30 C
Medan
Sunday, November 24, 2024
spot_img

Majelis Buddhayana: Banyak Peternakan Tak Ramah Lingkungan

MEDAN- Industri dan usaha peternakan yang belum standar, mendapat perhatian serius dari Majelis Buddhayana Indonesia (MBI) Pengurus Daerah Sumatera Utara (Pengda Sumut).
Ditegaskan Ketua Lembaga Mitra MBI Pengda Sumut, peternakan yang tidak dikelola dengan baik menjadi salah satu sumber perusak lingkungan. Seperti pencemaran akibat kotoran ternak yang tidak dikelola dengan baik. Selain bisa menjadi sumber pelbagai penyakit, kotoran ternak mengeluarkan gas ke alam.
“Kita ketahui, gas metana dari kotoran hewan kaki empat itu penyumbang pemanasan global atau global warming,” ucap Hadinata Rusli.
Selain hewan ternak, kata Hadi, metode penangkapana ikan modern dituding telah merusak keanekaragaman hayati laut. Para penangkap ikan mengumbar jaringannya yang lebar dapat memcapai 1 kilometer (km), kemudia menyapu seluruh ikan.
“Praktek penagkapan tersebut menghancurkan ekosistem laut dalam jumlah yang luar biasa. Populasi ikan yang berukuran relatif besar saat ini hanya tersisa sepuluh persen dari jumlah pada tahun 1950-an.”
Ditambahkannya, para ilmuan telah memperingati bahwa kerusakan yang disebabkan oleh industri peternakan dan penangkapan ikan tidak akan dapat diperbaiki. Atau setidaknya akan membutuhkan waktu untuk yang lama.
Salah satu solusi memperlambat kerusakan lingkungan, Hadinata Rusli menajak masyarakat memperbanyak konsumsi makanan yang bersumber dari tumbuhan dibanding dari hewan.
Ditegaskan pria yang sudah 13 tahun menjadi vegetarian ini, selain membantu pelestarian lingkungan, vegetarian juga baik untuk menjaga kesehatan. “Semakin banyaknya orang yang tidak memakan daging, perkembangan peternakan hewan semakin tidak banyak,” ujarnya.
Kotoran Hewan Baik
untuk Pupuk
Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara (USU), Prof Darma Bakti, tidak serta merta setuju dengan pendapat yang mengatakan, peternakan sebagai salah satu sumber perusak lingkungan.
Meski demikian, Prof Darma Bakti mengajak pelaku industri ternak dan peternak tradisional untuk mengelola usahanya dengan baik. Salah satunya memanfaatkan kotoran ternak menjadi pupuk organik. “Karena kotoran hewan seperti sapi, sangat baik untuk diberikan kepada tanaman,” ucapnya.
Untuk membuat pupuk kandang, ada banyak caranya. Misalkan menambahkan gula merah atau di campur dengan air lalu diendapkan atau sama dengan seperti pembuatan mikro organisme lokal (mol). Selain berfungsi sebagai penyuburan tumbuhan, kotaran juga bermanfaat sebagai biogas peganti energi tak terbarukan. (ban)

MEDAN- Industri dan usaha peternakan yang belum standar, mendapat perhatian serius dari Majelis Buddhayana Indonesia (MBI) Pengurus Daerah Sumatera Utara (Pengda Sumut).
Ditegaskan Ketua Lembaga Mitra MBI Pengda Sumut, peternakan yang tidak dikelola dengan baik menjadi salah satu sumber perusak lingkungan. Seperti pencemaran akibat kotoran ternak yang tidak dikelola dengan baik. Selain bisa menjadi sumber pelbagai penyakit, kotoran ternak mengeluarkan gas ke alam.
“Kita ketahui, gas metana dari kotoran hewan kaki empat itu penyumbang pemanasan global atau global warming,” ucap Hadinata Rusli.
Selain hewan ternak, kata Hadi, metode penangkapana ikan modern dituding telah merusak keanekaragaman hayati laut. Para penangkap ikan mengumbar jaringannya yang lebar dapat memcapai 1 kilometer (km), kemudia menyapu seluruh ikan.
“Praktek penagkapan tersebut menghancurkan ekosistem laut dalam jumlah yang luar biasa. Populasi ikan yang berukuran relatif besar saat ini hanya tersisa sepuluh persen dari jumlah pada tahun 1950-an.”
Ditambahkannya, para ilmuan telah memperingati bahwa kerusakan yang disebabkan oleh industri peternakan dan penangkapan ikan tidak akan dapat diperbaiki. Atau setidaknya akan membutuhkan waktu untuk yang lama.
Salah satu solusi memperlambat kerusakan lingkungan, Hadinata Rusli menajak masyarakat memperbanyak konsumsi makanan yang bersumber dari tumbuhan dibanding dari hewan.
Ditegaskan pria yang sudah 13 tahun menjadi vegetarian ini, selain membantu pelestarian lingkungan, vegetarian juga baik untuk menjaga kesehatan. “Semakin banyaknya orang yang tidak memakan daging, perkembangan peternakan hewan semakin tidak banyak,” ujarnya.
Kotoran Hewan Baik
untuk Pupuk
Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara (USU), Prof Darma Bakti, tidak serta merta setuju dengan pendapat yang mengatakan, peternakan sebagai salah satu sumber perusak lingkungan.
Meski demikian, Prof Darma Bakti mengajak pelaku industri ternak dan peternak tradisional untuk mengelola usahanya dengan baik. Salah satunya memanfaatkan kotoran ternak menjadi pupuk organik. “Karena kotoran hewan seperti sapi, sangat baik untuk diberikan kepada tanaman,” ucapnya.
Untuk membuat pupuk kandang, ada banyak caranya. Misalkan menambahkan gula merah atau di campur dengan air lalu diendapkan atau sama dengan seperti pembuatan mikro organisme lokal (mol). Selain berfungsi sebagai penyuburan tumbuhan, kotaran juga bermanfaat sebagai biogas peganti energi tak terbarukan. (ban)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/