26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Pakistan-AS Saling Kecam

WASHINGTON – Suasana panas kembali ditunjukkan Pakistan dan Amerika Serikat (AS). Setelah Presiden AS, Barack Obama mencurigai Pakistan berada di balik perlindungan Osama bin Laden dalam program 60 Minutes di stasiun televisi CBS (9/5), Selasa (10/5) Islamabad gusar.

Dalam pidato di parlemen, Perdana Menteri Pakistan, Yousuf Raza Gilani menyayangkan tudingan persekongkolan dengan pimpinan Al Qaeda itu dialamatkan ke negerinya. Sebaliknya, pemerintah Pakistan justru tersinggung karena AS mengerahkan pa sukan khusus secara diam-diam saat memburu Osama di Abbottabad, Pakistan, 1 Mei lalu.

Intelijen Pakistan, kata dia, tidak bisa menerima pihaknya menjadi sasaran tuduhan AS hanya gara-gara tidak bisa melacak Osama selama lima tahun sebelum ditembak di sekitar markas militer Pakistan. “Kegagalan intelijen itu tidak hanya terjadi pada kita, tapi juga di asosiasi intelijen di seluruh dunia,” tegas Gilani sebagaimana dikutip Daily Mail.
Menurut dia, sikap sepihak AS tersebut berisiko mendatangkan konsekuensi serius di internal Pakistan. “Kami berhak membalas dengan kekuatan penuh. Jangan sampai komitmen (tangkap teroris) kami dianggap remeh,” ujarnya.
Karena itu, Angkatan Udara Pakistan (PAF) mulai menyelidiki pelanggaran sejumlah helikopter siluman yang membawa tim khusus Navy Seals AS ke wilayah udara Pakistan awal Mei lalu.

Rombongan mesin perang itu diyakini terbang dari provinsi timur Afghanistan, Ningrahar, dan menghindari sistem radar Pakistan untuk mencapai Abbottabad yang berjarak lebih dari 200 kilometer dari perbatasan Pakistan-Afghanistan. Sumber-sumber Islamabad kemarin menyebutkan bahwa komite PAF sudah dibentuk. “Radar-radar itu mendeteksi pergerakan pesawat tempur di Jalalabad, Afghanistan bagian timur,” ujar sumber di Islamabad kemarin.
Sebelumnya, Obama menyatakan AS yakin Osama pasti didukung jaringan di Pakistan. “Kita tak tahu apakah mungkin ada pihak di dalam maupun di luar tubuh pemerintah,” sebutnya.

Itulah yang harus kita selidiki. Yang lebih penting, pemerintah Pakistan harus menyelidikinya,” ungkap Obama saat wawancara dengan CBS.

Merespons pernyataan Pakistan, Gedung Putih tetap merasa berhak menggerebek di luar wilayahnya. Hal itu diungkapkan Juru Bicara Kementerian Luar Negeri AS Mark Toner kemarin. “Kapan pun kami memiliki intelijen terkini terhadap seseorang yang bertanggung jawab atas kematian ribuan warga Amerika dan lainnya. Kami akan mengambil tindakan dan merasa itu merupakan hak kami,” ujar Toner saat konferensi pers sebagaimana dikutip USA Today.

Di tempat terpisah, Menteri Intelijen Iran Heidar Moslehi menyatakan, Teheran punya bukti bahwa Osama bin Laden telah meninggal karena sakit sebelum AS melakukan serangan di Pakistan. “Kami punya informasi akurat bahwa Osama bin Laden meninggal karena sakit beberapa waktu lalu,” katanya sebagaimana dikutip kantor berita resmi Iran, FARS, kemarin.

Namun, dugaan tersebut dibantah Gedung Putih. Bahkan, AS menegaskan sudah membuktikannya melalui tes DNA. Selain itu, intelijen Negeri Paman Sam tersebut menemukan data-data dari penggerebekan di rumah Osama.

Bukti-bukti itu tersimpan dalam lima komputer, 10 hard drive, dan lebih dari 100 penyimpan data berbagai bentuk.
Itu merupakan materi intelijen terbesar yang didapatkan dari penggerebekan teroris selama ini. Di dalamnya ada informasi mulai nomor telepon, dokumen rencana aksi, hingga rekaman video kegiatan Osama di rumahnya. “Menurut CIA, data yang diperoleh itu setara dengan isi perpustakaan satu perguruan tinggi kecil,” bunyi rilis Gedung Putih yang diterima AP.

Data itu juga menunjukkan bahwa Osama masih memegang peran strategis dan operasional dalam aktivitas Al Qaeda. Rumahnya di Abbottabad tersebut menjadi semacam pusat komando. Karena itu, AS juga melacak satu lagi sekutu Osama yang bernama Mullah Omar, 52.

Pemimpin spiritual Taliban tersebut diduga bersembunyi di wilayah Pakistan. Berdasar data intelijen, sebagaimana dikutip The Sun, panglima perang bermata satu itu bersembunyi di Kota Quetta, Pakistan, dekat perbatasan Afghanistan.

Namun, Mullah yang menjadi pelindung Osama di Afghanistan semasa perencanaan serangan 11 September 2001 tersebut dikelilingi ratusan pejuang bersenjata lengkap. Kaki kanan Osama itu dihargai USD 25 juta. Selain dia, ada Deputi Al Qaeda Ayman Al Zawahiri yang juga diduga bersembunyi di Pakistan.

Sebagaimana dikutip Telegraph, aparat Pakistan yang masuk ke rumah Osama menemukan drum raksasa berisi minyak goreng, tepung, serta gula yang jumlahnya melimpah seperti yang digunakan di industri. Juga, lemari es penuh daging domba. Cukup banyak makanan untuk bertahan hidup selama berbulan-bulan tanpa meninggalkan rumah.

Ditemukan pula buku pelajaran menulis dan membaca huruf Arab, peralatan bayi, tas sekolah, serta obat-obatan dan resep dari dokter setempat. Di antaranya adalah seorang dokter anak, dr Mehr Dil Wazir. Selain itu, dijumpai obat-obatan herbal untuk keluhan hati dan ginjal serta untuk mengobati hepatitis.

Sementara itu, The Daily Beast mengabarkan, Osama sering mengutus dua anak buahnya, Akbar dan Rashid Khan, berbelanja ke toko milik Anjum Qaisar yang berjarak sekitar 150 meter dari lokasi persembunyian. Sekali berbelanja, mereka memborong sejumlah bahan makanan, termasuk minuman ringan Pepsi dan Coca-Cola. Juga, susu merek Nestle serta sabun dan sampo berkualitas. Mereka selalu membayar tunai, tak pernah menggesek kartu.

Dua tangan kanan Osama itu tak pernah berjalan kaki menuju toko. Mereka selalu memakai mobil Suzuki van atau Mitsubishi Pajero. “Saya ingin tahu mengapa mereka membeli makanan begitu banyak. Tapi, saya tidak ingin bersikap kasar,” ujar Qaisar. “Tak pernah ngobrol dan berbasa-basi,” imbuhnya kepada The Sun.

Selain itu, Osama diduga mengonsumsi ganja. Hal tersebut dibuktikan dengan ditemukannya tanaman ganja di kompleks rumah Osama di Abbottabad. Ganja itu ditanam di antara kol dan tomat. Pria berdarah Arab Saudi tersebut diduga menggunakan ganja sebagai obat penyakit ginjal yang dideritanya sejak beberapa tahun terakhir. (c5/iro/jpnn)

WASHINGTON – Suasana panas kembali ditunjukkan Pakistan dan Amerika Serikat (AS). Setelah Presiden AS, Barack Obama mencurigai Pakistan berada di balik perlindungan Osama bin Laden dalam program 60 Minutes di stasiun televisi CBS (9/5), Selasa (10/5) Islamabad gusar.

Dalam pidato di parlemen, Perdana Menteri Pakistan, Yousuf Raza Gilani menyayangkan tudingan persekongkolan dengan pimpinan Al Qaeda itu dialamatkan ke negerinya. Sebaliknya, pemerintah Pakistan justru tersinggung karena AS mengerahkan pa sukan khusus secara diam-diam saat memburu Osama di Abbottabad, Pakistan, 1 Mei lalu.

Intelijen Pakistan, kata dia, tidak bisa menerima pihaknya menjadi sasaran tuduhan AS hanya gara-gara tidak bisa melacak Osama selama lima tahun sebelum ditembak di sekitar markas militer Pakistan. “Kegagalan intelijen itu tidak hanya terjadi pada kita, tapi juga di asosiasi intelijen di seluruh dunia,” tegas Gilani sebagaimana dikutip Daily Mail.
Menurut dia, sikap sepihak AS tersebut berisiko mendatangkan konsekuensi serius di internal Pakistan. “Kami berhak membalas dengan kekuatan penuh. Jangan sampai komitmen (tangkap teroris) kami dianggap remeh,” ujarnya.
Karena itu, Angkatan Udara Pakistan (PAF) mulai menyelidiki pelanggaran sejumlah helikopter siluman yang membawa tim khusus Navy Seals AS ke wilayah udara Pakistan awal Mei lalu.

Rombongan mesin perang itu diyakini terbang dari provinsi timur Afghanistan, Ningrahar, dan menghindari sistem radar Pakistan untuk mencapai Abbottabad yang berjarak lebih dari 200 kilometer dari perbatasan Pakistan-Afghanistan. Sumber-sumber Islamabad kemarin menyebutkan bahwa komite PAF sudah dibentuk. “Radar-radar itu mendeteksi pergerakan pesawat tempur di Jalalabad, Afghanistan bagian timur,” ujar sumber di Islamabad kemarin.
Sebelumnya, Obama menyatakan AS yakin Osama pasti didukung jaringan di Pakistan. “Kita tak tahu apakah mungkin ada pihak di dalam maupun di luar tubuh pemerintah,” sebutnya.

Itulah yang harus kita selidiki. Yang lebih penting, pemerintah Pakistan harus menyelidikinya,” ungkap Obama saat wawancara dengan CBS.

Merespons pernyataan Pakistan, Gedung Putih tetap merasa berhak menggerebek di luar wilayahnya. Hal itu diungkapkan Juru Bicara Kementerian Luar Negeri AS Mark Toner kemarin. “Kapan pun kami memiliki intelijen terkini terhadap seseorang yang bertanggung jawab atas kematian ribuan warga Amerika dan lainnya. Kami akan mengambil tindakan dan merasa itu merupakan hak kami,” ujar Toner saat konferensi pers sebagaimana dikutip USA Today.

Di tempat terpisah, Menteri Intelijen Iran Heidar Moslehi menyatakan, Teheran punya bukti bahwa Osama bin Laden telah meninggal karena sakit sebelum AS melakukan serangan di Pakistan. “Kami punya informasi akurat bahwa Osama bin Laden meninggal karena sakit beberapa waktu lalu,” katanya sebagaimana dikutip kantor berita resmi Iran, FARS, kemarin.

Namun, dugaan tersebut dibantah Gedung Putih. Bahkan, AS menegaskan sudah membuktikannya melalui tes DNA. Selain itu, intelijen Negeri Paman Sam tersebut menemukan data-data dari penggerebekan di rumah Osama.

Bukti-bukti itu tersimpan dalam lima komputer, 10 hard drive, dan lebih dari 100 penyimpan data berbagai bentuk.
Itu merupakan materi intelijen terbesar yang didapatkan dari penggerebekan teroris selama ini. Di dalamnya ada informasi mulai nomor telepon, dokumen rencana aksi, hingga rekaman video kegiatan Osama di rumahnya. “Menurut CIA, data yang diperoleh itu setara dengan isi perpustakaan satu perguruan tinggi kecil,” bunyi rilis Gedung Putih yang diterima AP.

Data itu juga menunjukkan bahwa Osama masih memegang peran strategis dan operasional dalam aktivitas Al Qaeda. Rumahnya di Abbottabad tersebut menjadi semacam pusat komando. Karena itu, AS juga melacak satu lagi sekutu Osama yang bernama Mullah Omar, 52.

Pemimpin spiritual Taliban tersebut diduga bersembunyi di wilayah Pakistan. Berdasar data intelijen, sebagaimana dikutip The Sun, panglima perang bermata satu itu bersembunyi di Kota Quetta, Pakistan, dekat perbatasan Afghanistan.

Namun, Mullah yang menjadi pelindung Osama di Afghanistan semasa perencanaan serangan 11 September 2001 tersebut dikelilingi ratusan pejuang bersenjata lengkap. Kaki kanan Osama itu dihargai USD 25 juta. Selain dia, ada Deputi Al Qaeda Ayman Al Zawahiri yang juga diduga bersembunyi di Pakistan.

Sebagaimana dikutip Telegraph, aparat Pakistan yang masuk ke rumah Osama menemukan drum raksasa berisi minyak goreng, tepung, serta gula yang jumlahnya melimpah seperti yang digunakan di industri. Juga, lemari es penuh daging domba. Cukup banyak makanan untuk bertahan hidup selama berbulan-bulan tanpa meninggalkan rumah.

Ditemukan pula buku pelajaran menulis dan membaca huruf Arab, peralatan bayi, tas sekolah, serta obat-obatan dan resep dari dokter setempat. Di antaranya adalah seorang dokter anak, dr Mehr Dil Wazir. Selain itu, dijumpai obat-obatan herbal untuk keluhan hati dan ginjal serta untuk mengobati hepatitis.

Sementara itu, The Daily Beast mengabarkan, Osama sering mengutus dua anak buahnya, Akbar dan Rashid Khan, berbelanja ke toko milik Anjum Qaisar yang berjarak sekitar 150 meter dari lokasi persembunyian. Sekali berbelanja, mereka memborong sejumlah bahan makanan, termasuk minuman ringan Pepsi dan Coca-Cola. Juga, susu merek Nestle serta sabun dan sampo berkualitas. Mereka selalu membayar tunai, tak pernah menggesek kartu.

Dua tangan kanan Osama itu tak pernah berjalan kaki menuju toko. Mereka selalu memakai mobil Suzuki van atau Mitsubishi Pajero. “Saya ingin tahu mengapa mereka membeli makanan begitu banyak. Tapi, saya tidak ingin bersikap kasar,” ujar Qaisar. “Tak pernah ngobrol dan berbasa-basi,” imbuhnya kepada The Sun.

Selain itu, Osama diduga mengonsumsi ganja. Hal tersebut dibuktikan dengan ditemukannya tanaman ganja di kompleks rumah Osama di Abbottabad. Ganja itu ditanam di antara kol dan tomat. Pria berdarah Arab Saudi tersebut diduga menggunakan ganja sebagai obat penyakit ginjal yang dideritanya sejak beberapa tahun terakhir. (c5/iro/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/