26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Biaya Logistik Bengkak 20 Persen

MEDAN- Ketua Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia Sumatera Utara Khairul Mahali mengatakan, akibat pengurangan pintu masuk Pelabuhan Tanjung priok yang telah melebihi kapasitas menyebabkan importir terpaksa memasok barang melalui Pelabuhan Belawan. Namun kapasitas Pelabuhan Belawan dinilai masih kurang besar sehingga banyak barang tertahan hingga akhirnya akan memperbesar biaya produksi.

BONGKAR: Aktivitas membongkar muat  Pelabuhan Belawan. Pembatasan produk impor  pengurangan pintu masuk Pelabuhan Tanjung Priok, membuat importir beralih  Pelabuhan Belawan  masih banyak keterbatasan infrastrukturnya.//AMINOER RASYID/SUMUT POS
BONGKAR: Aktivitas membongkar muat di Pelabuhan Belawan. Pembatasan produk impor dengan pengurangan pintu masuk Pelabuhan Tanjung Priok, membuat importir beralih ke Pelabuhan Belawan yang masih banyak keterbatasan infrastrukturnya.//AMINOER RASYID/SUMUT POS

“Dengan adanya pembatasan jalur masuk produk impor terutama hortikultura  yang semula delapan, kini dikurangi menjadi empat, membuat para importir harus mengurangi volume barang yang dipesan dari luar negeri. Selain itu biaya bongkar muat Pelabuhan Tanjung Priok lebih murah dibandingkan Belawan,” ujar ketika dihubungi Sumut Pos, Jumat (19/4).

Menurutnya, selama ini importir Sumut banyak mengirim barang melalui Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Namun saat ini Tanjung Priok tidak lagi menjadi jalur masuk karena kondisinya telah melebihi kapasitas sehingga importir lebih banyak memasukan barang melalui Pelabuhan Belawan.
Dampak dari hal ini, lanjut Khairul, berimbas pada pendapatan para importir berkurang 5 hingga 10 persen akibat keterbatasan infrastruktur tersebut, sehingga biaya logitisk yang harus dikeluarkan oleh importir sebesar 15 persen hingga 20 persen dari ongkos produksi.

Sebetulnya, sambungnya, pihak importir tidak terlalu mempermasalahkan pemberlakukan pembatasan jalur impor asalkan pemerintah dapat segera membenahi infrastruktur serta sistem logitisk yang ada di Sumut.

Selain itu, juga mempercepat pembangunan Pelabuhan Kuala Tanjung di Batubara. Sebab, dengan keterbatasan infrastruktur, biaya logitisk yang harus dikeluarkan importir sebesar 15 persen hingga 20 persen dari ongkos produksi. Dia berharap pemerintah pusat dapat lebih memperhatikan infrastruktur di Sumut sehingga arus logistik dari pelabuhan menuju kawasan industri dan perdagangan menjadi lebih lancar.

Beban yang masih tinggi untuk jalur logistisk tersebut turut berperan menurunkan volume impor di Sumut. Berdasarkan data dari BPS,  nilai impor melalui Sumut di bulan Januari 2013 atas dasar CIF (cost, insurance & freight) mencapai US$405,36 juta, atau turun sebesar 5,99 persen dibanding bulan Desember 2012 yang sebesarUS$431,19 juta. (mag-9)

MEDAN- Ketua Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia Sumatera Utara Khairul Mahali mengatakan, akibat pengurangan pintu masuk Pelabuhan Tanjung priok yang telah melebihi kapasitas menyebabkan importir terpaksa memasok barang melalui Pelabuhan Belawan. Namun kapasitas Pelabuhan Belawan dinilai masih kurang besar sehingga banyak barang tertahan hingga akhirnya akan memperbesar biaya produksi.

BONGKAR: Aktivitas membongkar muat  Pelabuhan Belawan. Pembatasan produk impor  pengurangan pintu masuk Pelabuhan Tanjung Priok, membuat importir beralih  Pelabuhan Belawan  masih banyak keterbatasan infrastrukturnya.//AMINOER RASYID/SUMUT POS
BONGKAR: Aktivitas membongkar muat di Pelabuhan Belawan. Pembatasan produk impor dengan pengurangan pintu masuk Pelabuhan Tanjung Priok, membuat importir beralih ke Pelabuhan Belawan yang masih banyak keterbatasan infrastrukturnya.//AMINOER RASYID/SUMUT POS

“Dengan adanya pembatasan jalur masuk produk impor terutama hortikultura  yang semula delapan, kini dikurangi menjadi empat, membuat para importir harus mengurangi volume barang yang dipesan dari luar negeri. Selain itu biaya bongkar muat Pelabuhan Tanjung Priok lebih murah dibandingkan Belawan,” ujar ketika dihubungi Sumut Pos, Jumat (19/4).

Menurutnya, selama ini importir Sumut banyak mengirim barang melalui Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Namun saat ini Tanjung Priok tidak lagi menjadi jalur masuk karena kondisinya telah melebihi kapasitas sehingga importir lebih banyak memasukan barang melalui Pelabuhan Belawan.
Dampak dari hal ini, lanjut Khairul, berimbas pada pendapatan para importir berkurang 5 hingga 10 persen akibat keterbatasan infrastruktur tersebut, sehingga biaya logitisk yang harus dikeluarkan oleh importir sebesar 15 persen hingga 20 persen dari ongkos produksi.

Sebetulnya, sambungnya, pihak importir tidak terlalu mempermasalahkan pemberlakukan pembatasan jalur impor asalkan pemerintah dapat segera membenahi infrastruktur serta sistem logitisk yang ada di Sumut.

Selain itu, juga mempercepat pembangunan Pelabuhan Kuala Tanjung di Batubara. Sebab, dengan keterbatasan infrastruktur, biaya logitisk yang harus dikeluarkan importir sebesar 15 persen hingga 20 persen dari ongkos produksi. Dia berharap pemerintah pusat dapat lebih memperhatikan infrastruktur di Sumut sehingga arus logistik dari pelabuhan menuju kawasan industri dan perdagangan menjadi lebih lancar.

Beban yang masih tinggi untuk jalur logistisk tersebut turut berperan menurunkan volume impor di Sumut. Berdasarkan data dari BPS,  nilai impor melalui Sumut di bulan Januari 2013 atas dasar CIF (cost, insurance & freight) mencapai US$405,36 juta, atau turun sebesar 5,99 persen dibanding bulan Desember 2012 yang sebesarUS$431,19 juta. (mag-9)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/