26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Meski Menguras Otak, Robotik Ganbatte Siap Bertanding

Berawal dari sebuah keinginan membangun konsep robotika dalam perguruan tinggi, melandasi Sekolah Tinggi Teknik Poliprofesi (STTP) Medan melakukan  sebuah terobosan dengan mengenalkan dan memasukan bimbingan robotika dalam tugas akhir siswa didiknya. Ternyata langkah tersebut berbuah hasil.

UJICOBA:Tim Robotik STTP saat melakukan ujicoba robot pemadam api beroda  akan diikutsertakan  kontes robot nasional   Lampung nanti.//kesuma ramadhan/sumut pos
UJICOBA:Tim Robotik STTP saat melakukan ujicoba robot pemadam api beroda yang akan diikutsertakan dalam kontes robot nasional di Lampung nanti.//kesuma ramadhan/sumut pos

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) yang rutin mengagendakan kontes robot setiap tahunnya itu menjadi peluangn
awal bagi peserta didik STTP dalam menunjukkan kualitas bimbingan robotika yang telah mereka pelajari.

Dimulai dari penyusunan proposal yang diajukan dalam rencana kepesertaan STTP dalam Kontes Robot Nasional (KRN) 2013, maka STTP di bawah bimbingan dosen Teknik Informatika, Abdullah Ssi  sebagai pembina mulai mempersiapkan tim yang diisi oleh seorang ketua tim yakni San Aji Hakim (Semester VIII) dan Safarul Ilham (Semester IV) sebagai anggota timnya.  Lewat ketiga orang inilah sebuah tim terbangun untuk mengikuti kontes robot nasional yang akan berlangsung di Lampung 17-20 April mendatang.

Melalui tangan dingin Abdullah, mereka berhasil melewati rintangan pertama, yakni penyampaian proposal tentang sistem kerja robotika yang telah diprogram dan dirangkai. Setelah dianggap layak, proposal yang telah mereka sampaikan ke Dikti pada November 2012 lalu, selanjutnya disempurnakan dengan kemajuan program yang mereka sampaikan dalam proposal.  “Dalam kesempatan itu kami harus melaporkan kemajuan robot pemadam api beroda yang kami kerjakan, sesuai dengan katagori lomba. Alhamdulillah kemajuan yang kami laporkan dalam sebuah video serta dalam bentuk microsoft power point, ternyata diterima oleh panitia dan kami dianggap lulus serta bisa mengikuti kontes robot nasional 2013 di Lampung nanti,”ujar Abdullah, saat disambangi di kampus STTP, Kamis (11/4).

Raut kebanggan begitu tampak dari paras wajah Abdullah dan dua anggota tim lainnnya. Pasalnya kerja keras mereka selama tiga bulan dalam memprogram sebuah robot cerdas, akhirnya terbalas lewat kepercayaan yang diberikan oleh Dikti.

Meskipun begitu, Abdullah mengakui masih banyak hambatan yang harus mereka pecahkan di balik keterbatasan waktu. “Dalam kontes robot tahun ini ada evaluasi baru yang disampaikan oleh Dikti. Yakni tingkat kesulitan yang semakin tinggi dan disesuaikan dengan standar Internasional. Salah satu contoh tingkat kesulitannya yakni adanya polisi tidur dalam lintasan, dinding zigzag, cermin di dinding, dan semuanya bisa menganggu sensor,” kata dia.
Selain itu, lanjutnya, robot harus bisa mengenal suara untuk memulai pergerakan, robot juga harus mengetahui tempat memulai dan mengakhiri tugasnya, hingga memeriksa setiap ruangan dan akhirnya memadamkan api yang menyala pada sebuah lilin. “Jika ini berhasil misi dianggap berhasil,” terang Abdullah sembari menunjukkan lintasan robot yang akan digunakan dalam kontes lomba nantinya.

Sedikit demi sedikit kesulitan bisa teratasi melalui program kerja robot yang telah dikonsep. Namun Abdullah tak menampik ada beberapa hal yang masih harus mereka sempurnakan, dan diharapkan kesempurnaan ini bisa teratasi sebelum keberangkatan timnya.

Di sisi lainnya, ternyata untuk merangkai dan memprogram sebuah robot cerdas tidak hanya menguras otak, melainkan membutuhkan biaya yang cukup besar.

Pasalnya untuk item dan komponen-komponen seperti sensor jarak, dan motor harus dipesan dari Singapura. Sedangkan komponen pendukung lainnya sebahagian didapat dari Kota Surabaya. “Sementara untuk Medan sendiri belum menyediakan komponen yang dibutuhkan,” ujar Abdullah yang mengaku pernah mengikuti kontes robot saat masih berstatus mahasiswa di USU.

Tingginya harga komponen dalam menyiapkan sebuah robot cerdas, dibenarkan Ketua Sekolah Tinggi Teknik Poliprofesi Medan David JM Sembiring, MKom. Saat ditemui di ruang kerjanya, David  mengakui jika total anggaran yang dihabiskan untuk sebuah robot cerdas, berkisar Rp12 Juta. Anggaran tersebut di luar dari penyiapan lintasan dan proses penyusunannya.

“Untuk sebuah kemajuan dibutuhkan pengorbanan. Hal inilah yang kami tekankan di STTP. Jadi segala keinginan para peserta didik yang ingin maju dengan konsep cerdasnya maka kami akan mendukung penuh baik itu dukungan moril maupun materil. Bahkan ke depan kita akan terus mengembangkan teknologi robotik di kampus ini,” ujarnya.

Satu bentuk dukungan lainnya juga ditunjukkan David, yakni mengajak tim robot mereka beraudiensi ke Kopertis Wilayah I Sumut-Aceh yang disambut langsung oleh Sekretaris pelaksana Kopertis Wilayah I, Rudy K Nababan.

Dalam kesempatan itu, menurut Rudy, keberhasilan STTP nantinya akan memberikan dampak positif, yakni mengharumkan nama Kopertis Wilayah I.
“Saat ini selain STTP ada dua kampus lainnya yang mengikuti kontes robot dengan katagori yang beragam dan membawa nama Sumut. Diharapkan mereka bisa membawa prestasi yang membanggakan, dan ke depan juga diharapkan akan lahir kampus-kampus lain yang menerapkan kemajuan sistem teknologinya,”ujar Rudy.

Kini, harapan Abdullah, San Aji Hakim dan Safarul Ilham sebagai tim peserta kontes robotik dari STTP yakni bisa bersaing dengan penuh semangat dan sportifitas. Ya sesuai dengan nama tim mereka “Ganbatte” kalimat yang berasal dari bahasa Jepang yakni Semangat.
Setidaknya nama tim dan robot  yang mereka gelar “Ganbatte” mewakili semangat generasi muda lainnya untuk terus berprestasi. (uma)

Berawal dari sebuah keinginan membangun konsep robotika dalam perguruan tinggi, melandasi Sekolah Tinggi Teknik Poliprofesi (STTP) Medan melakukan  sebuah terobosan dengan mengenalkan dan memasukan bimbingan robotika dalam tugas akhir siswa didiknya. Ternyata langkah tersebut berbuah hasil.

UJICOBA:Tim Robotik STTP saat melakukan ujicoba robot pemadam api beroda  akan diikutsertakan  kontes robot nasional   Lampung nanti.//kesuma ramadhan/sumut pos
UJICOBA:Tim Robotik STTP saat melakukan ujicoba robot pemadam api beroda yang akan diikutsertakan dalam kontes robot nasional di Lampung nanti.//kesuma ramadhan/sumut pos

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) yang rutin mengagendakan kontes robot setiap tahunnya itu menjadi peluangn
awal bagi peserta didik STTP dalam menunjukkan kualitas bimbingan robotika yang telah mereka pelajari.

Dimulai dari penyusunan proposal yang diajukan dalam rencana kepesertaan STTP dalam Kontes Robot Nasional (KRN) 2013, maka STTP di bawah bimbingan dosen Teknik Informatika, Abdullah Ssi  sebagai pembina mulai mempersiapkan tim yang diisi oleh seorang ketua tim yakni San Aji Hakim (Semester VIII) dan Safarul Ilham (Semester IV) sebagai anggota timnya.  Lewat ketiga orang inilah sebuah tim terbangun untuk mengikuti kontes robot nasional yang akan berlangsung di Lampung 17-20 April mendatang.

Melalui tangan dingin Abdullah, mereka berhasil melewati rintangan pertama, yakni penyampaian proposal tentang sistem kerja robotika yang telah diprogram dan dirangkai. Setelah dianggap layak, proposal yang telah mereka sampaikan ke Dikti pada November 2012 lalu, selanjutnya disempurnakan dengan kemajuan program yang mereka sampaikan dalam proposal.  “Dalam kesempatan itu kami harus melaporkan kemajuan robot pemadam api beroda yang kami kerjakan, sesuai dengan katagori lomba. Alhamdulillah kemajuan yang kami laporkan dalam sebuah video serta dalam bentuk microsoft power point, ternyata diterima oleh panitia dan kami dianggap lulus serta bisa mengikuti kontes robot nasional 2013 di Lampung nanti,”ujar Abdullah, saat disambangi di kampus STTP, Kamis (11/4).

Raut kebanggan begitu tampak dari paras wajah Abdullah dan dua anggota tim lainnnya. Pasalnya kerja keras mereka selama tiga bulan dalam memprogram sebuah robot cerdas, akhirnya terbalas lewat kepercayaan yang diberikan oleh Dikti.

Meskipun begitu, Abdullah mengakui masih banyak hambatan yang harus mereka pecahkan di balik keterbatasan waktu. “Dalam kontes robot tahun ini ada evaluasi baru yang disampaikan oleh Dikti. Yakni tingkat kesulitan yang semakin tinggi dan disesuaikan dengan standar Internasional. Salah satu contoh tingkat kesulitannya yakni adanya polisi tidur dalam lintasan, dinding zigzag, cermin di dinding, dan semuanya bisa menganggu sensor,” kata dia.
Selain itu, lanjutnya, robot harus bisa mengenal suara untuk memulai pergerakan, robot juga harus mengetahui tempat memulai dan mengakhiri tugasnya, hingga memeriksa setiap ruangan dan akhirnya memadamkan api yang menyala pada sebuah lilin. “Jika ini berhasil misi dianggap berhasil,” terang Abdullah sembari menunjukkan lintasan robot yang akan digunakan dalam kontes lomba nantinya.

Sedikit demi sedikit kesulitan bisa teratasi melalui program kerja robot yang telah dikonsep. Namun Abdullah tak menampik ada beberapa hal yang masih harus mereka sempurnakan, dan diharapkan kesempurnaan ini bisa teratasi sebelum keberangkatan timnya.

Di sisi lainnya, ternyata untuk merangkai dan memprogram sebuah robot cerdas tidak hanya menguras otak, melainkan membutuhkan biaya yang cukup besar.

Pasalnya untuk item dan komponen-komponen seperti sensor jarak, dan motor harus dipesan dari Singapura. Sedangkan komponen pendukung lainnya sebahagian didapat dari Kota Surabaya. “Sementara untuk Medan sendiri belum menyediakan komponen yang dibutuhkan,” ujar Abdullah yang mengaku pernah mengikuti kontes robot saat masih berstatus mahasiswa di USU.

Tingginya harga komponen dalam menyiapkan sebuah robot cerdas, dibenarkan Ketua Sekolah Tinggi Teknik Poliprofesi Medan David JM Sembiring, MKom. Saat ditemui di ruang kerjanya, David  mengakui jika total anggaran yang dihabiskan untuk sebuah robot cerdas, berkisar Rp12 Juta. Anggaran tersebut di luar dari penyiapan lintasan dan proses penyusunannya.

“Untuk sebuah kemajuan dibutuhkan pengorbanan. Hal inilah yang kami tekankan di STTP. Jadi segala keinginan para peserta didik yang ingin maju dengan konsep cerdasnya maka kami akan mendukung penuh baik itu dukungan moril maupun materil. Bahkan ke depan kita akan terus mengembangkan teknologi robotik di kampus ini,” ujarnya.

Satu bentuk dukungan lainnya juga ditunjukkan David, yakni mengajak tim robot mereka beraudiensi ke Kopertis Wilayah I Sumut-Aceh yang disambut langsung oleh Sekretaris pelaksana Kopertis Wilayah I, Rudy K Nababan.

Dalam kesempatan itu, menurut Rudy, keberhasilan STTP nantinya akan memberikan dampak positif, yakni mengharumkan nama Kopertis Wilayah I.
“Saat ini selain STTP ada dua kampus lainnya yang mengikuti kontes robot dengan katagori yang beragam dan membawa nama Sumut. Diharapkan mereka bisa membawa prestasi yang membanggakan, dan ke depan juga diharapkan akan lahir kampus-kampus lain yang menerapkan kemajuan sistem teknologinya,”ujar Rudy.

Kini, harapan Abdullah, San Aji Hakim dan Safarul Ilham sebagai tim peserta kontes robotik dari STTP yakni bisa bersaing dengan penuh semangat dan sportifitas. Ya sesuai dengan nama tim mereka “Ganbatte” kalimat yang berasal dari bahasa Jepang yakni Semangat.
Setidaknya nama tim dan robot  yang mereka gelar “Ganbatte” mewakili semangat generasi muda lainnya untuk terus berprestasi. (uma)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/