26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Gunung Sinabung Meletus, 8 Penerbangan Dibatalkan

Dampak erupsi Sindebung yang mengeluarkan debu vulkanik bukan hanya tidak baik bagi manusia, dunia penerbangan juga berdampak pada debu yang mengandung zat kimia ini.

Minggu (24/11) kemarin, Lembaga Penyelenggara Layanan Navigasi Penerbagan Indonesia (LPLNPI)n
mengeluarkan Astham atau catatan penerbangan bila terjadi sesuatu sebanyak 2 kali. Tepatnya pada pagi dan malam hari. Astham ini memberikan peringatan kepada pilot yang akan berangkat dari Kualanamu.

“Astham ini dikeluarkan setelah mendapat data dari BMKG. Kita keluarkan karena debu sudah mencapai Kualanamu. Walaupun begitu, sebelumnya kita sudah mengeluarkan Astham agar menjauhi Sindebung,” General Manager LPLNPI Kantor Cabang Medan, Susanto.

Dijelaskannya, Astham ini berlaku selama 6 jam. Bila memang kondisi belum membaik, maka Astham dapat diperbaharui atau diperpanjang. Dalam Astham ini, LPLNPI memberikan peringatan hanya kepada pesawat yang akan berangkat dari Kualanamu. Bukan yang akan mendarat. “Kalau yang mendarat itu kan dari laut, jadi tidak ada masalah. Yang masalahkan sekarang debu sudah nyampe di Kualanamu,” jelasnya.

Astham pada pagi hari berisi tentang peringatan agar menjauhi jalur yang mengarah Sindebung serta keadaan Kualanamu. Sedangkan peringatan pada malam hari berisi untuk menjauhi jalur mengarah ke Banda Aceh.

“Dengan kata lain, dunia penerbangan masih aman terkendali. Belum ada yang terganggu. Kecuali, bila angin sudah mengarah ke Barat yang rata-rata arah pesawat datang dan pergi, jelas penerbangan akan ditutup,” ungkapnya.

Arah Barat ini pada umumnya, pesawat yang akan ke Jawa, Malaysia, dan sekitar Sumatera. Kondisi ini pula yang membuat 2 maskapai terganggu penerbangannya pada Minggu kemarin. Air Asia membatalkan 3 keberangkatan pesawatnya pada pagi hari tujuan penarbangan antara lain Bandung, Kualalumpur, dan Penang. Sedangkan Susi Air membatalkan 5 penerbangannya ke Gunungsitoli, Simeuleu, Silangit, Aekgodang, dan Banda Aceh.

Staf Operasional Susi Air, Hadi Zulfadli menyatakan bahwa selain penyelamatan penerbangan, alasan lain pembatalan penerbangan ini karena pada umumnya mereka melewati jalur Sindebung. “Jalur yang kita lewati itu yang dekat dengan Sindebung, dan yang diberi peringatan oleh Astham,” ujarnya.

Alasan lain, karena mesin pesawat Susi Air hanya satu. Ditakutkan, bila terkena debu vulkanik dapat mematikan mesin pesawat. “Kalau pesawat lain atau jenis boeing pada umumnya memiliki 2 mesin pesawat. Jadi, kalau mati satu mesin masih ada cadangan. Tapi, kalau kitakan jadi berabe,” ungkapnya.

Dirinya juga mendapat pemberitahuan dari pusat tentang pembatalan keberangkatan Susi Air ini pada Minggu pagi, sehingga tidak sempat memberi informasi kepada calon penumpang. “Karena itu, kita sedang mengupayakan tentang nasib para penumpang yang batal. Tapi yang pasti kita akan bertanggung jawab,” lanjutnya.

Awas Mata, Kulit, dan Mata

Di sisi lain, Kadis Kesehatan Medan, dr Usma Polita melalui Sekretaris Dinkes Medan, drg Irma Suryani MKM menjelaskan, guna mengantisipasi hujan debu vulkanik, pihaknya telah menginstruksikan kepada seluruh puskesmas untuk menginformasikan kepada masyarakat agar mengurangi aktivitas di luar rumah. “Puskesmas menginformasikan ke masyarakat di wilayahnya dengan fungsi promotifnya,” kata Irma.

Jika terpaksa melakukan aktivitas di luar rumah, Irma menyarankan agar masyarakat menggunakan masker dan alat pelindung lainnya untuk antisipasi debu vulkanik tersebut. “Bagi anak-anak dan bayi, kalau bisa jangan dibawa keluar rumah untuk sementara. Perbanyak minum air putih dan halaman selalu disiram apabila hujan belum turun,” katanya.

Meski debu vulkanik sudah mencapai ke Kota Medan, pihaknya belum ada membuka posko kesehatan dan distribusi masker ke setiap puskesmas yang ada. “Berkaitan dengan antisipasi debu vulkanik, kita akan pertimbangkan sesuai dengan stok masker yang ada. Dan Dinkes Medan sudah koordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana untuk mempersiapkannya,” ujarnya.

Menanggapi hal ini, dokter spesialis penyakit Tropik dan Infeksi DR Dr Umar Zein DTMH&H Sp.Pd KPTI mengatakan debu vulkanik yang terbawa angin akan membahayakan bagi tubuh manusia dan menimbulkan berbagai penyakit. Di antaranya, penyakit saluran pernapasan, kulit, dan mata.

“Debu vulkanik itu mengakibatkan polusi udara, debunya ada debu halus dan kasar. Untuk debu yang halus itu yang dapat menyebabkan  iritasi saluran pernapasan dan sangat berbahaya bagi penderita asma. Bahkan ini bisa memicu datangnya asma dan debu kasar juga debu halus itu juga bisa menyebabkan kanker kulit,” ujarnya.

Dijelaskannya, debu vulkanik tersebut disebut juga pasir vulkanik atau jatuhan piroklastik yang berupa bahan material vulkanik jatuhan yang disemburkan ke udara saat terjadi letusan, debu vulkanik tersebut sangat variatif. “Debu letusan gunung itu bervariatif ada yang mengandung batu-batuan, pasir ada yang halus dan kasar namun semuanya sangat berbahaya bagi kesehatan,” katanya.

Jika dibiarkan lebih lama tanpa antisipasi, lanjut Umar Zein, akan menimbulkan penyakit paru-paru dan dapat mengakibatkan kanker kulit, khususnya bagi anak-anak yang lebih sensitif. Secara  umum, lanjutnya, efek debu vulkanik pada paru akan menyebabkan iritasi karena bersifat asam.  Iritasi yang terjadi adalah dari saluran pernapasan atas hingga bawah, seperti batuk-batuk atau bersin.

“Kalau dibiarkan maka akan mengakibatkan infeksi saluran pernafasan bahkan paru-paru juga kanker kulit, yang lebih terkena akibatnya anak-anak, apalagi mereka daya tahan tubuhnya lebih rendah dibandingkan orang dewasa,” katanya. (ram/put)

Dampak erupsi Sindebung yang mengeluarkan debu vulkanik bukan hanya tidak baik bagi manusia, dunia penerbangan juga berdampak pada debu yang mengandung zat kimia ini.

Minggu (24/11) kemarin, Lembaga Penyelenggara Layanan Navigasi Penerbagan Indonesia (LPLNPI)n
mengeluarkan Astham atau catatan penerbangan bila terjadi sesuatu sebanyak 2 kali. Tepatnya pada pagi dan malam hari. Astham ini memberikan peringatan kepada pilot yang akan berangkat dari Kualanamu.

“Astham ini dikeluarkan setelah mendapat data dari BMKG. Kita keluarkan karena debu sudah mencapai Kualanamu. Walaupun begitu, sebelumnya kita sudah mengeluarkan Astham agar menjauhi Sindebung,” General Manager LPLNPI Kantor Cabang Medan, Susanto.

Dijelaskannya, Astham ini berlaku selama 6 jam. Bila memang kondisi belum membaik, maka Astham dapat diperbaharui atau diperpanjang. Dalam Astham ini, LPLNPI memberikan peringatan hanya kepada pesawat yang akan berangkat dari Kualanamu. Bukan yang akan mendarat. “Kalau yang mendarat itu kan dari laut, jadi tidak ada masalah. Yang masalahkan sekarang debu sudah nyampe di Kualanamu,” jelasnya.

Astham pada pagi hari berisi tentang peringatan agar menjauhi jalur yang mengarah Sindebung serta keadaan Kualanamu. Sedangkan peringatan pada malam hari berisi untuk menjauhi jalur mengarah ke Banda Aceh.

“Dengan kata lain, dunia penerbangan masih aman terkendali. Belum ada yang terganggu. Kecuali, bila angin sudah mengarah ke Barat yang rata-rata arah pesawat datang dan pergi, jelas penerbangan akan ditutup,” ungkapnya.

Arah Barat ini pada umumnya, pesawat yang akan ke Jawa, Malaysia, dan sekitar Sumatera. Kondisi ini pula yang membuat 2 maskapai terganggu penerbangannya pada Minggu kemarin. Air Asia membatalkan 3 keberangkatan pesawatnya pada pagi hari tujuan penarbangan antara lain Bandung, Kualalumpur, dan Penang. Sedangkan Susi Air membatalkan 5 penerbangannya ke Gunungsitoli, Simeuleu, Silangit, Aekgodang, dan Banda Aceh.

Staf Operasional Susi Air, Hadi Zulfadli menyatakan bahwa selain penyelamatan penerbangan, alasan lain pembatalan penerbangan ini karena pada umumnya mereka melewati jalur Sindebung. “Jalur yang kita lewati itu yang dekat dengan Sindebung, dan yang diberi peringatan oleh Astham,” ujarnya.

Alasan lain, karena mesin pesawat Susi Air hanya satu. Ditakutkan, bila terkena debu vulkanik dapat mematikan mesin pesawat. “Kalau pesawat lain atau jenis boeing pada umumnya memiliki 2 mesin pesawat. Jadi, kalau mati satu mesin masih ada cadangan. Tapi, kalau kitakan jadi berabe,” ungkapnya.

Dirinya juga mendapat pemberitahuan dari pusat tentang pembatalan keberangkatan Susi Air ini pada Minggu pagi, sehingga tidak sempat memberi informasi kepada calon penumpang. “Karena itu, kita sedang mengupayakan tentang nasib para penumpang yang batal. Tapi yang pasti kita akan bertanggung jawab,” lanjutnya.

Awas Mata, Kulit, dan Mata

Di sisi lain, Kadis Kesehatan Medan, dr Usma Polita melalui Sekretaris Dinkes Medan, drg Irma Suryani MKM menjelaskan, guna mengantisipasi hujan debu vulkanik, pihaknya telah menginstruksikan kepada seluruh puskesmas untuk menginformasikan kepada masyarakat agar mengurangi aktivitas di luar rumah. “Puskesmas menginformasikan ke masyarakat di wilayahnya dengan fungsi promotifnya,” kata Irma.

Jika terpaksa melakukan aktivitas di luar rumah, Irma menyarankan agar masyarakat menggunakan masker dan alat pelindung lainnya untuk antisipasi debu vulkanik tersebut. “Bagi anak-anak dan bayi, kalau bisa jangan dibawa keluar rumah untuk sementara. Perbanyak minum air putih dan halaman selalu disiram apabila hujan belum turun,” katanya.

Meski debu vulkanik sudah mencapai ke Kota Medan, pihaknya belum ada membuka posko kesehatan dan distribusi masker ke setiap puskesmas yang ada. “Berkaitan dengan antisipasi debu vulkanik, kita akan pertimbangkan sesuai dengan stok masker yang ada. Dan Dinkes Medan sudah koordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana untuk mempersiapkannya,” ujarnya.

Menanggapi hal ini, dokter spesialis penyakit Tropik dan Infeksi DR Dr Umar Zein DTMH&H Sp.Pd KPTI mengatakan debu vulkanik yang terbawa angin akan membahayakan bagi tubuh manusia dan menimbulkan berbagai penyakit. Di antaranya, penyakit saluran pernapasan, kulit, dan mata.

“Debu vulkanik itu mengakibatkan polusi udara, debunya ada debu halus dan kasar. Untuk debu yang halus itu yang dapat menyebabkan  iritasi saluran pernapasan dan sangat berbahaya bagi penderita asma. Bahkan ini bisa memicu datangnya asma dan debu kasar juga debu halus itu juga bisa menyebabkan kanker kulit,” ujarnya.

Dijelaskannya, debu vulkanik tersebut disebut juga pasir vulkanik atau jatuhan piroklastik yang berupa bahan material vulkanik jatuhan yang disemburkan ke udara saat terjadi letusan, debu vulkanik tersebut sangat variatif. “Debu letusan gunung itu bervariatif ada yang mengandung batu-batuan, pasir ada yang halus dan kasar namun semuanya sangat berbahaya bagi kesehatan,” katanya.

Jika dibiarkan lebih lama tanpa antisipasi, lanjut Umar Zein, akan menimbulkan penyakit paru-paru dan dapat mengakibatkan kanker kulit, khususnya bagi anak-anak yang lebih sensitif. Secara  umum, lanjutnya, efek debu vulkanik pada paru akan menyebabkan iritasi karena bersifat asam.  Iritasi yang terjadi adalah dari saluran pernapasan atas hingga bawah, seperti batuk-batuk atau bersin.

“Kalau dibiarkan maka akan mengakibatkan infeksi saluran pernafasan bahkan paru-paru juga kanker kulit, yang lebih terkena akibatnya anak-anak, apalagi mereka daya tahan tubuhnya lebih rendah dibandingkan orang dewasa,” katanya. (ram/put)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/