26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Solar Masih Kosong

BELAWAN-Sejumlah pengusaha transportasi truk pengangkut barang di utara Kota Medan mengaku sangat dirugikan atas masih terjadinya kekosongan pasokan solar di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). Dampak dari langkanya BBM jenis bio solar tersebut mengakibatkan armada trukn yang dikelola pengusaha terhambat beroperasi.

“Selama setengah bulan terakhir ini truk yang beroperasi dikurangi karena solar untuk bahan bakar truk sulit didapat. Kalaupun dipaksakan jalan, dikhawatirkan truk tidak bisa pulang akibat kehabisan bahan bakar,” ujar Hartanto, seorang pengusaha transportasi pengangkutan di Tanjung Mulia Kecamatan Medan Deli, Minggu (14/4) kemarin.

Selain mengurangi pengoperasian armada truk, pengusaha juga menolak order angkutan jarak jauh karena takut tidak mendapatkan solar saat mengirimkan barang. Mereka lebih memilih order jarak dekat dari yakni dari Pelabuhan Belawan dengan tujuan KIM (Kawasan Industri Medan) dan
KIM Star di Tanjung Morawa.

“Untuk tiga satu minggu ini ada tiga order di luar kota kita batalkan karena kalaupun diterima justru merugikan pengusaha lantaran harus membuang waktu diperjalanan untuk mencari solar, sebab untuk order ke Asahan saja satu tru membutuhkan 300 liter solar pulang pergi. Ini jelas menimbulkan kerugian materi,” katanya.

Kelangkaan solar yang terjadi belakangan ini memang menjadi pemicu tergangguan operasional diperusahaan transportasi tersebut.
Menurut Hartanto dalam perhari saja sedikitnya 6 unit dan 20 unit truk yang dikelolanya tidak beroperasi. Untuk itu ia berharap, pemerintah agar mengambil langkah antisipasi terkait masih terjadinya kekosongan bio solar di pasar.

Habisnya stok solar dipasaran juga dikeluhkan para pengusaha lainnya. Bahkan akibat dari terjadinya kelangkaan tersebut para pelaku usaha terpaksa membeli pasokan solar ‘haram’ atau ilegal dari para penadah dan penampung yang berada dikawasan Medan Labuhan.
“Kalau di SPBU habis, mau tak mau harus cari pasokan ke penampung. Cuma soal harga sedikit mahal, kalau tak seperti itu truk tak jalan,” sebut salah seorang pelaku usaha transportasi pengangkutan di Kecamatan Medan Deli.

Harga pembalian solar dari para penampung, lanjutnya, dalam per liter Rp5.300. Sedangkan, pembelian di SPBU Rp4.500
per liternya. “Kalau di SPBU kan harga solar subsidi, karena solar lagi langka yang terpaksa mencarinya ke penampung,” tandasnya.
Berdasarkan pengamatan sumut pos, kelangkaan solar masih mewarnai hampir seluruh SPBU di Medan Utara. Pihak pengelola SPBU penyalur BBM dari pertamina ini memasang plank pemberitahuan ‘solar habis’ disetiap pintu gerbang SPBU. Beberapa pekerja SPBU saat ditemui beralasan, habisnya stok solar dikarenakan terjadinya pengurangan jatah dari Pertamina.

“Jatah alokasi solar dikurangi dari pertamina dan sudah 3 hari persediaan solar habis di SPBU kita. Sekarang kami lagi menunggu pasokan solar dari pertamina datang,” beber seorang pekerja SPBU di Jalan KL Yos Sudarso Kecamatan Medan Deli.

SPBU Jual ke Penimbun

Terjadinya kelangkaan BBM jenis solar di SPBU yang berada di Medan dan luar daerah lainnya, menurut informasi diperoleh sumut pos tidak terlepas dari terjadinya penyelewengan antara pihak SPBU dengan oknum penampung ilegal yang kerap melakukan penimbunan.

Menurut penuturan sumber, modus operandi penyalahgunaan solar bersubsidi itu kerap dilakukan dengan menggunakan kenderaan mobil maupun truk cold diesel yang telah dimodifikasi. “Permainan seperti itu bukan rahasia umum lagi, hanya saja yang menjadi pertanyaan Poldasu dan Pertamina berani atau tidak menindak pelakunya,” ujarnya.

Dia membeberkan, penjualan solar bersubsidi oleh oknum SPBU pada pihak penadah dalam jumlah besar itu sering dilakukan pada pagi dan menjalang malam hari. Biasanya kenderaan pengangkut solar telah dimodifikasi dengan memasang tangki penampung cadangan, mirip seperti tangki bahan bakar. Bahkan tangki tersebut mampu menampung kapasitas solar mencapai dua ton untuk sekali angkut.

“Jadi ada dua tangki yang dipasang, satu untuk tangki bahan bakar mesin kenderaan, sedangkan satu lagi tangki penampungan dibuat mirip seperti tangki bahan bakar. Supaya solar bisa tersedot dan masuk ke dalam tangki timbun, pemilik kenderaan seperti mini bus atau cold diesel memasang alat pompa penghisap,” sebutnya.(rul)

BELAWAN-Sejumlah pengusaha transportasi truk pengangkut barang di utara Kota Medan mengaku sangat dirugikan atas masih terjadinya kekosongan pasokan solar di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). Dampak dari langkanya BBM jenis bio solar tersebut mengakibatkan armada trukn yang dikelola pengusaha terhambat beroperasi.

“Selama setengah bulan terakhir ini truk yang beroperasi dikurangi karena solar untuk bahan bakar truk sulit didapat. Kalaupun dipaksakan jalan, dikhawatirkan truk tidak bisa pulang akibat kehabisan bahan bakar,” ujar Hartanto, seorang pengusaha transportasi pengangkutan di Tanjung Mulia Kecamatan Medan Deli, Minggu (14/4) kemarin.

Selain mengurangi pengoperasian armada truk, pengusaha juga menolak order angkutan jarak jauh karena takut tidak mendapatkan solar saat mengirimkan barang. Mereka lebih memilih order jarak dekat dari yakni dari Pelabuhan Belawan dengan tujuan KIM (Kawasan Industri Medan) dan
KIM Star di Tanjung Morawa.

“Untuk tiga satu minggu ini ada tiga order di luar kota kita batalkan karena kalaupun diterima justru merugikan pengusaha lantaran harus membuang waktu diperjalanan untuk mencari solar, sebab untuk order ke Asahan saja satu tru membutuhkan 300 liter solar pulang pergi. Ini jelas menimbulkan kerugian materi,” katanya.

Kelangkaan solar yang terjadi belakangan ini memang menjadi pemicu tergangguan operasional diperusahaan transportasi tersebut.
Menurut Hartanto dalam perhari saja sedikitnya 6 unit dan 20 unit truk yang dikelolanya tidak beroperasi. Untuk itu ia berharap, pemerintah agar mengambil langkah antisipasi terkait masih terjadinya kekosongan bio solar di pasar.

Habisnya stok solar dipasaran juga dikeluhkan para pengusaha lainnya. Bahkan akibat dari terjadinya kelangkaan tersebut para pelaku usaha terpaksa membeli pasokan solar ‘haram’ atau ilegal dari para penadah dan penampung yang berada dikawasan Medan Labuhan.
“Kalau di SPBU habis, mau tak mau harus cari pasokan ke penampung. Cuma soal harga sedikit mahal, kalau tak seperti itu truk tak jalan,” sebut salah seorang pelaku usaha transportasi pengangkutan di Kecamatan Medan Deli.

Harga pembalian solar dari para penampung, lanjutnya, dalam per liter Rp5.300. Sedangkan, pembelian di SPBU Rp4.500
per liternya. “Kalau di SPBU kan harga solar subsidi, karena solar lagi langka yang terpaksa mencarinya ke penampung,” tandasnya.
Berdasarkan pengamatan sumut pos, kelangkaan solar masih mewarnai hampir seluruh SPBU di Medan Utara. Pihak pengelola SPBU penyalur BBM dari pertamina ini memasang plank pemberitahuan ‘solar habis’ disetiap pintu gerbang SPBU. Beberapa pekerja SPBU saat ditemui beralasan, habisnya stok solar dikarenakan terjadinya pengurangan jatah dari Pertamina.

“Jatah alokasi solar dikurangi dari pertamina dan sudah 3 hari persediaan solar habis di SPBU kita. Sekarang kami lagi menunggu pasokan solar dari pertamina datang,” beber seorang pekerja SPBU di Jalan KL Yos Sudarso Kecamatan Medan Deli.

SPBU Jual ke Penimbun

Terjadinya kelangkaan BBM jenis solar di SPBU yang berada di Medan dan luar daerah lainnya, menurut informasi diperoleh sumut pos tidak terlepas dari terjadinya penyelewengan antara pihak SPBU dengan oknum penampung ilegal yang kerap melakukan penimbunan.

Menurut penuturan sumber, modus operandi penyalahgunaan solar bersubsidi itu kerap dilakukan dengan menggunakan kenderaan mobil maupun truk cold diesel yang telah dimodifikasi. “Permainan seperti itu bukan rahasia umum lagi, hanya saja yang menjadi pertanyaan Poldasu dan Pertamina berani atau tidak menindak pelakunya,” ujarnya.

Dia membeberkan, penjualan solar bersubsidi oleh oknum SPBU pada pihak penadah dalam jumlah besar itu sering dilakukan pada pagi dan menjalang malam hari. Biasanya kenderaan pengangkut solar telah dimodifikasi dengan memasang tangki penampung cadangan, mirip seperti tangki bahan bakar. Bahkan tangki tersebut mampu menampung kapasitas solar mencapai dua ton untuk sekali angkut.

“Jadi ada dua tangki yang dipasang, satu untuk tangki bahan bakar mesin kenderaan, sedangkan satu lagi tangki penampungan dibuat mirip seperti tangki bahan bakar. Supaya solar bisa tersedot dan masuk ke dalam tangki timbun, pemilik kenderaan seperti mini bus atau cold diesel memasang alat pompa penghisap,” sebutnya.(rul)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/