MEDAN- Komisi Disiplin (Komdis) PSSI sudah merilis jadwal ulang sidang untuk skuad PSMS versi PT Liga Indonesia pada Jumat (26/7) mendatang. Namun hal ini ditanggapi dingin pemain PSMS yang sudah patah arang dalam menuntut gaji yang tak kunjung dibayar. Mereka meminta Komdis yang harusnya turun ke Medan untuk menuntaskan masalah ini.
Ya, alasan yang sama masih akan memberatkan langkah pemain, pelatih dan official untuk memenuhi panggilan itu. Ketiadaan dana untuk akomodasi ke Jakarta yang tentu tidak membutuhkan biaya sedikit. Faktanya, pemain masih dirundung duka karena gaji yang tertunggak berbulan-bulan tak juga dibayarkan pengurus PSMS. Secercah harapan lewat dana subdisi yang dijanjikan dari PT Liga Indonesia sebesar Rp100 juta juga belum sampai ke tangan pemain.
Kapten tim PSMS, Hardiantono mengaku belum mendengar kabar soal penjadwalan itu. Begitupun dirinya juga pesimis, dirinya dan rekan-rekannya bisa hadir.
“Ya ini juga baru tahu. Tapi kalaupun dijadwal ulang bagaimana mungkin kami bisa kesana? Belum ada pembayaran sepeserpun sampai sekarang. Pakai apa kami kesana?” ujarnya.
Sebelumnya Komdis lewat Ketuanya Hinca Panjaitan telah menegaskan urusan akomodasi tak menjadi tanggung jawabnya, melainkan menjadi tanggung jawab klub. Disebutnya ini merupakan kesempatan untuk membela diri bagi 11 pemain yang berdemo di Jakarta juga mengungkap keterangan soal upaya pengaturan skor di putaran kedua lalu. “Pembelaan apa pula? Kami tidak butuh membela diri karena kami tidak salah. Hanya menuntut hak apa itu salah? Kok macem kami yang salah besar pakai pembelaan segala. Kami merasa dipersulit. Ada apa ini?” beber mantan kapten Sumut di PON 2012 ini.
Tono, sapaan akrabnya, berharap Komdis peka terhadap kondisi pemain yang saat ini sangat memprihatinkan. Menjalankan Ramadhan dan menjelang Idul Fitri tapi tidak juga ada kucuran dana yang masuk. Malah harus diberatkan dengan panggilan ke Jakarta. “Komdis harusnya peka. Bagusnya memang Komdis yang ke Medan. Masa kami semua harus berangkat ke Jakarta. Mana pengurus tidak mau membiayai,” bebernya.
Soal dana Rp100 juta yang harusnya menjadi hak pemain pasca kesepakatan PT LI dengan Ketua Umum Indra Sakti juga tidak jelas sampai saat ini. “Uang 100 juta itu tidak ada tanda-tanda bakal diberikan ke kami,” ujarnya.
Senada, kiper PSMS LI, Irwin Ramadhana mengatakan tidak ada salahnya Komdis turun ke Medan untuk menyelesaikan masalah ini. “ Seandainya pun kami ada uang lebih baik kami alihkan uang tiket pesawat untuk beli kebutuhan dapur. Seharusnya, komdis mempertanyakan Ketua Umum, Indra Sakti soal pertanggungjawabannya tidak membayar gaji. Kenapa malah pemain yang mau dihukum,” kata.
Selain itu Irwin mengeluhkan soal pengalihan topik dari tuntutan gaji ke masalah sanksi terhadap pemain. “Kami mengadu ke Jakarta setelah habis kompetisi. Kami telah menyelesaikan segala kewajiban bermain walaupun gaji tidak ada. Seharusnya yang dibahas itu soal hak kami. Bukan sanksi,” pungkas pemain yang baru saja berulang tahun Kamis (18/7) kemarin itu.
Sebelumnya manajemen lewat Sektim, Fityan Hamdy telah melayangkan surat permohonan penundaan sidang dengan ketiadaan biaya. (don)