FOTO: AMINOER RASYID/SUMUT POS Warga berjalan di atas lahar dingin di Desa Suka Meriah, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo, pasca erupsi Gunung Sinabung, November 2013 lalu. Kawah baruterbentu di sebelah utara gunung.
KARO, SUMUTPOS.CO – Erupsi Gunung Sinabung yang telah berlangsung lebih dari dua bulan, mengakibatkan kubah Gunung Sinabung dan sistem vulkaniknya makin terbuka. Hal ini semakin mengecilkan kemungkinan Gunung Sinabung bakal mengeluarkan letusan besar.
”Soal berapa lama lagi Gunung Sinabung akan mengeluarkan erupsi, belum dapat diprediksi. Karena kita tidak tahu jumlah material yang tersedia di perut gunung yang harus dikeluarkan. Tetapi mengenai apakah Sinabung akan mengeluarkan letusan besar, kemungkinannya semakin mengecil. Mengapa? Karena erupsi yang terus menerus terjadi telah mengakibatkan sistem gunung terbuka. Ibarat sumbat botol yang dibuka sedikit demi sedikit, membuat tekanan terus berkurang,” kata Ir M Hendrasto, MSc, Kepala Pusat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi Kementerian ESDM, di Pos Pengamatan Gunung Api Sinabung, Desa Ndokum Siroga, Kecamatan Simpang Empat Tanah Karo, Sumatera Utara, kepada Sumut Pos.Co, kemarin.
Ia menjelaskan, hasil penelitian mereka, Gunung Sinabung terakhir meletus 1.200 tahun lalu atau sekitar tahun 800. Tahun 2010 terjadi erupsi, dan meletus awal tahun 2014. ”Sebelumnya, kawah Sinabung ada di tengah. Dengan erupsi yang terjadi terus menerus selama dua bulan, kawah terbentuk di sebelah utara gunung. Melihat sistem gunung makin terbuka, tekanan yang tersimpan juga ikut berkurang,” katanya.
Ditanya mengenai kondisi Lau Kawar yang terletak di sebelah selatan gunungm menurut Hendrasto, masih aman. Baik dari segi volume maupun pH air. ”Karena erupsi terjadi di sebelah utara gunung, dan angin juga mengehembuskan abu vulkanik dari selatan ke utara, air Lau Kawar cenderung tidak terganggu,” cetusnya.
Meski demikian, wisatawan tetap dilarang ke Lau Kawar, sampai status gunung dinyatakan aman. (mea)
FOTO: AMINOER RASYID/SUMUT POS Warga berjalan di atas lahar dingin di Desa Suka Meriah, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo, pasca erupsi Gunung Sinabung, November 2013 lalu. Kawah baruterbentu di sebelah utara gunung.
KARO, SUMUTPOS.CO – Erupsi Gunung Sinabung yang telah berlangsung lebih dari dua bulan, mengakibatkan kubah Gunung Sinabung dan sistem vulkaniknya makin terbuka. Hal ini semakin mengecilkan kemungkinan Gunung Sinabung bakal mengeluarkan letusan besar.
”Soal berapa lama lagi Gunung Sinabung akan mengeluarkan erupsi, belum dapat diprediksi. Karena kita tidak tahu jumlah material yang tersedia di perut gunung yang harus dikeluarkan. Tetapi mengenai apakah Sinabung akan mengeluarkan letusan besar, kemungkinannya semakin mengecil. Mengapa? Karena erupsi yang terus menerus terjadi telah mengakibatkan sistem gunung terbuka. Ibarat sumbat botol yang dibuka sedikit demi sedikit, membuat tekanan terus berkurang,” kata Ir M Hendrasto, MSc, Kepala Pusat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi Kementerian ESDM, di Pos Pengamatan Gunung Api Sinabung, Desa Ndokum Siroga, Kecamatan Simpang Empat Tanah Karo, Sumatera Utara, kepada Sumut Pos.Co, kemarin.
Ia menjelaskan, hasil penelitian mereka, Gunung Sinabung terakhir meletus 1.200 tahun lalu atau sekitar tahun 800. Tahun 2010 terjadi erupsi, dan meletus awal tahun 2014. ”Sebelumnya, kawah Sinabung ada di tengah. Dengan erupsi yang terjadi terus menerus selama dua bulan, kawah terbentuk di sebelah utara gunung. Melihat sistem gunung makin terbuka, tekanan yang tersimpan juga ikut berkurang,” katanya.
Ditanya mengenai kondisi Lau Kawar yang terletak di sebelah selatan gunungm menurut Hendrasto, masih aman. Baik dari segi volume maupun pH air. ”Karena erupsi terjadi di sebelah utara gunung, dan angin juga mengehembuskan abu vulkanik dari selatan ke utara, air Lau Kawar cenderung tidak terganggu,” cetusnya.