26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Bersosialisasi agar Tak Dibilang Sombong

Seniman dikenal oleh masyarakat sebagai sosok yang pendiam dan suka menyendiri. Sehingga, banyak masyarakat menganggap seniman, khususnya pelukis sebagai manusia yang aneh dan merasa jauh dengan para seniman. Untuk menepis anggapan itu, 20 komunitas pelukis Medan beraksi di Lapangan Merdeka, Minggu (20/5).

MELUKIS: Pelukis Medan tengah sibuk melukis  Lapangan Merdeka, Minggu (20/5).//PUTRI DAMANIK/sumut pos
MELUKIS: Pelukis Medan tengah sibuk melukis di Lapangan Merdeka, Minggu (20/5).//PUTRI DAMANIK/sumut pos

Ketua Seniman Seni Rupa Indonesia Budi Utama Siagian, mengatakan, kegiatan ini dilakukan atas kerja sama antara Rumah Seni Rajawali dengan PTPN IV. “Kita mencoba untuk memperdayakan diri dengan cara seperti ini. Ini didukung Rumah Seni Rajawali dan dan ke PTPN 4,” katanya.
Kegiatan ini dilakukan untuk mendekatkan para seniman dengan masyarakat. “Pengalaman saya pribadi, banyak masyarakat yang menganggap saya atau seniman lainnya itu aneh, karena selalu menyendiri. Padahal itu hanya ingin fokus untuk mengungkapkan imajinasinya dan ide-idenya. Nah, di sini kami ingin terjun langsung ke masyarakat, sehingga masyarakat juga bisa ikut melihat proses pembuatan lukisan. Tanggapan miring ke seniman dapat dihindarkan,” katanya.

Dalam situasi melukis, lanjutnya, masyarakat juga diharapkan tidak mengganggap pelukis itu sombong atau angkuh. “Banyak masyarakat yang saat melihat pelukis, atau pelukisnya itu temannya sendiri mengajak ngobrol, namun tidak direspon. Nah, itu bukan karena sombong atau angkuh. Itu karena mereka memang sedang fokus dan emosinya sedang meningkat. Jadi harap dimengerti,” harapnya.

Dai berharap, semoga para pelukis dan hasil karyanya dapat diterima oleh masyarakat, mengingat Medan merupakan kota yang masih minim kepeduliaanya terhadap para seniman dan karya-karyanya. “Seniman, khususnya melukis masih agak dipinggirkan, orang atau pemerintah lebih respek dengan seni-seni lainnya, seperti seni tari, patung dan lannya. Dengan melakukan ini, harapan kami dapat menarik perhatian masyarakat juga pemerintah untuk cinta dengan karya anak daerahnya,” ujarnya.

Bila ada pelukis terlihat aneh, suka menyendiri, masyarakat juga harus mengerti bahwa pelukis tersebut sedang membuat seni murni yang memang betul-betul memerlukan imajinasi tinggi. “Di situ memang emosi sedang naik, pelukis itu egois. Tapi saat sedang melukis saja, tidak selamanya seperti itu. Bahkan kadang dia tidak bisa terkendali, yah biarkan dengan caranya sendiri,” katanya.

Diharapkannya, dengan kegiatan ini, para peserta pelukis atau komunitas pelukis Medan  mampu menaikkan derajat keseniannya sehingga setara dengan di Jawa. “Harapan saya itu saja, Medan mampu menaikkan derajat keseniannya setara dengan di Jawa. Kita kejar ketertinggalan itu, paling tidak ini salah satu caranya. Mengadakan acara melukis bersama. Tapi ini juga harus ada perhatian dari pemerintah. Jangan action dulu baru pemerintah melihat, harus punya naluri dan inisiatif,” katanya.

Hasil lukisan ini, akan diserahkan seluruhnya kepada Rumah Seni Rajawali. “Ini kita serahkan ke Rumah Seni Rajawali, sebagai kenang-kenangan. Karena ini memang kita lakukan untuk mengembangkan bakat dan bersosialisasi dengan masyarakat,” katanya. (mag-13)

Seniman dikenal oleh masyarakat sebagai sosok yang pendiam dan suka menyendiri. Sehingga, banyak masyarakat menganggap seniman, khususnya pelukis sebagai manusia yang aneh dan merasa jauh dengan para seniman. Untuk menepis anggapan itu, 20 komunitas pelukis Medan beraksi di Lapangan Merdeka, Minggu (20/5).

MELUKIS: Pelukis Medan tengah sibuk melukis  Lapangan Merdeka, Minggu (20/5).//PUTRI DAMANIK/sumut pos
MELUKIS: Pelukis Medan tengah sibuk melukis di Lapangan Merdeka, Minggu (20/5).//PUTRI DAMANIK/sumut pos

Ketua Seniman Seni Rupa Indonesia Budi Utama Siagian, mengatakan, kegiatan ini dilakukan atas kerja sama antara Rumah Seni Rajawali dengan PTPN IV. “Kita mencoba untuk memperdayakan diri dengan cara seperti ini. Ini didukung Rumah Seni Rajawali dan dan ke PTPN 4,” katanya.
Kegiatan ini dilakukan untuk mendekatkan para seniman dengan masyarakat. “Pengalaman saya pribadi, banyak masyarakat yang menganggap saya atau seniman lainnya itu aneh, karena selalu menyendiri. Padahal itu hanya ingin fokus untuk mengungkapkan imajinasinya dan ide-idenya. Nah, di sini kami ingin terjun langsung ke masyarakat, sehingga masyarakat juga bisa ikut melihat proses pembuatan lukisan. Tanggapan miring ke seniman dapat dihindarkan,” katanya.

Dalam situasi melukis, lanjutnya, masyarakat juga diharapkan tidak mengganggap pelukis itu sombong atau angkuh. “Banyak masyarakat yang saat melihat pelukis, atau pelukisnya itu temannya sendiri mengajak ngobrol, namun tidak direspon. Nah, itu bukan karena sombong atau angkuh. Itu karena mereka memang sedang fokus dan emosinya sedang meningkat. Jadi harap dimengerti,” harapnya.

Dai berharap, semoga para pelukis dan hasil karyanya dapat diterima oleh masyarakat, mengingat Medan merupakan kota yang masih minim kepeduliaanya terhadap para seniman dan karya-karyanya. “Seniman, khususnya melukis masih agak dipinggirkan, orang atau pemerintah lebih respek dengan seni-seni lainnya, seperti seni tari, patung dan lannya. Dengan melakukan ini, harapan kami dapat menarik perhatian masyarakat juga pemerintah untuk cinta dengan karya anak daerahnya,” ujarnya.

Bila ada pelukis terlihat aneh, suka menyendiri, masyarakat juga harus mengerti bahwa pelukis tersebut sedang membuat seni murni yang memang betul-betul memerlukan imajinasi tinggi. “Di situ memang emosi sedang naik, pelukis itu egois. Tapi saat sedang melukis saja, tidak selamanya seperti itu. Bahkan kadang dia tidak bisa terkendali, yah biarkan dengan caranya sendiri,” katanya.

Diharapkannya, dengan kegiatan ini, para peserta pelukis atau komunitas pelukis Medan  mampu menaikkan derajat keseniannya sehingga setara dengan di Jawa. “Harapan saya itu saja, Medan mampu menaikkan derajat keseniannya setara dengan di Jawa. Kita kejar ketertinggalan itu, paling tidak ini salah satu caranya. Mengadakan acara melukis bersama. Tapi ini juga harus ada perhatian dari pemerintah. Jangan action dulu baru pemerintah melihat, harus punya naluri dan inisiatif,” katanya.

Hasil lukisan ini, akan diserahkan seluruhnya kepada Rumah Seni Rajawali. “Ini kita serahkan ke Rumah Seni Rajawali, sebagai kenang-kenangan. Karena ini memang kita lakukan untuk mengembangkan bakat dan bersosialisasi dengan masyarakat,” katanya. (mag-13)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/