Stadion Teladan Menuju Tuan Rumah 8 Besar Divisi Utama
Kesiapan Stadion Teladan untuk menggelar babak delapan besar Divisi Utama Liga Indonesia musim ini, masih jadi tanda tanya. Kalau seandainya proposal pencalonan tuan rumah disetujui, tampaknya Stadion Teladan mesti ditaburi ‘make up’ di sejumlah sisi.
Ya, mesti pihak manajemen PSMS mengklaim kalau Stadion Teladan sudah cukup layak menggelar babak delapan besar, bahkan menggelar laga di Indonesian Super League (ISL), tapi yang terlihat tak seindah yang diucapkan. Pantauan Sumut Pos, masih ada beberapa titik yang mesti dibenahi.
Yang paling penting adalah kondisi lapangan. Meski masuk kategori aman digunakan, kondisi lapangan Stadion Teladan masih perlu diratakan. Rumputnya juga harusnya lebih lembut. Tapi hal itu tidak terlalu mempengaruhi permainan. Yang jadi soal besar adalah potensi genangan air di sudut lapangan yang cekung ke dalam alias tidak rata. Ini jadi soal jika hujan turun. Sebab di saat bersamaan drainase lapangan kadang tak bekerja maksimal.
Khusus soal drainase, sebenarnya sudah pernah diperbaiki. Namun, kapasitas daya tampung air hujan kurang maksimal. Kalau hujan turun terlalu deras, maka air sempat merembes dan menggenang di atas lapangan untuk beberapa saat. Ini mengganggu pertandingan. Meskipun pada akhirnya air yang tergenang akan meresap. Tapi, butuh waktu minimal 30 menit.
Di samping itu, kondisi tribun tertutup maupun terbuka juga masih butuh sentuhan perbaikan. Di sejumlah tempat duduk tribun terbuka malah banyak ditumbuhi ilalang dan rumput liar.
Pun, bagian ruang dalam yang masih sarat masalah. Paling mengganggu adalah toilet untuk penonton. Di Stadion Teladan ada beberapa toilet, tapi tak layak digunakan. Apalagi toilet yang ada di bagian luar di dekat tribun terbuka. Selain tak ada lagi air, kondisinya memang sangat tak layak pakai. Toilet di ruang dalam juga parah. Meski masih bisa dipakai, tapi perawatannya sungguh tak terlihat sama sekali. Aromanya juga mengganggu penonton yang masuk dari pintu utama.
Masuk ke ruang ganti pemain, kondisinya sedikit lumayan. Sudah ada AC di sana plus kamar mandi. Namun, di ruang ganti tim tamu toilet berada di luar dan kondisinya masih butuh perhatian juga.
Dilihat dari luar, Stadion Teladan juga terlihat sudah sangat tua. Wajar, karena sejak dibangun tahun 1953 silam, praktis stadion yang sempat jadi yang terbaik setelah Gelora Bung Karno itu tak pernah diperbaiki. Peremajaan seharusnya dianggarkan (atau memang dianggarkan tiap tahun) hanya saja tidak maksimal.
Setelah musim lalu usai, Stadion Teladan memang sempat dipercantik. Tapi, hanya dari luarnya saja. Ada beberapa sudut yang dicat. Termasuk tribun penonton yang dipoles warna-warni. Tapi, kini warna itu sudah mulai pudar dan tak lagi enak dipandang. Di bagian luar juga sudah dicat, tapi warnanya kusam.
Keadaan ini cenderung kurang terperhatikan. Setidaknya, pihak PSMS yang memakai Stadion Teladan sebagai kandang pun terkesan pasrah. “Tampaknya sudah cukup layak. Kalaupun perlu pembenahan tinggal sedikit lagi,” beber Idris, Sekretaris Umum PSMS.
Terlepas dari itu, satu-satunya yang sedikit bisa diandalkan dari Teladan adalah penerangan stadion. Ada empat tiang lampu yang seluruhnya menyala. Namun, pada dasarnya nyala lampu itu masih kurang terang tapi sudah bisa dipaksakan untuk menggelar laga malam hari. Jika dibandingkan dengan Stadion Baharoeddin Siregar Lubuk Pakam-markasnya PSDS- musim ini, agaknya Stadion Teladan sudah jauh tertinggal. (ful)
—
Malu Kita dengan Daerah Lain
Stadion Teladan sempat menjadi stadion kebanggaan Warga Medan dan Sumut umumnya. Sejumlah laga penting dan even besar pernah digelar di stadion ini. Namun dengan kondisi yang terus merosot, kebanggaan itu mulai luntur juga.
Dibangun 1953 silam awalnya Stadion Teladan digunakan untuk melengkapi venue sebagai kesiapan Sumut menjadi tuan rumah Pekan Olahraga Nasional (PON) ke III. Saat itu, Stadion Teladan termasuk jajaran stadion mewah di Indonesia. Tapi itu lebih setengah abad silam. Kini kemewahan itu sirna karena di daerah lain banyak stadion modern berdiri.
Menanggapi soal perawatan hingga peluang renovasi menjadi lebih modern, pihak Komisi D DPRD Medan mendukung sepenuhnya. Salah satu dukungan mengalir dari Ahmad Arif, anggota komisi tersebut. Dihubungi kemarin malam, Arif berharap Dinas Pertamanan Kota Medan yang didaulat mengurus infrastruktur (termasuk Stadion Teladan) harus lebih cekatan merawat stadion yang pernah disinggahi skuad Arsenal, Sampdoria, dan Ajax itu.
“Harusnya ada perawatan maksimal setiap tahun, sebab memang ada anggarannya. Sebagai stadion kebanggaan warga Medan harusnya Teladan lebih bagus dari kondisi saat ini,” beber Arif.
Apalagi Stadion Teladan direncanakan akan dipakai menjadi venue babak delapan besar Divisi Utama Liga Indonesia. “Nah apalagi kita akan menjamu tim lain di stadion itu. Malu kita dengan daerah lain. Perawatan hingga renovasi serius mutlak dibutuhkan,” tambah anggota dewan dari fraksi PAN itu. Hal senada juga dituturkan anggota komisi D lainnya, Muslim Maksum. “Dinas pertamanan punya anggaran untuk itu. Harusnya benar-benar dimanfaatkan dengan baik,” tegas Muslim Maksum. (ful)
—
Stadion Teladan Medan
Dibangun: 1953
Kandang: PSMS Medan (Divisi Utama)
Kapasitas: 20.000 Penonton
Tipe Stadion: Stadion Sepak Bola Lama
Kategori: C
Even Besar: PON III 1953 Sumatera Utara
Rapor Fasilitas
Tribun: C
Tempat Duduk: C
Fasilitas: C
Drainase: C
Penerangan: C
Papan Skor: C
Kondisi: C