26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Candi Bahal Portibi, Tempat Rekreasi Diakhir Pekan

 Sejumlah pengunjung menikmati akhir pekan di Candi Bahal Portibi, Sabtu (25/1).

Sejumlah pengunjung menikmati akhir pekan di Candi Bahal Portibi, Sabtu (25/1).

PALUTA,SUMUTPOS – Situs peninggalan kuno yakni candi yang terletak di Desa Bahal, Kecamatan Portibi, Kabupaten Padang Lawas Utara (Paluta) ramai dikunjungi wisatawan lokal pada akhir pekan. Lokasi candi hanya berjarak 15 Km dari Pasar Gunung Tua. Dan di lokasi ini ada Candi Bahal I, Candi Bahal II dan Candi Bahal III.

Candi Bahal I dibangun di pelataran seluas sekitar 3 Ha yang dikelilingi pagar dari susunan batu merah setinggi 60 cm. Dinding pagar tersebut cukup tebal yaitu sekitar 1 meter. Di antara bangunan utama dan pintu gerbang terdapat pondasi batu atau panggung berbentuk dasar bujur sangkar berukuran sekitar 7 x 7 meter.

Bangunan utama Candi Bahal I merupakan yang terbesar dibandingkan dengan bangunan utama Candi Bahal II dan III. Sedangkan candi Bahal II terletak sekitar 300 meter dari Candi Bahal I akan tetapi ukurannya lebih kecil.

Dan untuk mencapai lokasi Candi Bahal III pengunjung harus melalui jalan setapak, pematang sawah dan perumahan penduduk.

Pantauan METRO, Sabtu (25/1) terlihat sejumlah pengunjung berdatangan dari beberapa daerah seperti Sibuhuan, Kota Padang Sidimpuan, Panyabungan, Kota Pinang, Perawang (Riau) maupun dari daerah lainnya.

Marni boru Batubara (39) salah satu pengunjung dari Perawang Riau mengaku baru kali pertamanya datang hanya untuk melihat candi tersebut. Sebab keberadaan dan cerita candi ini sudah lama ia ketahui, hanya saja baru kali ini dirinya bersama keluarganya berkesempatan untuk mengunjunginya.

“Iya, baru kali ini saya dan keluarga datang kemari, padahal Tabagsel ini daerah asal saya,” kata Marni boru Batubara.

Lanjutnya, walau tidak setenar candi yang berada di Pulau Jawa tapi dirinya menilai Candi Bahal memiliki nilai sejarah yang cukup tinggi dan tidak kalah dengan candi lainnya. Hanya saja pengelolaan dan perawatan candi ini, terbilang cukup memprihatinkan.

“Bangunan Candi Bahal, tidak hanya kelihatan agak kumuh, tetapi juga kurang terawat dan sepertinya tidak dilestarikan oleh pemerintah,” tambahnya.

Sementara itu Sutan Harahap (35) salah satu warga mengungkapkan di akhir pekan biasanya para pengunjung kerap berdatangan, baik itu pengunjung dari Paluta maupun dari luar daerah. Dan biasanya, para pengunjung mulai berdatangan mulai hari Sabtu dan Minggu. “Mulai hari Sabtu para pengunjung sudah mulai berdatangan tapi yang paling ramai itu biasanya hari Minggu,” tutupnya. (mag-02)

 Sejumlah pengunjung menikmati akhir pekan di Candi Bahal Portibi, Sabtu (25/1).

Sejumlah pengunjung menikmati akhir pekan di Candi Bahal Portibi, Sabtu (25/1).

PALUTA,SUMUTPOS – Situs peninggalan kuno yakni candi yang terletak di Desa Bahal, Kecamatan Portibi, Kabupaten Padang Lawas Utara (Paluta) ramai dikunjungi wisatawan lokal pada akhir pekan. Lokasi candi hanya berjarak 15 Km dari Pasar Gunung Tua. Dan di lokasi ini ada Candi Bahal I, Candi Bahal II dan Candi Bahal III.

Candi Bahal I dibangun di pelataran seluas sekitar 3 Ha yang dikelilingi pagar dari susunan batu merah setinggi 60 cm. Dinding pagar tersebut cukup tebal yaitu sekitar 1 meter. Di antara bangunan utama dan pintu gerbang terdapat pondasi batu atau panggung berbentuk dasar bujur sangkar berukuran sekitar 7 x 7 meter.

Bangunan utama Candi Bahal I merupakan yang terbesar dibandingkan dengan bangunan utama Candi Bahal II dan III. Sedangkan candi Bahal II terletak sekitar 300 meter dari Candi Bahal I akan tetapi ukurannya lebih kecil.

Dan untuk mencapai lokasi Candi Bahal III pengunjung harus melalui jalan setapak, pematang sawah dan perumahan penduduk.

Pantauan METRO, Sabtu (25/1) terlihat sejumlah pengunjung berdatangan dari beberapa daerah seperti Sibuhuan, Kota Padang Sidimpuan, Panyabungan, Kota Pinang, Perawang (Riau) maupun dari daerah lainnya.

Marni boru Batubara (39) salah satu pengunjung dari Perawang Riau mengaku baru kali pertamanya datang hanya untuk melihat candi tersebut. Sebab keberadaan dan cerita candi ini sudah lama ia ketahui, hanya saja baru kali ini dirinya bersama keluarganya berkesempatan untuk mengunjunginya.

“Iya, baru kali ini saya dan keluarga datang kemari, padahal Tabagsel ini daerah asal saya,” kata Marni boru Batubara.

Lanjutnya, walau tidak setenar candi yang berada di Pulau Jawa tapi dirinya menilai Candi Bahal memiliki nilai sejarah yang cukup tinggi dan tidak kalah dengan candi lainnya. Hanya saja pengelolaan dan perawatan candi ini, terbilang cukup memprihatinkan.

“Bangunan Candi Bahal, tidak hanya kelihatan agak kumuh, tetapi juga kurang terawat dan sepertinya tidak dilestarikan oleh pemerintah,” tambahnya.

Sementara itu Sutan Harahap (35) salah satu warga mengungkapkan di akhir pekan biasanya para pengunjung kerap berdatangan, baik itu pengunjung dari Paluta maupun dari luar daerah. Dan biasanya, para pengunjung mulai berdatangan mulai hari Sabtu dan Minggu. “Mulai hari Sabtu para pengunjung sudah mulai berdatangan tapi yang paling ramai itu biasanya hari Minggu,” tutupnya. (mag-02)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/