26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Berdalih Dicurangi

suporter_bulutangkis_indNAYPYITAW – Indonesia harus puas di posisi keempat dalam rekapitulasi akhir pengumpulan medali SEA Games XXVII Myanmar. Kemarin (22/12) di Indoor Stadium Wunna Theikdi, sepak takraw hanya menambah dua perunggu di nomor double event putra dan putri. Padahal sepak takraw digadang-gadang menambah dua medali emas terakhir di hari pamungkas SEA Games.

Atas kegagalan tersebut chef de mission Indonesia Aslizar Tanjung mengungkapkan semua pasti kecewa dengan hasil buruk Indonesia di multieven kali ini. Namun Aslizar melihat jangka panjang kalau atlet-atlet muda bermunculan.

“Kami melihat untuk Asian Games tahun depan, SEA Games dua tahun lagi dan Olimpiade ada potensi muda yang bisa dipelihara. Kita akan rapat evaluasi khusus lagi,” kata Aslizar.

Secara target medali, Indonesia sebenarnya sudah melakukan pengurangan bidikan. Dari 121 medali emas menjadi 90 emas. Akan tetapi hasil akhir di lapangan, Indonesia hanya mendapat 65 emas, 84 perak, dan 111 perunggu.

Mengenai kegagalan kali ini, evaluasi besar harus dilakukan di empat kategori cabor. Yakni terukur, beladiri, akurasi, dan permainan. Khusus untuk cabor beladiri, Aslizar berdalih banyak kecurangan terjadi. Utamanya di nomor jurus atau seni.

“Karena sangat subyektif, maka penilaian pun jadi seenaknya sendiri. Kalau boleh jujur banyak dari atlet kita yang dicurangi oleh juri dan hakim. Kita berpikir positif kalau kita memang belum bisa sempurna di kategori jurus atau seni,” kata Aslizar.

Di sisi lain, manajer dayung Indonesia Achmad Sutjipto menilai tak fair kalau menyalahkan tuan rumah dengan egala kontroversinya. Hal serupa juga pastinya dilakukan oleh Indonesia dan negara lain saat menjadi host.

“Seharusnya kita jujur apa yang harus diperbaiki dan dievaluasi. Bukannnya malah menuding tuan rumah aneh-aneh. Katanya ita bangsa yang besar, berani berkata benar dan bukan sekedar menuding kesalahan,” tutur Sutjipto.

Sutjipto sendiri pun merasa akal-akalan tuan rumah selalu merugikan. Di perahu naga misalnya, nomor 500 meter yang tahun-tahun sebelumnya tak ada, tiba-tiba dilombakan. Alhasil Indonesia baru berlatih di Myanmar.

Sutjipto berkata kalau sistem tata kelola pelatnas harus diperbaiki lagi. Misalnya soal usia atlet yang perlu diremajakan. Memang benar ada rasa khawatir tim yang isinya atlet muda kalah. Namun kalau yang muda digembleng bagus, juga akan menghasilkan medali. (dra/ren)

 

suporter_bulutangkis_indNAYPYITAW – Indonesia harus puas di posisi keempat dalam rekapitulasi akhir pengumpulan medali SEA Games XXVII Myanmar. Kemarin (22/12) di Indoor Stadium Wunna Theikdi, sepak takraw hanya menambah dua perunggu di nomor double event putra dan putri. Padahal sepak takraw digadang-gadang menambah dua medali emas terakhir di hari pamungkas SEA Games.

Atas kegagalan tersebut chef de mission Indonesia Aslizar Tanjung mengungkapkan semua pasti kecewa dengan hasil buruk Indonesia di multieven kali ini. Namun Aslizar melihat jangka panjang kalau atlet-atlet muda bermunculan.

“Kami melihat untuk Asian Games tahun depan, SEA Games dua tahun lagi dan Olimpiade ada potensi muda yang bisa dipelihara. Kita akan rapat evaluasi khusus lagi,” kata Aslizar.

Secara target medali, Indonesia sebenarnya sudah melakukan pengurangan bidikan. Dari 121 medali emas menjadi 90 emas. Akan tetapi hasil akhir di lapangan, Indonesia hanya mendapat 65 emas, 84 perak, dan 111 perunggu.

Mengenai kegagalan kali ini, evaluasi besar harus dilakukan di empat kategori cabor. Yakni terukur, beladiri, akurasi, dan permainan. Khusus untuk cabor beladiri, Aslizar berdalih banyak kecurangan terjadi. Utamanya di nomor jurus atau seni.

“Karena sangat subyektif, maka penilaian pun jadi seenaknya sendiri. Kalau boleh jujur banyak dari atlet kita yang dicurangi oleh juri dan hakim. Kita berpikir positif kalau kita memang belum bisa sempurna di kategori jurus atau seni,” kata Aslizar.

Di sisi lain, manajer dayung Indonesia Achmad Sutjipto menilai tak fair kalau menyalahkan tuan rumah dengan egala kontroversinya. Hal serupa juga pastinya dilakukan oleh Indonesia dan negara lain saat menjadi host.

“Seharusnya kita jujur apa yang harus diperbaiki dan dievaluasi. Bukannnya malah menuding tuan rumah aneh-aneh. Katanya ita bangsa yang besar, berani berkata benar dan bukan sekedar menuding kesalahan,” tutur Sutjipto.

Sutjipto sendiri pun merasa akal-akalan tuan rumah selalu merugikan. Di perahu naga misalnya, nomor 500 meter yang tahun-tahun sebelumnya tak ada, tiba-tiba dilombakan. Alhasil Indonesia baru berlatih di Myanmar.

Sutjipto berkata kalau sistem tata kelola pelatnas harus diperbaiki lagi. Misalnya soal usia atlet yang perlu diremajakan. Memang benar ada rasa khawatir tim yang isinya atlet muda kalah. Namun kalau yang muda digembleng bagus, juga akan menghasilkan medali. (dra/ren)

 

Previous article
Next article

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/