26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Dicurangi, Judo Tolak Medali

NAYPYITAW – Tangisan mewarnai kontingen Indonesia pada hari terakhir cabor judo SEA Games 2013 di Zeyar Thiri Indoor Stadium, Naypyitaw, sore kemarin (21/12). Bukan tangisan karena kegembiraan mendapatkan medali emas, melainkan tangisan setelah dicurangi oleh tuan rumah Myanmar.

Tangis itu pecah setelah peluangnya mengais emas perdana sekaligus penutup di SEA Games ini melalui Horas Manurung di kelas 90 kg harus tertutup. Bertanding melawan judoka Myanmar, Zin Linn Aung, Horas harus terhenti setelah dia mengendurkan perlawanannya. Keputusan itu dia ambil usai melihat lampu di papan skor menyala merah, artinya pertarungan harus dihentikan.

Tetapi, kurang dari beberapa detik setelah itu lampu kemudian berubah menjadi hijau. Karena tidak siap, maka Horas pun belum siap melakukan perlawanan. Alhasil, lawan pun kemudian menahan Horas dengan cara menekan bahunya. Bukan dengan memegang tangan seperti sesuai aturan.

Alhasil, karena tidak mampu melakukan perlawanan, Horas dinyatakan kalah dan gelar juara jadi milik tuan rumah. Keputusan wasit yang tidak menghentikan perlombaan kemudian memancing kontroversi. Bukan hanya dari kontingen Indonesia, beberapa kontingen pun mempertanyakan legitimasi wasit.

Aksi protes sempat dilancarkan ofisial Indonesia. Tetapi tetap saja wasit dan ofisial pertandingan tidak menganulir keputusannya. Medali emas tetap menjadi milik Myanmar. Sedangkan perak yang didapatkan Horas, tidak akan diambil oleh kontingen Indonesia dan memilih meninggalkan arena lebih awal.

Setelah pertarungan, Horas tidak bisa mengungkapkan dengan berkata-kata banyak perasaannya setelah dicurangi. “Ya beginilah sikap dari tuan rumah. Kami sudah sering diperlakukan tidak adil dalam beberapa kejuaraan, tetapi apa yang dilakukan oleh tuan rumah kali ini paling parah,” ujarnya.

Pernyataan Horas tersebut juga didukung oleh head coach kontingen Indonesia berkebangsaan Jepang, Tsuneo Sengong. Tsuneo yang mempunyai julukan “Dewanya Kata Judo” tersebut juga menyatakan kekecewaannya. Menurutnya, menahan  lawan dengan menekan bahu tidak pernah diperkenankan.

Nyatanya, judoka Myanmar tetap melakukannya dan itu pun dihalalkan oleh wasit yang juga berasal dari Jepang. “Saya sendiri tidak tahu apakah wasit tahu atau tidak peraturan di olahraga judo. Harusnya dia tahu kalau lampu menyala merah, maka pertarungan harus dihentikan. Bukan malah tiba-tiba diubah seperti ini. Wasitnya curang itu,” kecamnya.

Terpisah, ketua umum PB PJSI George Toisutta menyatakan bahwa sikap pihaknya untuk tidak menerima medali dan absen dari upacara penyerahan medali sebagai bentuk protesnya.

“Judo itu olahraga yang meluhurkan budi pekerti. Sejak awal kami dikerjai, kami diam. Sampai hari terakhir pun kami masih saja dikerjai. Kami tanamkan di kontingen Indonesia, menang boleh, tetapi harus dengan jujur,” pungkasnya. (ren/dra/ham)

NAYPYITAW – Tangisan mewarnai kontingen Indonesia pada hari terakhir cabor judo SEA Games 2013 di Zeyar Thiri Indoor Stadium, Naypyitaw, sore kemarin (21/12). Bukan tangisan karena kegembiraan mendapatkan medali emas, melainkan tangisan setelah dicurangi oleh tuan rumah Myanmar.

Tangis itu pecah setelah peluangnya mengais emas perdana sekaligus penutup di SEA Games ini melalui Horas Manurung di kelas 90 kg harus tertutup. Bertanding melawan judoka Myanmar, Zin Linn Aung, Horas harus terhenti setelah dia mengendurkan perlawanannya. Keputusan itu dia ambil usai melihat lampu di papan skor menyala merah, artinya pertarungan harus dihentikan.

Tetapi, kurang dari beberapa detik setelah itu lampu kemudian berubah menjadi hijau. Karena tidak siap, maka Horas pun belum siap melakukan perlawanan. Alhasil, lawan pun kemudian menahan Horas dengan cara menekan bahunya. Bukan dengan memegang tangan seperti sesuai aturan.

Alhasil, karena tidak mampu melakukan perlawanan, Horas dinyatakan kalah dan gelar juara jadi milik tuan rumah. Keputusan wasit yang tidak menghentikan perlombaan kemudian memancing kontroversi. Bukan hanya dari kontingen Indonesia, beberapa kontingen pun mempertanyakan legitimasi wasit.

Aksi protes sempat dilancarkan ofisial Indonesia. Tetapi tetap saja wasit dan ofisial pertandingan tidak menganulir keputusannya. Medali emas tetap menjadi milik Myanmar. Sedangkan perak yang didapatkan Horas, tidak akan diambil oleh kontingen Indonesia dan memilih meninggalkan arena lebih awal.

Setelah pertarungan, Horas tidak bisa mengungkapkan dengan berkata-kata banyak perasaannya setelah dicurangi. “Ya beginilah sikap dari tuan rumah. Kami sudah sering diperlakukan tidak adil dalam beberapa kejuaraan, tetapi apa yang dilakukan oleh tuan rumah kali ini paling parah,” ujarnya.

Pernyataan Horas tersebut juga didukung oleh head coach kontingen Indonesia berkebangsaan Jepang, Tsuneo Sengong. Tsuneo yang mempunyai julukan “Dewanya Kata Judo” tersebut juga menyatakan kekecewaannya. Menurutnya, menahan  lawan dengan menekan bahu tidak pernah diperkenankan.

Nyatanya, judoka Myanmar tetap melakukannya dan itu pun dihalalkan oleh wasit yang juga berasal dari Jepang. “Saya sendiri tidak tahu apakah wasit tahu atau tidak peraturan di olahraga judo. Harusnya dia tahu kalau lampu menyala merah, maka pertarungan harus dihentikan. Bukan malah tiba-tiba diubah seperti ini. Wasitnya curang itu,” kecamnya.

Terpisah, ketua umum PB PJSI George Toisutta menyatakan bahwa sikap pihaknya untuk tidak menerima medali dan absen dari upacara penyerahan medali sebagai bentuk protesnya.

“Judo itu olahraga yang meluhurkan budi pekerti. Sejak awal kami dikerjai, kami diam. Sampai hari terakhir pun kami masih saja dikerjai. Kami tanamkan di kontingen Indonesia, menang boleh, tetapi harus dengan jujur,” pungkasnya. (ren/dra/ham)

Previous article
Next article

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/