26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Perjalanan Terlama di Dunia

Mendaki Gunung Leuser dengan ketinggi 3.422 meter di atas permukaan laut (dpl) diyakini menjadi satu dari sedikit perjalanan pendakian terlama di Indonesia bahkan dunia. Butuh kekuatan fisik untuk menghabiskan waktu  tercepat sekitar 11 hari dan dana sekitar Rp12 juta. Seperti apa?

PILAR: Anggota Kompas USU berfoto  pilar  berada  Puncak Leuser, Aceh.
PILAR: Anggota Kompas USU berfoto di pilar yang berada di Puncak Leuser, Aceh.

Banyak orang tak percaya perjalanan ke puncak Leuser di Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) bisa sangat panjang dan melelahkan. Ini di karenakan untuk pendakian yang melewati jalur wisata minat khusus ini melewati pegunungan-pegunungan yang ada di TNGL tersebut, serta daerah dan vegetasi hutannya yang masih asri dan alami. Maklum hutan TNGL sudah menjadi warisan dunia yang di sahkan oleh UNESCO.

Perjalanan wisata pegunungan di TNGL ini butuh waktu 11 sampai 15 hari. Bandingkan dengan pendakian di Gunung Rinjani, Semeru, Carstensz dan lainnya hanya membutuhkan waktu 2 sampai 5 hari. Bahkan untuk mencapai puncak Kilimanjaro di Afrika Selatan hanya membutuhkan waktu 5 hari.
Kompas USU, Sponsor, dan Mapalaut dari Banten, organisasi pendaki gunung local, punya pengalaman mendaki Gunung Leuser. Aggota ketiga kumpulan pendaki ini diharuskan calon pendaki memenuhi 3 standar pendakian seperti fisik, mental dan inteligensi yang kuat pastinya harus di dukung dengan dana yang cukup.

Dalam sebuah sesi pendakian, Yudha Lesmana Pohan, Wanol, Edo Prasetiya dan Yudha Wirabuana (Kompas USU), Aman dan Hanafi (Sponsor) dan Mentuz, Mucol dan Jangu (Mapalaut Banten), melakukan perjalanan menyambut HUT Indonesia 2009 lalu.

Yudha  menceritakan, awalnya mereka penasaran mendaki Gunung Leuser tersebut dan mencari dana melalui proposal. Mereka lantas menyusun rencana dan melakukan persiapan fisik selama 2 bulan mereka lakukan pelatihan seperti joging, packing, mempelajari kalori makanan dan menyamakan psikologi terhadap temam  pendakian lain untuk menjadi kompak. Dan, dua bulan latihan tersebut tak terasa hari yang di nanti pun tiba. Bekal mereka uang Rp10 juta plus logistik yang mencukupi serta hasil latihan fisik. Tak ketinggalan mempelajari alam, sosial masyarakat dan mempelajari kehidupan binatang-binatang yang ada di sana. Di kawasan itu memang masih dihuni hewan-hewan buas seperti hariamau Sumatera, beruang atau gajah, masih hidup berkeliaran di TNGL tersebut.

Perjalanan dari Medan mereka lalui ke Blang Kejeren, Aceh selama 12 jam. Di sebuah desa, mereka istirahat dengan membentangkan tenda-tenda mereka sebelum melanjutkan perjalanan keesokan harinya. Sambil isitirahat, tak lupa mempraktikkan pelatihan tentang social kemasyarakarn yang mereka peljari di Medan.

Mereka minta izin kepada Kepala Desa (Kades) setempat dan mengurus surat izin memasuki kawasan konservasi (Simaki) untuk diberikan kepada TNI dan Polisi yang berada di daerah setempat.

Mereka diwajibkan ditemani pemandu wisata (guide) dengan biaya Rp1,5 juta per orang. Mereka beruntung, ada guide yang dikenal dan harga jasa didiskon besar, jauh di bawah harga normal Rp4 jutaan per orang.

Dalam perjalanan cukup panjang, fisik pendaki mulai diuji dengan membawa barang yang beratnya sekitar 50-60 Kilogram (Kg) per orangnya.
Bergerak pukul 08.00 WIB, dari Desa Blang Kejeren rombongan berjalan kaki ke Tabacco Hut, bekas ladang-ladang tembakau di masa penjajahan Belanda yang kini dialihfungsikan menjadi perladangan dan fungsi lainnya.

Pukul 13.00 WIB, rombongan tiba di pintu rimba TNGL yang seakan mengucapkan selamat datang. Pendakian dimulai dengan kemiringan sekitar  50 derajat. Dua jam kemudian, rombongan sampai ke Camp I dengan ketinggian 1.200 mdpl dan suhu mencapai 10-15 derajat celsius. Medan setelah Camp I mulai terasa beras, rombongan sering terhenti untuk beristirahat.

Paginya, mereka melanjutkan perjalanan menuju Puncak Angkasan. Di lokasi ini mereka melakukan penanaman sampah bekas makanan mereka. Setelah makan siang, mereka menuju lokasi Kayu Manis I. Di tempat ini mereka menemukan sangat banyak vegetasi kantung semar (nephantas).

Tak berlama-lama, perjalanan berllanjut ke Kayu Manis II. Di lokasi ini rombongan terkena hujan deras sehingga pakaian basah dan menambah perasaan dingin hingga mereka menemukan lintasan Badak, jalur yang sering dilalui kelompok Badak. Saying, rombongan tidak bertemu kawanan bercula itu.
Dari lintasan Badak, tim melanjutkan perjalanan ke Papanji yang lebih menantang adrenalin. Pasalnya harimau dan beruang sering melakukan aktivitas di tempat tersebut. Tiba sore hari, mereka melihat banyak cakaran-cakaran hewan yang menempel di pohon. Tim memutuskan camping di tempat ini.
Hari ketiga, perjalanan mulai memasuki hamparan batu-batuan alam dan savana di Blang Beke.

Siangnya,  mereka melewati Sungai Alas yang lebarnya 10 meter dengan kedalaman 0,5 m. Saatnya memuaskan diri dengan mandi dan mengambil persedian air untuk melanjutkan pendakian. Setelah itu, mereka melakukan perjalan yang menuju Kolam Badak, dan tak lama sampailah mereka ke Bivak III, lalu melanjutkan perjalanan menuju Camp putri. Dulunya banyak putri-putri pecinta alam yang melakukan camp di tempat ini.

Hari berikutnya, sampai lah mereka ke Bivak Kaleng. Tempat ini pernah dijadikan kamp persediaan makanan oleh Basarnas saat melakukan evakuasi. Selanjutnya mereka beristirahat ke Bivak Batu .

Hari ke lima mereka melanjutkan perjalanan menuju Jalan Tanpa Nama atau Simpang Tanpa Nama. Hari ke enam, tak terasa sampai ke jalan menuju Puncak Leuser. Ke esokannya, tepat hari ke tujuh dengan barang-barang yang mereka tinggalkan, hanya membawa peralatan dan makanan seadanya. Mereka melakukan pendakian untuk menuju Leuser. Selamat datang Leuser.

Pemandangan indah dan hati bahagia sanggup membayar letih saat pendakian. Setelah puas menikmati panorama alam, siangnya mereka kembali ke Leuser dan menginap semalam. Dan tak lupa setelah turun mereka melakukan penelitian kantung semar. Untuk melakukan penurunan pendaki hanya menghabiskan waktu lima hari. Sungguh sangat berkesan di hati masing-masig pendaki. (mag-19)

Mendaki Gunung Leuser dengan ketinggi 3.422 meter di atas permukaan laut (dpl) diyakini menjadi satu dari sedikit perjalanan pendakian terlama di Indonesia bahkan dunia. Butuh kekuatan fisik untuk menghabiskan waktu  tercepat sekitar 11 hari dan dana sekitar Rp12 juta. Seperti apa?

PILAR: Anggota Kompas USU berfoto  pilar  berada  Puncak Leuser, Aceh.
PILAR: Anggota Kompas USU berfoto di pilar yang berada di Puncak Leuser, Aceh.

Banyak orang tak percaya perjalanan ke puncak Leuser di Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) bisa sangat panjang dan melelahkan. Ini di karenakan untuk pendakian yang melewati jalur wisata minat khusus ini melewati pegunungan-pegunungan yang ada di TNGL tersebut, serta daerah dan vegetasi hutannya yang masih asri dan alami. Maklum hutan TNGL sudah menjadi warisan dunia yang di sahkan oleh UNESCO.

Perjalanan wisata pegunungan di TNGL ini butuh waktu 11 sampai 15 hari. Bandingkan dengan pendakian di Gunung Rinjani, Semeru, Carstensz dan lainnya hanya membutuhkan waktu 2 sampai 5 hari. Bahkan untuk mencapai puncak Kilimanjaro di Afrika Selatan hanya membutuhkan waktu 5 hari.
Kompas USU, Sponsor, dan Mapalaut dari Banten, organisasi pendaki gunung local, punya pengalaman mendaki Gunung Leuser. Aggota ketiga kumpulan pendaki ini diharuskan calon pendaki memenuhi 3 standar pendakian seperti fisik, mental dan inteligensi yang kuat pastinya harus di dukung dengan dana yang cukup.

Dalam sebuah sesi pendakian, Yudha Lesmana Pohan, Wanol, Edo Prasetiya dan Yudha Wirabuana (Kompas USU), Aman dan Hanafi (Sponsor) dan Mentuz, Mucol dan Jangu (Mapalaut Banten), melakukan perjalanan menyambut HUT Indonesia 2009 lalu.

Yudha  menceritakan, awalnya mereka penasaran mendaki Gunung Leuser tersebut dan mencari dana melalui proposal. Mereka lantas menyusun rencana dan melakukan persiapan fisik selama 2 bulan mereka lakukan pelatihan seperti joging, packing, mempelajari kalori makanan dan menyamakan psikologi terhadap temam  pendakian lain untuk menjadi kompak. Dan, dua bulan latihan tersebut tak terasa hari yang di nanti pun tiba. Bekal mereka uang Rp10 juta plus logistik yang mencukupi serta hasil latihan fisik. Tak ketinggalan mempelajari alam, sosial masyarakat dan mempelajari kehidupan binatang-binatang yang ada di sana. Di kawasan itu memang masih dihuni hewan-hewan buas seperti hariamau Sumatera, beruang atau gajah, masih hidup berkeliaran di TNGL tersebut.

Perjalanan dari Medan mereka lalui ke Blang Kejeren, Aceh selama 12 jam. Di sebuah desa, mereka istirahat dengan membentangkan tenda-tenda mereka sebelum melanjutkan perjalanan keesokan harinya. Sambil isitirahat, tak lupa mempraktikkan pelatihan tentang social kemasyarakarn yang mereka peljari di Medan.

Mereka minta izin kepada Kepala Desa (Kades) setempat dan mengurus surat izin memasuki kawasan konservasi (Simaki) untuk diberikan kepada TNI dan Polisi yang berada di daerah setempat.

Mereka diwajibkan ditemani pemandu wisata (guide) dengan biaya Rp1,5 juta per orang. Mereka beruntung, ada guide yang dikenal dan harga jasa didiskon besar, jauh di bawah harga normal Rp4 jutaan per orang.

Dalam perjalanan cukup panjang, fisik pendaki mulai diuji dengan membawa barang yang beratnya sekitar 50-60 Kilogram (Kg) per orangnya.
Bergerak pukul 08.00 WIB, dari Desa Blang Kejeren rombongan berjalan kaki ke Tabacco Hut, bekas ladang-ladang tembakau di masa penjajahan Belanda yang kini dialihfungsikan menjadi perladangan dan fungsi lainnya.

Pukul 13.00 WIB, rombongan tiba di pintu rimba TNGL yang seakan mengucapkan selamat datang. Pendakian dimulai dengan kemiringan sekitar  50 derajat. Dua jam kemudian, rombongan sampai ke Camp I dengan ketinggian 1.200 mdpl dan suhu mencapai 10-15 derajat celsius. Medan setelah Camp I mulai terasa beras, rombongan sering terhenti untuk beristirahat.

Paginya, mereka melanjutkan perjalanan menuju Puncak Angkasan. Di lokasi ini mereka melakukan penanaman sampah bekas makanan mereka. Setelah makan siang, mereka menuju lokasi Kayu Manis I. Di tempat ini mereka menemukan sangat banyak vegetasi kantung semar (nephantas).

Tak berlama-lama, perjalanan berllanjut ke Kayu Manis II. Di lokasi ini rombongan terkena hujan deras sehingga pakaian basah dan menambah perasaan dingin hingga mereka menemukan lintasan Badak, jalur yang sering dilalui kelompok Badak. Saying, rombongan tidak bertemu kawanan bercula itu.
Dari lintasan Badak, tim melanjutkan perjalanan ke Papanji yang lebih menantang adrenalin. Pasalnya harimau dan beruang sering melakukan aktivitas di tempat tersebut. Tiba sore hari, mereka melihat banyak cakaran-cakaran hewan yang menempel di pohon. Tim memutuskan camping di tempat ini.
Hari ketiga, perjalanan mulai memasuki hamparan batu-batuan alam dan savana di Blang Beke.

Siangnya,  mereka melewati Sungai Alas yang lebarnya 10 meter dengan kedalaman 0,5 m. Saatnya memuaskan diri dengan mandi dan mengambil persedian air untuk melanjutkan pendakian. Setelah itu, mereka melakukan perjalan yang menuju Kolam Badak, dan tak lama sampailah mereka ke Bivak III, lalu melanjutkan perjalanan menuju Camp putri. Dulunya banyak putri-putri pecinta alam yang melakukan camp di tempat ini.

Hari berikutnya, sampai lah mereka ke Bivak Kaleng. Tempat ini pernah dijadikan kamp persediaan makanan oleh Basarnas saat melakukan evakuasi. Selanjutnya mereka beristirahat ke Bivak Batu .

Hari ke lima mereka melanjutkan perjalanan menuju Jalan Tanpa Nama atau Simpang Tanpa Nama. Hari ke enam, tak terasa sampai ke jalan menuju Puncak Leuser. Ke esokannya, tepat hari ke tujuh dengan barang-barang yang mereka tinggalkan, hanya membawa peralatan dan makanan seadanya. Mereka melakukan pendakian untuk menuju Leuser. Selamat datang Leuser.

Pemandangan indah dan hati bahagia sanggup membayar letih saat pendakian. Setelah puas menikmati panorama alam, siangnya mereka kembali ke Leuser dan menginap semalam. Dan tak lupa setelah turun mereka melakukan penelitian kantung semar. Untuk melakukan penurunan pendaki hanya menghabiskan waktu lima hari. Sungguh sangat berkesan di hati masing-masig pendaki. (mag-19)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/