29 C
Medan
Monday, June 17, 2024

Petani Tembakau Kesulitan Modal

PAKPAK BHARAT- Sejumlah petani tembakau yang tersebar di beberapa daerah pedesaan di Kabupaten Pakpak Bharat mengakui kewalahan karena persoalan permodalan. Sehubungan itu, mereka mengharapkan bantuan dari pihak pemerintah setempat.

Seperti diakui salah seorang petani tembakau di Desa Kuta Meriah, Kecamatan Kerajaan, Jonar Tinendung, karena minimnya finansial, dirinya hanya bisa berkebun tembakau sekitar 5 rante. Padahal, menurutnya, tanaman tembakau begitu menguntungkan untuk diusahai.

“Kami selalu terbentur dengan modal untuk membeli sarana produksi (saprodi) berupa pupuk kompos dan pupuk anorganik lainnya, termasuk membangun bangsal penjemuran daun tembakau. Bukan itu, saja, saprodi itu juga terkadang sulit didapatkan di pasar,” urainya kepada Sumut Pos, Minggu (12/8), di kediamannya.

Dipaparkannya, selama ini, dia bersama 14 petani lain yang tergabung dalam satu kelompok tani (poktan) di desa itu telah menggeluti tanaman tembakau. Namun, ujarnya, karena ketiadaan pupuk saat itu, kebanyakan dari mereka gagal total.

Komoditi tembakau, kata Tinendung petani yang dikenal ramah itu, merupakan salah satu jenis perkebunan yang gampang untuk dibudidayakan. Sebab, mengelola usaha tani tanaman tersebut tidak terlalu sulit.

Dicontohkannya, jika hasil per rantenya saja bisa memproduk sekitar 100 kg dengan harga jual Rp20 ribu per kg, para petani dapat memperoleh profit kotor sebesar Rp10 juta per sekali tanam.

Dalam satu tahun, jelasnya, usaha tani tembakau bisa dilakukan hingga tiga kali. “Berarti penghasilan petani dari daun tembakau kering setidaknya Rp30 juta. Biasanya kami menjual produk kami ke salah satu pabrik tembakau, dimana pedagang pengumpulnya terletak di Sidikalang, Kabupaten Dairi,” tandasnya. (mag-17)

PAKPAK BHARAT- Sejumlah petani tembakau yang tersebar di beberapa daerah pedesaan di Kabupaten Pakpak Bharat mengakui kewalahan karena persoalan permodalan. Sehubungan itu, mereka mengharapkan bantuan dari pihak pemerintah setempat.

Seperti diakui salah seorang petani tembakau di Desa Kuta Meriah, Kecamatan Kerajaan, Jonar Tinendung, karena minimnya finansial, dirinya hanya bisa berkebun tembakau sekitar 5 rante. Padahal, menurutnya, tanaman tembakau begitu menguntungkan untuk diusahai.

“Kami selalu terbentur dengan modal untuk membeli sarana produksi (saprodi) berupa pupuk kompos dan pupuk anorganik lainnya, termasuk membangun bangsal penjemuran daun tembakau. Bukan itu, saja, saprodi itu juga terkadang sulit didapatkan di pasar,” urainya kepada Sumut Pos, Minggu (12/8), di kediamannya.

Dipaparkannya, selama ini, dia bersama 14 petani lain yang tergabung dalam satu kelompok tani (poktan) di desa itu telah menggeluti tanaman tembakau. Namun, ujarnya, karena ketiadaan pupuk saat itu, kebanyakan dari mereka gagal total.

Komoditi tembakau, kata Tinendung petani yang dikenal ramah itu, merupakan salah satu jenis perkebunan yang gampang untuk dibudidayakan. Sebab, mengelola usaha tani tanaman tersebut tidak terlalu sulit.

Dicontohkannya, jika hasil per rantenya saja bisa memproduk sekitar 100 kg dengan harga jual Rp20 ribu per kg, para petani dapat memperoleh profit kotor sebesar Rp10 juta per sekali tanam.

Dalam satu tahun, jelasnya, usaha tani tembakau bisa dilakukan hingga tiga kali. “Berarti penghasilan petani dari daun tembakau kering setidaknya Rp30 juta. Biasanya kami menjual produk kami ke salah satu pabrik tembakau, dimana pedagang pengumpulnya terletak di Sidikalang, Kabupaten Dairi,” tandasnya. (mag-17)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/