26 C
Medan
Saturday, September 28, 2024

Awan Panas Intai 8 Desa

Kondisi warga di Tanah Karo pasca letusan Sinabung.
Kondisi warga di Tanah Karo pasca letusan Sinabung.

SUMUTPOS.CO – OErupsi gunung Sinabung disertai luncuran awan panas kembali terjadi, Kamis (14/11) pagi. Letusan yang berlangsung pagi dan tengah hari, terus memuntahkan material debu, pasir, serta batu-batu kecil. Akibatnya, warga 8 desa di 4 kecamatan meninggalkan rumah mereka dan memilih mengungi.

Menurut petugas Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Sinabung dari Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Ahmad Nabawi, erupsi pertama terjadi pukul 06.58 Wib pagi. Pada erupsi ini Sinabung mengeluarkan debu vulkanik kearah barat daya dan barat dengan tinggi kolam debu mencapai 7.000 meter.

Sayangnya, kabut tebal itu tak dapat terlihat jelas lantaran tertutup awan tebal. Warga Berastagi yang mencoba menatap lebih lama proses vulkanologi ini cuma bisa merekamnya sekian menit, selebihnya telah tertutup.

Awan yang menutupi semburan gunung tak lantas mengurangi dampaknya terhadap warga. Batu kerikil dan debu vulkanik terus menyirami pemukiman warga. Tak ingin jadi korban warga memilih meninggalkan desa dan berada di luar radius 3 km. Bahkan telah ada yang menempati Kantor Camat Simpang Empat di Desa Ndokum Siroga.

Ramainya para pengungsi membuat aparat kepolisian dari Sat Lantas Polres Tanah Karo dan Yon 125 Si’Mbisa berjaga-jada di kawasan simpang empat, Tanah Karo. Kepanikan telah berlangsung beberapa jam sebelumnya, karena sesuai keterangan warga Desa Kuta Rayat, Kecamatan Naman Teran, mulai dinihari telah banyak yang bergerak menuju Langkat lewat jalur jalan tembus Karo- Langkat.

Di letusan kedua, awan panas terlihat meluncur sejauh 1.000 meter kearah tenggara yang tampak menuruni lereng gunung di atas Desa Suka Meriah. Walau tidak sampai berakibat kepanikan, erupsi yang terjadi di siang hari itu juga mengeluarkan batu-batu kerikil kecil.

“Tadi batu-batu kerikil sudah sampai ke arah desa kami, tak lama setelah erupsi,” ungkap Gentong Bangun, seorang petugas yang berjaga di gerbang menuju Desa Mardingding.

Sementara, Kepala Desa Suka Meriah, Amin Ginting ketika dihubungi mengaku awan panas yang meluncur ke Desanya hingga kini belum sampai pada tahap mengakibatkan korban. Karena seluruh warga Desa Suka Meriah tak lagi berada di Desa. Suka Meriah sendiri berada di radius 2,4 km dari kawah aktif Sinabung.

Tingginya intensitas di gunung Sinabung telah membuat 8 Desa di 4 Kecamatan telah dikosongkan, Desa Desa itu antara lain Mardinding (Tiga Nderket), Suka Meriah, Guru Kinayan (Payung), Bekerah, Simacem, Kuta Gugung (Naman Teran), Sibintun, Gamber (Simpang Empat). Di luar itu, warga Desa lain seperti Berastepu (Simpang Empat), Sigarang Garang (Naman Teran) dan Temburun (Payung) yang tidak direkomendasikan juga telah ada yang khawatir, hingga kemudian memilih bergabung dengan para pengungsi lain.

Kondisi itu membuat jumlah pengungsi sampai dengan Kamis (14/11) berjumlah 5.679 jiwa. Pengungsi itu masing – masing mengisi 15 posko pengungsi antara lain, Los Pekan Tiga Nderket (940 jiwa), GBKP Payung (303 jiwa), Mesjid Payung (110 jiwa), Los Desa Naman Teran (500 jiwa), Zentrum GBKP Kabanjahe (421 jiwa), GBKP Simpang Enam Kabanjahe (358 jiwa), Serbaguna/KNPI Karo Kabanjahe (426 jiwa), Paroki Kabanjahe (589 jiwa), Mesjid Agung Kabanjahe (479 jiwa), GBKP Kota Kabanjahe (738 jiwa), Klasis GBKP Kabanjahe (274), GPDI Simpang Enam (109 jiwa), GBKP Asrama Kodim (100 jiwa), ASAP Kabanjahe (54 jiwa), dan GBKP Simpang Katepul (284 jiwa). (iza/nang)

Kondisi warga di Tanah Karo pasca letusan Sinabung.
Kondisi warga di Tanah Karo pasca letusan Sinabung.

SUMUTPOS.CO – OErupsi gunung Sinabung disertai luncuran awan panas kembali terjadi, Kamis (14/11) pagi. Letusan yang berlangsung pagi dan tengah hari, terus memuntahkan material debu, pasir, serta batu-batu kecil. Akibatnya, warga 8 desa di 4 kecamatan meninggalkan rumah mereka dan memilih mengungi.

Menurut petugas Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Sinabung dari Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Ahmad Nabawi, erupsi pertama terjadi pukul 06.58 Wib pagi. Pada erupsi ini Sinabung mengeluarkan debu vulkanik kearah barat daya dan barat dengan tinggi kolam debu mencapai 7.000 meter.

Sayangnya, kabut tebal itu tak dapat terlihat jelas lantaran tertutup awan tebal. Warga Berastagi yang mencoba menatap lebih lama proses vulkanologi ini cuma bisa merekamnya sekian menit, selebihnya telah tertutup.

Awan yang menutupi semburan gunung tak lantas mengurangi dampaknya terhadap warga. Batu kerikil dan debu vulkanik terus menyirami pemukiman warga. Tak ingin jadi korban warga memilih meninggalkan desa dan berada di luar radius 3 km. Bahkan telah ada yang menempati Kantor Camat Simpang Empat di Desa Ndokum Siroga.

Ramainya para pengungsi membuat aparat kepolisian dari Sat Lantas Polres Tanah Karo dan Yon 125 Si’Mbisa berjaga-jada di kawasan simpang empat, Tanah Karo. Kepanikan telah berlangsung beberapa jam sebelumnya, karena sesuai keterangan warga Desa Kuta Rayat, Kecamatan Naman Teran, mulai dinihari telah banyak yang bergerak menuju Langkat lewat jalur jalan tembus Karo- Langkat.

Di letusan kedua, awan panas terlihat meluncur sejauh 1.000 meter kearah tenggara yang tampak menuruni lereng gunung di atas Desa Suka Meriah. Walau tidak sampai berakibat kepanikan, erupsi yang terjadi di siang hari itu juga mengeluarkan batu-batu kerikil kecil.

“Tadi batu-batu kerikil sudah sampai ke arah desa kami, tak lama setelah erupsi,” ungkap Gentong Bangun, seorang petugas yang berjaga di gerbang menuju Desa Mardingding.

Sementara, Kepala Desa Suka Meriah, Amin Ginting ketika dihubungi mengaku awan panas yang meluncur ke Desanya hingga kini belum sampai pada tahap mengakibatkan korban. Karena seluruh warga Desa Suka Meriah tak lagi berada di Desa. Suka Meriah sendiri berada di radius 2,4 km dari kawah aktif Sinabung.

Tingginya intensitas di gunung Sinabung telah membuat 8 Desa di 4 Kecamatan telah dikosongkan, Desa Desa itu antara lain Mardinding (Tiga Nderket), Suka Meriah, Guru Kinayan (Payung), Bekerah, Simacem, Kuta Gugung (Naman Teran), Sibintun, Gamber (Simpang Empat). Di luar itu, warga Desa lain seperti Berastepu (Simpang Empat), Sigarang Garang (Naman Teran) dan Temburun (Payung) yang tidak direkomendasikan juga telah ada yang khawatir, hingga kemudian memilih bergabung dengan para pengungsi lain.

Kondisi itu membuat jumlah pengungsi sampai dengan Kamis (14/11) berjumlah 5.679 jiwa. Pengungsi itu masing – masing mengisi 15 posko pengungsi antara lain, Los Pekan Tiga Nderket (940 jiwa), GBKP Payung (303 jiwa), Mesjid Payung (110 jiwa), Los Desa Naman Teran (500 jiwa), Zentrum GBKP Kabanjahe (421 jiwa), GBKP Simpang Enam Kabanjahe (358 jiwa), Serbaguna/KNPI Karo Kabanjahe (426 jiwa), Paroki Kabanjahe (589 jiwa), Mesjid Agung Kabanjahe (479 jiwa), GBKP Kota Kabanjahe (738 jiwa), Klasis GBKP Kabanjahe (274), GPDI Simpang Enam (109 jiwa), GBKP Asrama Kodim (100 jiwa), ASAP Kabanjahe (54 jiwa), dan GBKP Simpang Katepul (284 jiwa). (iza/nang)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/