersedia pada ATM bank yang memiliki jaringan luas dan kantor layanan hingga daerah pinggiran,” ujarnya.

Pengamat Ekonomi dari Universitas Negeri Medan (Unimed), M Ishak sebelumnya mengatakan, perbankan harus benar-benar menyediakan kebutuhan uang pecahan itu karena ada peningkatan. Perkiraan peningkatan harus sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Jangan sampai masyarakat kesulitan mendapatkan uang saat bank tidak beroperasi.

“Peningkatan transaksi karena adanya kenaikan kebutuhan untuk berbelanja kebutuhan Natal dan lainnya. Perbankan harus bisa memenuhinya melalui ATM saat tidak beroperasi sehingga kenyamanan masyarakat saat libur Natal tidak terganggu,” lanjutnya. (ram)

MEDAN- Permintaan uang pecahan mulai Rp1.000 sampai Rp100.000 jelang Natal dan Tahun Baru 2013 naik sekitar 10 persen bila dibandingkan dengan rata-rata hari biasanya. Deputi Direktur Bidang Sistem Pembayaran Bank Indonesia (BI) Kantor Wilayah IX Sumut dan Aceh, Kahfi Zulkarnaen mengatakan, peningkatan uang pecahan jelang Natal dan Tahun Baru ini memang lebih rendah dibandingkan Idul Fitri.

Jika dilihat secara persentase, tingkat kebutuhan jelang Natal dan Tahun Baru ini lebih rendah 20 persen dibandingkan Idul Fitri. “Pada hari besar seperti Natal ini transaksi uang pecah naik mencapai 10 persen dari rata-rata transaksi uang pecahan pada hari biasa hanya sekitar Rp1,5 miliar,” ujarnya kemarin.
Adapun untuk pecahan yang paling tinggi peningkatan permintaannya adalah pecahan Rp50.000 mencapai 20 persen dengan total nominal Rp18,6 miliar. Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan tahun lalu yang permintaannya sebesar Rp15,45 miliar.

Kemudian pada urutan kedua adalah pecahan Rp5.000 yang naik 11 persen dengan nominal Rp12,1 miliar. Kalau dibandingkan dengan tahun lalu, permintaan pecahan ini lebih tinggi dari tahun lalu Rp10,95 miliar.

Selanjutnya, pecahan Rp100.000 terbanyak ketiga dengan nominal Rp21 miliar atau naik 11 persen dari permintaan tahun lalu sebesar Rp18,9 miliar. “Permintaan pecahan Rp50.000 memang selalu lebih tinggi. Tahun lalu saja, realisasi pecahan ini lebih tinggi Rp3,55 miliar dari permintaan yang diajukan sebesar Rp15,45 miliar. Jadi kami perkirakan pada tahun ini akan terjadi hal yang sama juga,” jelasnya.

Seluruh uang pecahan tersebut, lanjut dia, tersedia pada semua anjungan tunai mandiri (ATM) tiap bank khususnya bank-bank besar. Dengan begitu masyarakat tidak perlu khawatir memenuhi kebutuhannya akan uang kecil selama bank tidak beroperasional.

“Pada hari besar, bank tidak beroperasional jadi kebutuhan akan uang tunai dipenuhi melalui ATM. Apalagi pada Natal dan Tahun Baru, BI tidak ada membuka loket keliling seperti Idul Fitri. Seluruh uang tunai itu tersedia pada ATM bank yang memiliki jaringan luas dan kantor layanan hingga daerah pinggiran,” ujarnya.

Pengamat Ekonomi dari Universitas Negeri Medan (Unimed), M Ishak sebelumnya mengatakan, perbankan harus benar-benar menyediakan kebutuhan uang pecahan itu karena ada peningkatan. Perkiraan peningkatan harus sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Jangan sampai masyarakat kesulitan mendapatkan uang saat bank tidak beroperasi.

“Peningkatan transaksi karena adanya kenaikan kebutuhan untuk berbelanja kebutuhan Natal dan lainnya. Perbankan harus bisa memenuhinya melalui ATM saat tidak beroperasi sehingga kenyamanan masyarakat saat libur Natal tidak terganggu,” lanjutnya. (ram)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/