26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Tak Kondusif, Kongres PSSI Dihentikan

Kondisi Ini Sudah Gila

Ketua Komite Normalisasi (KN) PSSI Agum Gumilar secara resmi  memutuskan menghentikan Sidang Kongres PSSI 2011, setelah tidak ada kesepakatan dari peserta Kongres di Hotel Sultan, Jakarta, Jumat  (20/5) malam. Agum pun mengetuk palu tiga kali sebagai tanda kongres berakhir.

Setelah itu, Agum langsung meninggalkan ruang sidang bersama anggota KN lainnya. “Karena suasana yang tidak kondusif, permohonan maaf kepada seluruh rakyat Indonesia, maka sidang ini saya nyatakan dihentikan dan tidak bisa dilanjutkan,” tegas Agum sebelum pengetokan palu tersebut.
Sementara para peserta masih terus ribut dan tetap bertahan di ruang sidang.

Dan, aparat keamanan memasuki ruang sidang untuk mengamanan para peserta. Ya, kongres memang berjalan panas dan ricuh ketika para peserta memaksakan untuk menggelar voting. Beberapa peserta dari Kelompok 78 memaksakan agenda mereka, terutama menggugat Komite Normalisasi agar menghadirkan dan mendengar keputusan Komite Banding Pemilihan. Ini terkait pelarangan calon mereka George Toisutta dan Arifin Panigoro maju sebagai Ketua Umum PSSI.

“Indonesia ada kemungkinan terkena sanksi. FIFA telah memberikan tenggat waktu sampai tanggal 20 Mei (untuk menyelesaikan krisis). Tapi, hingga saat ini tidak ada keputusannya. Saya perkirakan Indonesia akan terkena sanksi,” ujar calon Ketum, Jusuf Rizal.

Terlepas dari itu, ketidakbenaran kongres memang sudah tercium jauh hari. Bahkan, awal Mei lalu, pengelola Deltras Vigit Waluyo pernah mengatakan kepada media dirinya mendapat dana 250 juta dari salah satu bakal calon ketum PSSI periode 2011-2015. Imbal balik dari uang itu tentu saja agar klubnya memilih bakal calon yang memberi uang. Tapi pernyaaan itu besoknya dibantah oleh salah satu tim anggota sukses bakal calon yang disebutkan Vigit.

Kejadian itu membuktikan jika isu politik uang dalam kongres PSSI tak terbantahkan. Dari investigasi Koran ini kepada beberapa pihak terkait dengan kongres, jula beli suara jelas-jelas terjadi. “Saya dititipi pernah uang beberapa kali untuk pemilik suara di Jatim oleh salah satu calon. Seingat saya tiga kali saya dititipi. Nilainya lebih dari 100 juta,” kata salah satu sumber yang namanya tidak mau dikorankan. Tujuannya jelas, si penerima harus memberikan suaranya,” lanjutnya.

Malam menjelang kongres kemarin Koran ini menemui beberapa calon yang berkompetisi di kongres. Dia membenarkan jika politik uang mewarnai kongres kemarin. Pria yang sudah lama berkecimpung di dunia sepak bola tanah air itu bahkan mendapat informasi dari “orang-orangnya” jika ada salah satu calon yang menghargai satu suara hingga Rp500 juta. Tapi uang sejumlah itu tidak diberikan seluruhnya dalam satu termin. Tapi bertahap.

“Yang 200 juta sudah diberikan lebih dulu dalam dua sesi. Informasinya yang 300 juta akan diberikan setelah kongres dan jika calonnya lolos,” ungkapnya.
GH Sutedjo, salah satu calon Wakil Ketum dan anggota Exco yang mundur dari pencalonan dengan alasan tidak tahan dengan intrik yang terjadi tidak menampik jika ada politk uang dalam kongres.

“Saya tidak bisa menjelaskannya dengan detil adanya dugaan itu. Tapi ada pemilik suara yang menyampaikan kepada saya anda punya dana berapa sehingga berani maju. Indikasi adanya money politic saya tangkap dari situ,” kata Sutedjo.

Banyaknya calon dalam kongres PSSI seolah menjadi ladang bagi pemilik suara yang tidak bertanggungjawab untuk mengeruk duit banyak. “Bayangkan, berapa duit yang bisa dikantongi dengan adanya 18 calon Ketum, 16 calon Waketum, dan 51 calon Exco (sembilan nama akan terpilih).

Belum lagi calon-calon yang sebelumnya berniat maju tapi tidak lolos seperti. “Saya pernah secara langsung didatangi pemilik suara. Dia bercerita sudah mendapat uang Rp25 juta dari calon lain. Lalu dia bilang kalau saya mau memberi lebih maka suaranya akan diberikan kepada saya. Kondisi ini sudah gila. Apa jadinya jika persepakbolaan bersih yang kita cita-citakan,” kata salah satu calon Exco.

Pemilik suara juga mengakui jika saat ini adalah kesempatan mencari uang sebanyak banyaknya. “Itu bukan hal aneh lagi,” kata salah satu Ketum Pengprov PSSI. (net/ali/jpnn)

Kondisi Ini Sudah Gila

Ketua Komite Normalisasi (KN) PSSI Agum Gumilar secara resmi  memutuskan menghentikan Sidang Kongres PSSI 2011, setelah tidak ada kesepakatan dari peserta Kongres di Hotel Sultan, Jakarta, Jumat  (20/5) malam. Agum pun mengetuk palu tiga kali sebagai tanda kongres berakhir.

Setelah itu, Agum langsung meninggalkan ruang sidang bersama anggota KN lainnya. “Karena suasana yang tidak kondusif, permohonan maaf kepada seluruh rakyat Indonesia, maka sidang ini saya nyatakan dihentikan dan tidak bisa dilanjutkan,” tegas Agum sebelum pengetokan palu tersebut.
Sementara para peserta masih terus ribut dan tetap bertahan di ruang sidang.

Dan, aparat keamanan memasuki ruang sidang untuk mengamanan para peserta. Ya, kongres memang berjalan panas dan ricuh ketika para peserta memaksakan untuk menggelar voting. Beberapa peserta dari Kelompok 78 memaksakan agenda mereka, terutama menggugat Komite Normalisasi agar menghadirkan dan mendengar keputusan Komite Banding Pemilihan. Ini terkait pelarangan calon mereka George Toisutta dan Arifin Panigoro maju sebagai Ketua Umum PSSI.

“Indonesia ada kemungkinan terkena sanksi. FIFA telah memberikan tenggat waktu sampai tanggal 20 Mei (untuk menyelesaikan krisis). Tapi, hingga saat ini tidak ada keputusannya. Saya perkirakan Indonesia akan terkena sanksi,” ujar calon Ketum, Jusuf Rizal.

Terlepas dari itu, ketidakbenaran kongres memang sudah tercium jauh hari. Bahkan, awal Mei lalu, pengelola Deltras Vigit Waluyo pernah mengatakan kepada media dirinya mendapat dana 250 juta dari salah satu bakal calon ketum PSSI periode 2011-2015. Imbal balik dari uang itu tentu saja agar klubnya memilih bakal calon yang memberi uang. Tapi pernyaaan itu besoknya dibantah oleh salah satu tim anggota sukses bakal calon yang disebutkan Vigit.

Kejadian itu membuktikan jika isu politik uang dalam kongres PSSI tak terbantahkan. Dari investigasi Koran ini kepada beberapa pihak terkait dengan kongres, jula beli suara jelas-jelas terjadi. “Saya dititipi pernah uang beberapa kali untuk pemilik suara di Jatim oleh salah satu calon. Seingat saya tiga kali saya dititipi. Nilainya lebih dari 100 juta,” kata salah satu sumber yang namanya tidak mau dikorankan. Tujuannya jelas, si penerima harus memberikan suaranya,” lanjutnya.

Malam menjelang kongres kemarin Koran ini menemui beberapa calon yang berkompetisi di kongres. Dia membenarkan jika politik uang mewarnai kongres kemarin. Pria yang sudah lama berkecimpung di dunia sepak bola tanah air itu bahkan mendapat informasi dari “orang-orangnya” jika ada salah satu calon yang menghargai satu suara hingga Rp500 juta. Tapi uang sejumlah itu tidak diberikan seluruhnya dalam satu termin. Tapi bertahap.

“Yang 200 juta sudah diberikan lebih dulu dalam dua sesi. Informasinya yang 300 juta akan diberikan setelah kongres dan jika calonnya lolos,” ungkapnya.
GH Sutedjo, salah satu calon Wakil Ketum dan anggota Exco yang mundur dari pencalonan dengan alasan tidak tahan dengan intrik yang terjadi tidak menampik jika ada politk uang dalam kongres.

“Saya tidak bisa menjelaskannya dengan detil adanya dugaan itu. Tapi ada pemilik suara yang menyampaikan kepada saya anda punya dana berapa sehingga berani maju. Indikasi adanya money politic saya tangkap dari situ,” kata Sutedjo.

Banyaknya calon dalam kongres PSSI seolah menjadi ladang bagi pemilik suara yang tidak bertanggungjawab untuk mengeruk duit banyak. “Bayangkan, berapa duit yang bisa dikantongi dengan adanya 18 calon Ketum, 16 calon Waketum, dan 51 calon Exco (sembilan nama akan terpilih).

Belum lagi calon-calon yang sebelumnya berniat maju tapi tidak lolos seperti. “Saya pernah secara langsung didatangi pemilik suara. Dia bercerita sudah mendapat uang Rp25 juta dari calon lain. Lalu dia bilang kalau saya mau memberi lebih maka suaranya akan diberikan kepada saya. Kondisi ini sudah gila. Apa jadinya jika persepakbolaan bersih yang kita cita-citakan,” kata salah satu calon Exco.

Pemilik suara juga mengakui jika saat ini adalah kesempatan mencari uang sebanyak banyaknya. “Itu bukan hal aneh lagi,” kata salah satu Ketum Pengprov PSSI. (net/ali/jpnn)

Artikel Terkait

Gatot Ligat Permulus Jalan Sumut

Gatot-Sutias Saling Setia

Erry Nuradi Minta PNS Profesional

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/