27.8 C
Medan
Thursday, May 9, 2024

Keluarga Anak Korban Malpraktik RS Colombia Datangi DPRD

Foto: Andika Syahputra/Sumut Pos Brilian Moktar (kanan) menunjukkan bekas operasi pengangkatan kain kassa dari perut Ferdinan di Fraksi PDIP, Selasa (27/9).
Foto: Andika Syahputra/Sumut Pos
Brilian Moktar (kanan) menunjukkan bekas operasi pengangkatan kain kassa dari perut Ferdinan di Fraksi PDIP, Selasa (27/9).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Korban dugaan malapraktik di RS Colombia Asia mengadukan nasibnya ke Fraksi PDIP DPRD Sumut, Selasa (27/9). Mereka menilai belum ada kemajuan dari kasus tersebut, meski sudah ditangani oleh pihak Kepolisian Daerah Sumatera Utara (Poldasu).

Kuasa Hukum Korban dari LSM Lembaga Cegah Kedalam Indonesia (LCKI) Sumut, P Sihotang menuturkan, pihak RS Siloam tempat dilakukannya operasi pengambilan kain kassa di perut Ferdinand (1 tahun) yang menjadi korban malpraktik di RS Colombia Asia, sudah pernah dipanggil penyidik Dirkrimsus Poldasu.

“Mulai dari dokter, perawat yang melakukan operasi pengangkatan kain kassa, sudah dipanggil untuk diminta keterangan. Rekam medik dari korban juga sudah disita. Anehnya dari pihak RS Colombia Asia yang merupakan tempat operasi, belum pernah dipanggil penyidik,” katanya bersama nenek korban Ango, saat bertanya ke Anggota DPRD Sumut Fraksi PDIP Brilian Moktar.

Kepada Brilian, P Sihotang meminta agar kasus ini dibawa dan diproses oleh DPRD Sumut, serta meminta para legislator itu memanggil pihak terkait, termasuk mempertanyakan perkembangan penyidikan di Poldasu. “Kemarin kami dapat informasi, dr Mahyono yang melakukan operasi di RS Colombia Asia akan dijadikan tersangka. Tiba-tiba mengambang, makanya kami datang ke dewan untuk meminta dukungan,” katanya.

Anton Paijan, kuasa hukum lainnya, menambahkan, pihaknya sudah diberikan kuasa oleh Joe ayah Ferdinan, yang menjadi korban dugaan malapraktik di RS Colombia Asia. Bahkan, pihak keluarga juga sudah meneceritakan kronologis kejadian yang sesungguhnya. Setelah itu, pihaknya memutuskan untuk melakukan pendampingan terhadap korban. “Kuasa hukum juga sudah melayangkan somasi ke RS Colombia Asia sebanyak dua kali, namun tidak ada tanggapan. Sampai akhirnya kami putuskan untuk melaporkan kejadian ini ke Poldasu pada 7 Agustus 2016 lalu,” beber Anton.

Anton mengatakan, keluarga korban merupakan warga kurang mampu. Sehingga, kesulitan mencari uang atau biaya untuk operasi. Secara keseluruhan sudah lebih dari Rp500 juta uang yang dikeluarkan untuk beberapa kali operasi. “Pihak RS Columbia Asia memang sudah mengajak ketemu, namun masih secara lisan. Rencananya besok (hari ini, red) pertemuannya. Kami tidak mau hadir, karena tidak disampaikan melalui surat resmi,” katanya.

Anton juga berharap Fraksi PDIP DPRD Sumut mau turut serta membantu dan mengawal kasus ini. “Cara apapun akan kami tempuh untuk mencari kebenaran,” ungkapnya.

Ango, nenek Ferdinand, meneceritakan bagaimana perlakuan pihak rumah sakit kepada keluarganya. Awalnya, cucunya itu diagnosis mengalami infeksi di usus sampai dilakukan operasi. Setelah dioperasi, kondisi cucunya bukan malah membaik namun sebaliknya. “Ternyata ada kain kassa yang tertinggal saat dilakukan operasi, akibatnya Ferdinan selalu memuntahkan apa yang dimakannya,” katanya.

“Setelah di-rontgen barulah terlihat kondisi yang sebenarnya, ada kain kassa yang tertinggal di dalam perut. Akibatnya ada pembusukan usus, akhirnya usus busuk sepanjang 50 cm harus diangkat,” imbuhnya.

Foto: Andika Syahputra/Sumut Pos Brilian Moktar (kanan) menunjukkan bekas operasi pengangkatan kain kassa dari perut Ferdinan di Fraksi PDIP, Selasa (27/9).
Foto: Andika Syahputra/Sumut Pos
Brilian Moktar (kanan) menunjukkan bekas operasi pengangkatan kain kassa dari perut Ferdinan di Fraksi PDIP, Selasa (27/9).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Korban dugaan malapraktik di RS Colombia Asia mengadukan nasibnya ke Fraksi PDIP DPRD Sumut, Selasa (27/9). Mereka menilai belum ada kemajuan dari kasus tersebut, meski sudah ditangani oleh pihak Kepolisian Daerah Sumatera Utara (Poldasu).

Kuasa Hukum Korban dari LSM Lembaga Cegah Kedalam Indonesia (LCKI) Sumut, P Sihotang menuturkan, pihak RS Siloam tempat dilakukannya operasi pengambilan kain kassa di perut Ferdinand (1 tahun) yang menjadi korban malpraktik di RS Colombia Asia, sudah pernah dipanggil penyidik Dirkrimsus Poldasu.

“Mulai dari dokter, perawat yang melakukan operasi pengangkatan kain kassa, sudah dipanggil untuk diminta keterangan. Rekam medik dari korban juga sudah disita. Anehnya dari pihak RS Colombia Asia yang merupakan tempat operasi, belum pernah dipanggil penyidik,” katanya bersama nenek korban Ango, saat bertanya ke Anggota DPRD Sumut Fraksi PDIP Brilian Moktar.

Kepada Brilian, P Sihotang meminta agar kasus ini dibawa dan diproses oleh DPRD Sumut, serta meminta para legislator itu memanggil pihak terkait, termasuk mempertanyakan perkembangan penyidikan di Poldasu. “Kemarin kami dapat informasi, dr Mahyono yang melakukan operasi di RS Colombia Asia akan dijadikan tersangka. Tiba-tiba mengambang, makanya kami datang ke dewan untuk meminta dukungan,” katanya.

Anton Paijan, kuasa hukum lainnya, menambahkan, pihaknya sudah diberikan kuasa oleh Joe ayah Ferdinan, yang menjadi korban dugaan malapraktik di RS Colombia Asia. Bahkan, pihak keluarga juga sudah meneceritakan kronologis kejadian yang sesungguhnya. Setelah itu, pihaknya memutuskan untuk melakukan pendampingan terhadap korban. “Kuasa hukum juga sudah melayangkan somasi ke RS Colombia Asia sebanyak dua kali, namun tidak ada tanggapan. Sampai akhirnya kami putuskan untuk melaporkan kejadian ini ke Poldasu pada 7 Agustus 2016 lalu,” beber Anton.

Anton mengatakan, keluarga korban merupakan warga kurang mampu. Sehingga, kesulitan mencari uang atau biaya untuk operasi. Secara keseluruhan sudah lebih dari Rp500 juta uang yang dikeluarkan untuk beberapa kali operasi. “Pihak RS Columbia Asia memang sudah mengajak ketemu, namun masih secara lisan. Rencananya besok (hari ini, red) pertemuannya. Kami tidak mau hadir, karena tidak disampaikan melalui surat resmi,” katanya.

Anton juga berharap Fraksi PDIP DPRD Sumut mau turut serta membantu dan mengawal kasus ini. “Cara apapun akan kami tempuh untuk mencari kebenaran,” ungkapnya.

Ango, nenek Ferdinand, meneceritakan bagaimana perlakuan pihak rumah sakit kepada keluarganya. Awalnya, cucunya itu diagnosis mengalami infeksi di usus sampai dilakukan operasi. Setelah dioperasi, kondisi cucunya bukan malah membaik namun sebaliknya. “Ternyata ada kain kassa yang tertinggal saat dilakukan operasi, akibatnya Ferdinan selalu memuntahkan apa yang dimakannya,” katanya.

“Setelah di-rontgen barulah terlihat kondisi yang sebenarnya, ada kain kassa yang tertinggal di dalam perut. Akibatnya ada pembusukan usus, akhirnya usus busuk sepanjang 50 cm harus diangkat,” imbuhnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/