26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Bensin di Labuhanbatu Rp9.000/Liter

LABUHANBATU- Naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) hampir mencapai 50 persen menambah beban masyarakat. Terutama bagi kalangan nelayan di Sei Berombang, Kecamatan Panai Hilir, Kabupaten Labuhanbatu. Bagaimana tidak, kenaikan harga BBM langsung disusul dengan naiknya harga sembako dan kebutuhan lainnya. Bahkan harga premium atau bensin di tempat itu mencapai Rp9.000 per liter. Harga itu jauh di atas harga yang baru ditetapkan pemerintah yakni Rp6.500 per liter untuk bensin.

“Sudah minyak (BBM, Red) naik, hasil tangkapan pun terus berkurang. Untuk pulang modal saja terkadang susah. Sekarang penghasilan nelayan paling tinggal sekitar 30 persen lagi karena harga sudah naik. Untuk mencari 10 kilo ikan saja payahlah sekarang,” sebut Ijud, Ketua Pilar Perjuangan Nelayan (PPN).

Keadaan makin diperparah ketika komodoti pertanian, kencur, ikut turun harga. Padahal menanam kencur adalah pencarian mereka yang lain, selain melaut atau jadi nelayan. “Mau dari mana lagi warga mendapatkan uang? Hasil tangkapan berkurang, sembako naik pula. Belakangan kencur pun tidak ada harganya. Kehidupan kami akan semakin sulit. Kayaknya hidup kambing akan lebih baik,” tuturnya lagi.

Jika kondisi terus berlanjut, tambah Ijud, masyarakat akan mati secara pelan-pelan dengan situasi yang sangat menyakitkan. “Kalau PNS masih punya gaji. Tolong ingatkan pemerintah untuk melihat langsung nasib rakyatnya di sini,” harapnya.

Terkait kondisi itu, Samsul Bahri Sitepu warga Lingkungan I, Kelurahan Sei Berombang mengatakan, pemerintah secepatnya harus membuat keputusan Harga Eceran Tertinggi (HET) BBM, terlebih di pesisir pantai. Sebab di sana biasanya pengawasan terhadap peredaran BBM jarang terpantau akibat geografis. “Kebetulan memang sangat jauh dari ibu kota kabupaten, makanya harus segera dilakukan pengawasan,” terangnya.

Apalagi di daerah itu hanya ada satu SPBU, itupun tidak termasuk didalam wilayah kecamatan tersebut. SPBU berjarak sekitar 20 menit jika dilalui dengan sepeda motor menuju tangkahan Tanjung Sarang Elang, Kecamatan Panai Hulu. Tidak hanya mengeluarkan biaya perjalanan, untuk memuat satu jeriken berisikan 36 liter premium dari tangkahan ke boat bermotor harus bayar Rp1.000. Sementara ongkos angkut bensin satu jeriken dari tangkahan Tanjung Sarang Elang ke tangkahan Sei Berombang, Kecamatan Panai Hilir sekitar Rp5.000. Itu belum lagi ongkos penumpang sebesar Rp20.000.
“Lamanya perjalanan dari tangkahan Tanjung Sarang Elang ke Sei Berombang sekitar 1,5 jam. Mahalnya harga bensin di Sei Berombang akibat pengeluaran transportasinya,” sebut Samsul.

Sampai kini tidak diketahui pasti apa sikap pemerintah setempat kedepan. Plt Setdakab Labuhanbatu H Ali Usman Harahap ketika dimintai tanggapannya terkait harapan warga agar pemerintah setempat segera mengambil sikap, terkesan enggan berkomentar. Konfirmasi melalui pesan singkat dan panggilan telepon selular, tidak kunjung ditanggapi Ali Usman. (jok)

LABUHANBATU- Naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) hampir mencapai 50 persen menambah beban masyarakat. Terutama bagi kalangan nelayan di Sei Berombang, Kecamatan Panai Hilir, Kabupaten Labuhanbatu. Bagaimana tidak, kenaikan harga BBM langsung disusul dengan naiknya harga sembako dan kebutuhan lainnya. Bahkan harga premium atau bensin di tempat itu mencapai Rp9.000 per liter. Harga itu jauh di atas harga yang baru ditetapkan pemerintah yakni Rp6.500 per liter untuk bensin.

“Sudah minyak (BBM, Red) naik, hasil tangkapan pun terus berkurang. Untuk pulang modal saja terkadang susah. Sekarang penghasilan nelayan paling tinggal sekitar 30 persen lagi karena harga sudah naik. Untuk mencari 10 kilo ikan saja payahlah sekarang,” sebut Ijud, Ketua Pilar Perjuangan Nelayan (PPN).

Keadaan makin diperparah ketika komodoti pertanian, kencur, ikut turun harga. Padahal menanam kencur adalah pencarian mereka yang lain, selain melaut atau jadi nelayan. “Mau dari mana lagi warga mendapatkan uang? Hasil tangkapan berkurang, sembako naik pula. Belakangan kencur pun tidak ada harganya. Kehidupan kami akan semakin sulit. Kayaknya hidup kambing akan lebih baik,” tuturnya lagi.

Jika kondisi terus berlanjut, tambah Ijud, masyarakat akan mati secara pelan-pelan dengan situasi yang sangat menyakitkan. “Kalau PNS masih punya gaji. Tolong ingatkan pemerintah untuk melihat langsung nasib rakyatnya di sini,” harapnya.

Terkait kondisi itu, Samsul Bahri Sitepu warga Lingkungan I, Kelurahan Sei Berombang mengatakan, pemerintah secepatnya harus membuat keputusan Harga Eceran Tertinggi (HET) BBM, terlebih di pesisir pantai. Sebab di sana biasanya pengawasan terhadap peredaran BBM jarang terpantau akibat geografis. “Kebetulan memang sangat jauh dari ibu kota kabupaten, makanya harus segera dilakukan pengawasan,” terangnya.

Apalagi di daerah itu hanya ada satu SPBU, itupun tidak termasuk didalam wilayah kecamatan tersebut. SPBU berjarak sekitar 20 menit jika dilalui dengan sepeda motor menuju tangkahan Tanjung Sarang Elang, Kecamatan Panai Hulu. Tidak hanya mengeluarkan biaya perjalanan, untuk memuat satu jeriken berisikan 36 liter premium dari tangkahan ke boat bermotor harus bayar Rp1.000. Sementara ongkos angkut bensin satu jeriken dari tangkahan Tanjung Sarang Elang ke tangkahan Sei Berombang, Kecamatan Panai Hilir sekitar Rp5.000. Itu belum lagi ongkos penumpang sebesar Rp20.000.
“Lamanya perjalanan dari tangkahan Tanjung Sarang Elang ke Sei Berombang sekitar 1,5 jam. Mahalnya harga bensin di Sei Berombang akibat pengeluaran transportasinya,” sebut Samsul.

Sampai kini tidak diketahui pasti apa sikap pemerintah setempat kedepan. Plt Setdakab Labuhanbatu H Ali Usman Harahap ketika dimintai tanggapannya terkait harapan warga agar pemerintah setempat segera mengambil sikap, terkesan enggan berkomentar. Konfirmasi melalui pesan singkat dan panggilan telepon selular, tidak kunjung ditanggapi Ali Usman. (jok)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/