JAKARTA- Penyusunan daftar caleg sementara (DCS) Partai Golkar yang akan diserahkan ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) berlangsung alot. Berdasar informasi yang diperoleh, rapat pleno yang berlangsung di Kantor DPP Partai Golkar Kamis(11/4) itu diwarnai perdebatan cukup sengit. Pangkalnya, semua caleg berebut nomor jadi pada DCS.
Ketua DPP Partai Golkar yang menjabat Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso mengakui bahwa penyusunan DCS belum rampung. “Memang tidak mudah menyusun daftar caleg, masih ada tarik-menarik. Ada kader-kader potensial yang belum tertampung,” kata Priyo di gedung DPR, kemarin.
Dia juga tidak membantah bahwa rapat berlangsung panas. Meski demikian, lanjut dia, Golkar sudah biasa menghadapi dinamika seperti saat penyusunan DCS tersebut. Golkar, akan memanfaatkan waktu sebaik-baiknya hingga pendaftaran caleg yang disediakan KPU.
Saat ditanya siapa kader-kader potensial yang dimaksud, Priyo enggan menjawab. Termasuk apakah tarik-menarik itu berkaitan dengan latar belakang organisasi sayap yang ada di dalam tubuh partai berlambang pohon beringin tersebut. Bahkan, Priyo belum menyebut dari dapil mana dirinya akan maju. “Belum,” katanya sembari menggeleng.
Priyo hanya memastikan bahwa partainya akan memenuhi syarat yang ditetapkan KPU. “Syarat 30 persen keterwakilan perempuan pasti kami penuhi,” tegasnya.
Secara terpisah, Wasekjen Partai Golkar Lalu Mara Satriawangsa menyatakan, tidak ada ketegangan dalam rapat penyusunan DCS pada Kamis (11/4). Menurut dia, perbedaan pendapat di internal partai itu hal yang wajar. “Biasa saja, namanya pertukaran pendapat. Tergantung karakter masing-masing,” ujar Mara saat dikonfirmasi.
Menurut Mara, Golkar adalah gudangnya kader. Jumlah fungsionaris yang diturunkan untuk pencalegan DPR mencapai 2.300. Sementara itu, aturan UU Pemilu membatasi jumlah caleg yang diajukan untuk tingkat DPR. “Sesuai UU kan 100 persen, itu artinya 560 orang,” ujarnya. (fal/bay/agm/jpnn)
Karena itu, lanjut dia, perbedaan pendapat adalah hal biasa. Sebab, masing-masing calon memiliki argumentasi yang kuat. “Golkar memiliki parameter pencalonan yang jelas,” ucapnya.
Mara menjelaskan, urutan pencalegan Golkar didasarkan pada skor yang mulai dari pengabdian. Pengabdian meliputi posisi di partai, dedikasi, loyalitas, dan tidak tercela. Selain itu, dihitung skor pendidikan, penugasan kader sebagai fungsionaris. “Dan, jangan lupa survei elektabilitas caleg,” katanya.
Pengambilan keputusan akhir DPP Partai Golkar, kata Mara, pasti mengandung dua sisi. Ada kegembiraan dan kekecewaan. “Itu hal yang biasa. Mengingat nomor satu hanya satu dan seterusnya juga hanya satu orang,” tandasnya. (fal/bay/c6/agm/jpnn)