29 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Kalau bisa Pintarlah, Jangan Bodoh…

Masih terkait kritikan Effendi Simbolon yang menyebut Dahlan Iskan tak pantas diulosi, Ketua Perbappsu, Gandi Parapat mengaku tersinggung. Gandi mengatakan, perbedaan pendapat itu hal biasa.

Ia juga tidak melarang jika ada orang yang keberatan dengan pemberian ulos ke Dahlan. Namun, dirinya tidak mau diatur-atur oleh orang lain yang merasa lebih hebat Gandi membalas pernyataan Effendi dengan kalimat yang tajam. “Nggak kita larang orang menjadi bodoh. Tapi kalau bisa pintarlah, jangan bodoh,” ujarnya.

Pernyataan keras Gandi menanggapi omongan Effendi Simbolon yang dimuat sebuah koran lokal di Siantar-Simalungun. Cagub Sumut dari PDIP itu mengecam pemberian ulos ke Dahlan. “Kalian ulosi orang gila itu. Masa kalian biarkan orang gila diulosi,” ucap Effendi seperti diberitakan koran itu.

Gandi yang juga pernah memberikan ulos kepada Dahlan di gedung Kementerian BUMN di Jakarta, Rabu (9/1) lalu, mengaku tidak terima atas kalimat Effendi itu. “Emang siapa Effendi Simbolon?” cetus Gandi.

Sementara itu, Ketua Umum Upaya Penyelamatan Aset Simalungun (UPAS), Januarison Saragih SH MH menilai, ada hubungan magis religius orang Batak terhadap acara pemberian ulos. Menurutnya, pemberian ulos merupakan acara budaya yang sangat sakral, dan bukan sembarangan.

“Tentunya pemberian ulos itu sudah didasari dengan perencanaan yang matang oleh komunitas adat. Mangulosi merupakan budaya Sumatera Utara bagi tamu yang datang. Jadi ini adalah hak istimewa komunitas adat dan tidak perlu dicampuri atau dikomentari,” ujar Januarison.

Dijelaskannya, Effendi Simbolon tidak tepat mengomentari pemberian ulos kepada tamu, yang merupakan acara budaya Batak yang senantiasa terpelihara. “Apa hubungan dia mengomentarai itu?” ujar Januarison.

Selain itu, pernyataan Effendi Simbolon yang menyebut Menteri BUMN Dahlan Iskan sebagai orang gila, merupakan pernyataan yang sangat konyol. “Yang berhak mengatakan seseorang itu gila adalah dokter spesialis kejiwaan. Atau sebaliknya, yang mengatakan itulah yang gila. Kalau mereka ada perseteruan secara pribadi, jangan dibawa-bawa ke sini,” kata Januarison yang juga praktisi hukum ini. (ril/hsl/th/sam/pra)

Masih terkait kritikan Effendi Simbolon yang menyebut Dahlan Iskan tak pantas diulosi, Ketua Perbappsu, Gandi Parapat mengaku tersinggung. Gandi mengatakan, perbedaan pendapat itu hal biasa.

Ia juga tidak melarang jika ada orang yang keberatan dengan pemberian ulos ke Dahlan. Namun, dirinya tidak mau diatur-atur oleh orang lain yang merasa lebih hebat Gandi membalas pernyataan Effendi dengan kalimat yang tajam. “Nggak kita larang orang menjadi bodoh. Tapi kalau bisa pintarlah, jangan bodoh,” ujarnya.

Pernyataan keras Gandi menanggapi omongan Effendi Simbolon yang dimuat sebuah koran lokal di Siantar-Simalungun. Cagub Sumut dari PDIP itu mengecam pemberian ulos ke Dahlan. “Kalian ulosi orang gila itu. Masa kalian biarkan orang gila diulosi,” ucap Effendi seperti diberitakan koran itu.

Gandi yang juga pernah memberikan ulos kepada Dahlan di gedung Kementerian BUMN di Jakarta, Rabu (9/1) lalu, mengaku tidak terima atas kalimat Effendi itu. “Emang siapa Effendi Simbolon?” cetus Gandi.

Sementara itu, Ketua Umum Upaya Penyelamatan Aset Simalungun (UPAS), Januarison Saragih SH MH menilai, ada hubungan magis religius orang Batak terhadap acara pemberian ulos. Menurutnya, pemberian ulos merupakan acara budaya yang sangat sakral, dan bukan sembarangan.

“Tentunya pemberian ulos itu sudah didasari dengan perencanaan yang matang oleh komunitas adat. Mangulosi merupakan budaya Sumatera Utara bagi tamu yang datang. Jadi ini adalah hak istimewa komunitas adat dan tidak perlu dicampuri atau dikomentari,” ujar Januarison.

Dijelaskannya, Effendi Simbolon tidak tepat mengomentari pemberian ulos kepada tamu, yang merupakan acara budaya Batak yang senantiasa terpelihara. “Apa hubungan dia mengomentarai itu?” ujar Januarison.

Selain itu, pernyataan Effendi Simbolon yang menyebut Menteri BUMN Dahlan Iskan sebagai orang gila, merupakan pernyataan yang sangat konyol. “Yang berhak mengatakan seseorang itu gila adalah dokter spesialis kejiwaan. Atau sebaliknya, yang mengatakan itulah yang gila. Kalau mereka ada perseteruan secara pribadi, jangan dibawa-bawa ke sini,” kata Januarison yang juga praktisi hukum ini. (ril/hsl/th/sam/pra)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/