NASIB PSMS PT Liga Prima Indonesia Sportindo (LPIS) bisa dibilang sudah berakhir. Hingga Rabu (21/8), tim tak juga memulai aktivitas dan Mess Kebun Bunga seperti tak berpenghuni sejak sebulan belakangan.
Sejumlah pemain pun sudah memasang ancang-ancang untuk mencari pelabuhan baru. Secara de facto PSMS bisa dikatakan sudah bubar. Meskipun secara de jure belum ada keterangan resmi dari pengurus.
Tentu saja kondisi ini membuat pemain kecewa. Mereka merasa seperti anak ayam yang tidak memiliki induk. Pasca mundurnya ketua umum Benny Sihotang secara lisan awal Juni lalu tanggung jawab tim dibebankan kepada manajer tim Syukri Wardi yang belakangan juga mengeluarkan sinyal menyerah. Ironisnya tak ada kata bubar dari pengurus dan mereka merasa digantung nasibnya.
“Saya kecewa sekali melihat kondisi PSMS seperti ini. Kenapa ya kalo bubar setidaknya ada pembubaran tim. Ini malah dibiarkan begitu saja. Pengurusnya entah ke mana. Manajer juga tidak ada,” tutur wing back PSMS Rommy Agustiawan, yang segera hengkang ke Persepar Palangkaraya.
Menurut Rommy, ia dan rekan-rekan sudah coba bersabar. Namun tidak adanya inisiatif pengurus membuat mereka akhirnya mengambil kesimpulan pahit, perjalanan PSMS LPIS musim ini telah berakhir. “Ya kami simpulkan sudah bubar. Kemarin kami juga inisiatif ambil baju kami di mess,” ungkapnya.
Kapten tim Saktiawan Sinaga juga tak habis pikir kondisi tim saat ini. “PSMS lima tahun belakangan ini dalam periode buruk. Kenapa pengurusnya tidak juga sadar,” ujarnya.
Ia tidak mengerti kenapa mengatakan bubar pun pengurus sepertinya merasa gengsi. “Nggak tahu juga. Mungkin gengsi mereka,” ujar pemain 31 tahun ini.
Senada, Donny F Siregar juga mengatakan, pembubaran tim juga sudah terdeteksi dengan dibagikannya baju pertandingan. “Kami sudah dibagikan baju pertandingan. Itu kan mengidentfikasikan bubar. Lagipula kami sebagai pemain yang mengatakan bubar,” (don)