30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Korut Uji Coba Rudal Lagi, Korsel Berstatus Waspada

SEOUL – Ketegangan di Semenanjung Korea mulai mereda beberapa minggu terakhir kembali menghangat. Korea Utara (Korut) menguji coba tiga rudal jarak dekatnya kemarin (18/5).

Meski bersifat rutin, peluncuran tersebut menjadi penghambat di tengah upaya diplomasi antara kedua Korea untuk meredakan ketegangan.
Juru Bicara Kementerian Pertahanan Korea Selatan Kim Min Seok melalui telepon kepada Associated Press menyatakan, belum mengetahui tujuan peluncuran itu. ’’Korut meluncurkan rudal jarak dekat tiga kali dari wilayah pantai timur. Dua rudal diluncurkan pagi, lalu satu rudal pada sore,’’ terangnya.

Kementerian Pertahanan Korsel terus memantau perkembangan pasca peluncuran. Sebab, aksi tersebut bisa jadi merupakan bentuk provokasi. ’’Kami terus memantau. Karena itu, situasinya masih berstatus waspada,’’ tambahnya.

Maret lalu, dari lokasi yang sama, Pyongyang juga meluncurkan rudal yang diperkirakan jenis KN-02. Korut secara berkala menguji coba rudal Scud jarak pendeknya. Rudal itu mampu menembak target di seluruh wilayah Korsel.

Sumber pemerintah Jepang, seperti dikutip Kantor Berita Kyodo, juga mengonfirmasi peluncuran tersebut. Namun, tidak satu pun rudal yang mendarat di wilayah perairan negeri matahari terbit itu.

Ketegangan di Semenanjung Korea mereda pertengahan bulan lalu setelah terus memanas selama berpekan-pekan pasca penjatuhan sanksi Dewan Keamanan PBB kepada Pyongyang terkait dengan uji coba nuklir yang ketiga Februari lalu. Hampir setiap hari, Korut mengancam akan melancarkan perang nuklir terhadap Korsel dan Amerika Serikat (AS) selama ketegangan diplomatik terjadi.

Desember tahun lalu, Pyongyang sukses meluncurkan rudal jarak jauhnya. Namun, Pyongyang menegaskan bahwa program tersebut bertujuan untuk mengirimkan satelit komunikasi ke orbitnya.

AS dan sekutunya yakin peluncuran itu merupakan uji coba teknologi yang suatu saat nanti digunakan untuk membawa hulu ledak.
Sejumlah analis memprediksi, peluncuran tiga roket jarak dekat oleh Korut kemarin adalah bagian dari upaya meningkatkan posisi tawar Pyongyang terhadap Washington untuk menyetujui negosiasi pemberian bantuan ekonomi.

Pekan lalu, Glyn Devies, utusan tinggi AS untuk Korut, mengakhiri lawatan ke Korsel, Tiongkok, dan Jepang. Jumat (17/5) penasihat Perdana Menteri Shinzo Abe dilaporkan telah kembali dari Korut, meski belum diketahui hasil dari kunjungan tersebut.

Senin (13/5), media resmi Korut melansir, rezim Kim Jong Un tiba-tiba mengganti menteri pertahanan yang dikenal berhaluan keras terhadap Barat dan sekutunya. Langkah itu diyakini merupakan upaya Jong Un untuk memperkuat pengaruhnya di tubuh militer setelah ayahnya, Kim Jong Il, wafat Desember 2011. (jpnn/ap/cnn/bbc)

SEOUL – Ketegangan di Semenanjung Korea mulai mereda beberapa minggu terakhir kembali menghangat. Korea Utara (Korut) menguji coba tiga rudal jarak dekatnya kemarin (18/5).

Meski bersifat rutin, peluncuran tersebut menjadi penghambat di tengah upaya diplomasi antara kedua Korea untuk meredakan ketegangan.
Juru Bicara Kementerian Pertahanan Korea Selatan Kim Min Seok melalui telepon kepada Associated Press menyatakan, belum mengetahui tujuan peluncuran itu. ’’Korut meluncurkan rudal jarak dekat tiga kali dari wilayah pantai timur. Dua rudal diluncurkan pagi, lalu satu rudal pada sore,’’ terangnya.

Kementerian Pertahanan Korsel terus memantau perkembangan pasca peluncuran. Sebab, aksi tersebut bisa jadi merupakan bentuk provokasi. ’’Kami terus memantau. Karena itu, situasinya masih berstatus waspada,’’ tambahnya.

Maret lalu, dari lokasi yang sama, Pyongyang juga meluncurkan rudal yang diperkirakan jenis KN-02. Korut secara berkala menguji coba rudal Scud jarak pendeknya. Rudal itu mampu menembak target di seluruh wilayah Korsel.

Sumber pemerintah Jepang, seperti dikutip Kantor Berita Kyodo, juga mengonfirmasi peluncuran tersebut. Namun, tidak satu pun rudal yang mendarat di wilayah perairan negeri matahari terbit itu.

Ketegangan di Semenanjung Korea mereda pertengahan bulan lalu setelah terus memanas selama berpekan-pekan pasca penjatuhan sanksi Dewan Keamanan PBB kepada Pyongyang terkait dengan uji coba nuklir yang ketiga Februari lalu. Hampir setiap hari, Korut mengancam akan melancarkan perang nuklir terhadap Korsel dan Amerika Serikat (AS) selama ketegangan diplomatik terjadi.

Desember tahun lalu, Pyongyang sukses meluncurkan rudal jarak jauhnya. Namun, Pyongyang menegaskan bahwa program tersebut bertujuan untuk mengirimkan satelit komunikasi ke orbitnya.

AS dan sekutunya yakin peluncuran itu merupakan uji coba teknologi yang suatu saat nanti digunakan untuk membawa hulu ledak.
Sejumlah analis memprediksi, peluncuran tiga roket jarak dekat oleh Korut kemarin adalah bagian dari upaya meningkatkan posisi tawar Pyongyang terhadap Washington untuk menyetujui negosiasi pemberian bantuan ekonomi.

Pekan lalu, Glyn Devies, utusan tinggi AS untuk Korut, mengakhiri lawatan ke Korsel, Tiongkok, dan Jepang. Jumat (17/5) penasihat Perdana Menteri Shinzo Abe dilaporkan telah kembali dari Korut, meski belum diketahui hasil dari kunjungan tersebut.

Senin (13/5), media resmi Korut melansir, rezim Kim Jong Un tiba-tiba mengganti menteri pertahanan yang dikenal berhaluan keras terhadap Barat dan sekutunya. Langkah itu diyakini merupakan upaya Jong Un untuk memperkuat pengaruhnya di tubuh militer setelah ayahnya, Kim Jong Il, wafat Desember 2011. (jpnn/ap/cnn/bbc)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/